Mohon tunggu...
iesti KM
iesti KM Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Pembelajar yang masih butuh belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Wajah Kota dalam Sepotong Kue

13 Juli 2020   13:30 Diperbarui: 15 Juli 2020   19:16 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemanggang kue. (sumber: pixabay/stocksnap)

Pagi menemukan mentari jatuh di lantai dapur
Langit jatuh cinta pada asap yang membumbung di atap
Lantai mengeluarkan bau tengik kehidupan malam hari
Seperti bau kimia pada pelajaran ipa
Dapurku beraroma harum masakan ibu 

Api di dapur membakar dingin
dan aku hanya termangu di balik tubuh ibu
Api dengan gelisah memakan kayu, plastik dan kardus
Lalu lunaslah rasa dingin di pagi yang beku
Kayu memberi abu yang berhamburan ketika aku tiup
Kata ibuku, jika ingin roti yang enak tiuplah api 

Api menjadiakan aku membakar resah
Ada wajah kota dalam kue pia yang aku lumat
Kota yang membisik bahwa ia sekarang beraroma sampah
Dan beraroma bayi busuk yang di buang di jalan kota
Darahnya masih merah, mengalir dari sulur perempuan
Yang menghilang bersama angin
Matanya telah menjadi gagak, dan ia menyalib nadinya 

Magelang, Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun