Saya percaya bahwa salah satu pondasi bangunnya suatu bangsa terletak pada para pemberita atau jurnalis. Jurnalis berperan dalam membangun moral bangsa. Baik-buruknya moral suatu bangsa turut ditentukan oleh jurnalis lewat beritanya di media massa.
Saya juga tertarik untuk belajar bagaimana seorang jurnalis mendapatkan dan menggali informasi. Informasi tersebut dikemas, nantinya akan diberitakan di media massa. Pemberitaan bisa mengisi kepala ribuan bahkan jutaan orang. Apalagi zaman internet sekarang, informasi bisa melewati batas negara dalam hitungan beberapa menit.
Selama tiga hari, saya, bersama seorang jurnalis turut langsung mengumpulkan informasi di lapangan. Saya membuntuti seorang yang saya anggap kompeten di bidangnya. Dia pernah meraih piala Adiwarta, suatu apresiasi tinggi bagi wartawan di Indonesia. Dia kerap diundang untuk berbagi ilmu jurnalisme dan pelatihan menulis.
Tiga hari belajar jurnalisme, saya mendapatkan pelajaran yang berarti. Ada tiga hal yang saya dapatkan, dan akan saya bahas di sini. Pertama,kecakapan memilih sudut pandang (angle). Pada suatu kejadian, misalnya, bisa menghasilkan hingga beberapa berita. Namun, jika masing-masing berita mempunyai sudut pandang yang sama, boleh dipastikan berita itu akan membosankan. Kelihaian seorang jurnalis bisa dilihat dari caranya memilih sudut pandang. Keunikan sudut pandang pemberitaan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang mengkonsumsi berita tersebut.
Kedua,kecakapan bertanya. Saya melihat kecakapan bertanya sangat penting bagi jurnalis. Seorang jurnalis haruslah mempunyai pertanyaan yang bernas dalam proses penggalian informasi. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, peramuan informasi yang didapat menjadi suatu pemberitaan akan lebih mudah.
Ketiga,membangun jejaring. Saya membayangkan akan lebih mudah bagi jurnalis untuk mendapat informasi jika dia telah membangun perkawanan baik dengan sebanyak mungkin orang. Seorang jurnalis yang padanya saya belajar, dia tidak lagi kesulitan mendapatkan informasi. Pernah kejadian di suatu daerah, sang jurnalis mendapat pemberitahuan langsung dari warga sekitar. Dia langsung menuju ke tempat kejadian untuk menggali informasi lebih lama. Pernah juga suatu instansi hendak melaksanakan acara, pihak pelaksana telah memberi tahu kepada jurnalis tersebut tentang acara yang akan dilaksanakan tersebut. Tentu hal seperti itu bisa terjalin karena sikap baik dari jurnalis yang dibangun sejak lama.
Saya menyadari masih banyak lagi yang belum saya ketahui perihal seluk-beluk dunia jurnalisme. Namun saya beryakinan, waktu dan pengalaman akan membangun pengetahuan di setiap manusia. Saya membayangkan, kelak orang-orang Indonesia mempunyai keterampilan sebagai jurnalis, mempunyai kecakapan sebagai pemberita demi mengisi pengetahuan. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H