Dengan tintah hitam tangan ini menari-nari
Selembar kertas tumpuan imajinasi hati
Meski terkadang air mata berurai membasahi
Begitu pahit hidup yang harus di lewati sendiri
Bagaikan berjalan dibara api tanpa alas kaki
Panas udaranya mencekik sampai ke lubuk hati
Begitu nasib anak rantau yang kepedihan datang silih berganti
Berminggu-minggu sudah hidup di rantau orang,,
Berbulan-bulan sudah hidup di rantau orang,,
Bertahun-tahun sudah hidup di rantau orang,,,
Rela tinggalkan kampung halaman yang ku cintai
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!