Butet Manurung adalah sosok inspiratif dalam bidang pendidikan dan pelestarian lingkungan di Indonesia. Perempuan kelahiran Jakarta, 21 Februari 1972. Dia dikenal sebagai adalah seorang aktivis sosial dan antropologi indonesia. Dia merupakan perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi Masyarakat adat di Indonesia dan aktivis yang gigih memperjuangkan akses pendidikan dan hak-hak masyarakat adat, terutama bagi Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di Jambi. Berawal dari kepeduliannya terhadap pendidikan di pedalaman, Butet berhasil menunjukkan bahwa pendidikan dan pelestarian lingkungan saling berkaitan erat, terutama bagi masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam.
      Butet memulai perjuangannya saat bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan dan pendidikan. Saat itulah ia terlibat langsung dalam kehidupan Orang Rimba, sebuah masyarakat adat yang hidup secara nomaden di hutan-hutan Jambi. Ia menyaksikan bagaimana masyarakat adat ini bergantung pada alam untuk bertahan hidup, dan bagaimana pendidikan menjadi kebutuhan mendasar bagi mereka. Terlepas dari minimnya akses pendidikan formal, Orang Rimba memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal yang berkaitan dengan pengelolaan alam. Dari pengalaman ini, Butet mendirikan organisasi bernama Sokola Rimba pada tahun 2003. Organisasi ini bertujuan untuk memberikan pendidikan literasi dasar bagi masyarakat adat dengan metode yang disesuaikan dengan budaya dan kebutuhan mereka. Melalui Sokola Rimba, Butet dan timnya mengajarkan kemampuan membaca dan menulis, namun juga mengintegrasikan pengetahuan tentang hak-hak dasar masyarakat adat, termasuk hak atas tanah dan hutan yang menjadi sumber kehidupan mereka. Dalam konteks ini, pendidikan yang diberikan Butet tak hanya melibatkan kemampuan akademis, tetapi juga kemampuan kritis untuk menghadapi perubahan sosial dan lingkungan yang memengaruhi kehidupan mereka.
Mengadvokasi Hak atas Lingkungan
      Melalui pendampingannya di Sokola Rimba, Butet melihat dampak dari pertumbuhan dan perkembangan industri yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat dan kelestarian lingkungan. Aktivitas penebangan hutan dan pembukaan lahan perkebunan sawit di wilayah Jambi dan sekitarnya menjadi ancaman besar bagi Orang Rimba, yang kehidupannya sangat bergantung pada hutan. Kehilangan hutan berarti kehilangan sumber makanan, air, dan ruang hidup yang telah mereka jaga selama berabad-abad.
      Dengan latar belakang ini, Butet mulai menyuarakan pentingnya perlindungan hutan dan tanah adat bagi masyarakat lokal. Menurut Butet, pelestarian lingkungan tak hanya penting untuk keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk mempertahankan budaya dan kehidupan masyarakat adat. Melalui Sokola Rimba, Butet mengajarkan pentingnya lingkungan dan mendorong masyarakat untuk menjaga serta melindungi hutan mereka, meskipun sering kali mereka menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang ingin menguasai lahan adat mereka.
      Perjalanan Butet tidaklah mudah. Tantangan terbesarnya adalah membangun kepercayaan masyarakat adat dan menghadapi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap hutan. Namun, kerja keras dan ketulusan Butet untuk mendampingi masyarakat adat akhirnya membuahkan hasil. Perlahan-lahan, masyarakat Rimba memahami bahwa pendidikan adalah alat penting untuk mempertahankan hak mereka atas tanah dan hutan, serta menghadapi berbagai tantangan modern yang datang dari luar komunitas mereka.
Dedikasinya membuat Butet diakui di tingkat nasional dan internasional. Ia menerima berbagai penghargaan, termasuk penghargaan dari Ashoka Fellow dan TIME Magazine, yang menjadikannya salah satu tokoh perempuan berpengaruh di dunia. Namun, bagi Butet, penghargaan terbesar adalah melihat masyarakat adat semakin berdaya dalam memperjuangkan hak-haknya.
Inspirasi untuk Generasi Muda
      Butet Manurung adalah contoh nyata bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil dan konsisten. Ia tidak hanya mengajarkan literasi, tetapi juga keberanian untuk mempertahankan kearifan lokal dan hak-hak dasar masyarakat adat. Melalui pendidikan yang berbasis pada lingkungan dan budaya setempat, Butet telah menunjukkan bahwa menjaga alam dan membangun masyarakat yang berdaya adalah dua hal yang saling terkait.
      Inspirasi yang diberikan Butet kepada generasi muda di Indonesia sangatlah besar. Ia mengajarkan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, kearifan lokal, serta keadilan sosial bagi masyarakat yang terpinggirkan. Pengalamannya merintis program pendidikan di komunitas adat orang rimba yang tinggal di hutan Jambi telah ditulis dalam sebuah buku berjudul "Sokola Rimba" yang terbit pertama kali tahun 2007, dan hingga saat ini telah tujuh kali dicetak ulang dan diterbitkan dengan judul "The Jungle School" pada tahun 2012. Buku dan kisahnya diadaptasi dalam layar lebar dengan judul Sekolah Rimba oleh produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza pada tahun 2013, dan filmnya telah memenangkan berbagai penghargaan Internasional.
      Butet Manurung telah mengukir jejak yang luar biasa dalam dunia aktivisme lingkungan dan pendidikan di Indonesia. Sebagai aktivis perempuan yang berfokus pada masyarakat adat, ia berhasil mengintegrasikan pendidikan dan pelestarian lingkungan, dengan tujuan memperkuat masyarakat adat dalam menghadapi tekanan globalisasi. Butet membuktikan bahwa menjaga lingkungan bisa dimulai dari menghormati hak-hak mereka yang paling bergantung pada alam. Melalui perjuangannya, ia menginspirasi banyak orang untuk berbuat lebih demi masyarakat dan alam yang lebih baik.