Mohon tunggu...
Jaruki Andriansyah
Jaruki Andriansyah Mohon Tunggu... -

If you think you are beaten, you are! If you think you dare not, you don't! If you like to win but think you can't, it's almost certain you won't.\r\nLife is not spectator activity. Be good participant in life, Let's fight like a tiger and win like a champion!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cinta, Ujian Alloh Atas Hamba-Nya

6 Juni 2011   02:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang cinta, semua orang tentu memiliki pandangan tersendiri akan anugerah terindah yang diberikan oleh Alloh SWT ini. Lalu apakah arti cinta yang sebenarnya? Memang sulit untuk mendefinisikan kata ini, karena setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda berdasarkan pada pengalamannya tentang cinta. Sebagian orang mengatakan bahwa cinta itu indah, cinta itu memabukan, cinta itu buta, dan katanya cinta itu adalah perasaan yang terungkap dengan ucapan dan tertuang dengan pengorbanan. Namun, bagi aku sendiri cinta adalah ujian yang diberikan oleh Alloh SWT atas hamba-Nya. Cinta ini bak sebuah tongkat yang memiliki dua ujung yang begitu indah, begitu menakjubkan dan memabukkan pemegangnya, pegangan tongkat itu tepat berada antara terang dan gelap kedua ujung tongkat yang akan menuntun sang empunya pada pohon berbuah surga atau ke dalam lembah kehinaan. Ujung manakah akan berada di atas dan ujung manakah akan berada di bawah adalah cerminan dari apa yang akan kita dapatkan.

Cinta itu akan menuntun kita pada pohon yang berbuah surga ketika kita mampu mencintai yang telah menanamkan benih cinta kita pada insan yang kita cintai lebih dari segalanya, yaitu cinta kepada Alloh SWT. Serahkanlah cinta ini pada Alloh SWT, maka niscaya Alloh akan memberikan cinta dari seorang insan yang mencintai kita karena Alloh, cintanya yang berguna bagi kita disisi-Nya, yang akan menghantarkan kita untuk mencintai-Nya. Alloh SWT berfirman:

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Alloh dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusan-Nya." Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (Q.S At-Taubah: 24)

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Alloh semuanya dan bahwa Alloh amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.S Al-Baqarah: 165)

Dari ayat-ayat di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa janganlah kita mencintai seorang insan melebihi cinta kita kepada Alloh, janganlah kita sampai terjerumus kepada jurang kemusyrikan dengan menyekutukan Alloh, menyembah tandingan-tandingan selain Alloh, yang kita mencintainya sebagaimana kita mencintai Alloh.

Setiap orang yang hidup di dunia ini tidak akan pernah bisa menghindar dari perasaan cinta. Getar-getar ini sangat kuat dan dapat merasuki siapa saja tanpa mengenal usia. Dari mulai anak usia dini hingga orang lanjut usia pun tidak ada yang dapat berdalih dari perasaan cinta ini, yang membedakan hanya tingkatan perasaan cinta itu sendiri dan bagaimana cara menyalurkan perasaan ini. Cinta tidak pula mengenal kasta, dari mulai orang miskin hingga orang kaya, semuanya berhak merasakan cinta. Maha adil Alloh SWT yang telah menciptakan manusia dengan segala kesempurnaanya.

Pernah suatu ketika, ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, hati ini telah digetarkan oleh dua orang insan yang mampu mengguncang jiwa aku. Ketika itu waktu liburan kenaikkan kelas, waktu yang aku habiskan dengan berbaring di atas kasur kamarku sembari mendengarkan radio handphone Nokia 2310 yang baru aku beli dengan uang tabungan aku sendiri. Ketika itu pertama kalinya aku memiliki handphone. Berawal dari handphone itu, aku dihadapkan pada dua orang insan yang memiliki karakter yang sangat kuat. Mereka memiliki karakter yang begitu berbeda.

Amelia, seorang insan yang sampai ketika ini belum pernah aku sempat melihat raut wajahnya. Dia adalah seorang insan yang memiliki cita-cita menjadi seorang penulis, setiap ucapannya denganku penuh dengan kata-kata roman, sungguh menakjubkan kata-katanya, menunjukkan bahwa sesungguhnya dia sangat mencintai dan mengagumi aku. Hingga perlahan ada rasa yang tumbuh dalam hati aku, apakah itu cinta atau nafsu, aku tidak menyadarinya ketika itu. Belum ada ikatan yang pasti antara aku dan dia. Namun, Amelia begitu meyakini bahwa Alloh menganugerahkan sekeping hati padanya dan sekeping lagi hati padaku. Ketika itu, kita tidak saling bertemu, aku tidak pernah tau siapa Amelia sebenarnya, tapi aku tahu bahwa Amelia begitu paham dan mengenal aku sepenuhnya. Katanya dia mengenal orang-orang di sekeliling aku yang menginformsikan semua aktivitas aku padanya. Aku terkagum bagaimana dia begitu paham ketika aku memimpin sebuah organisasi Palang Merah Remaja, bagaimana aku dan kawan-kawan mereformasi organisasi ini sehingga organisasi yang tidak pernah dianggap dan selalu diremehkan di sekolahku ketika itu berubah menjadi organsasi yang berevolusi sehingga dinilai begitu baik oleh para guru yang pada akhirnya kemudian pembina kami menyebut angkatan kami dengan sebutan “Angkatan Reformasi”. Ketika itu pula, organisasi kami untuk pertama kalinya mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan ketua OSIS, aku sendiri yang mencalonkan untuk menjadi ketua OSIS ketika itu, rekan-rekan di organisasi aku begitu antusiasnya mendukung aku, alhasil ketika itu aku terpilih menjadi ketua 2 OSIS SMA Negeri 1 Ciawigebang. Memang belum puas dan aku memang orang yang tidak pernah merasa puas dengan pencapaian yang aku raih, tapi bukan berarti aku tidak bersyukur kepada Alloh SWT. Aku mensyukurinya karena ketika itu aku dan rekan-rekan berhasil mereformasi organisasi PMR di sekolah dan membuktikan bahwa kami ada. Aku berkata pada rekan-rekanku bahwa ini adalah awal dari perjuangan kita dan junjunglah selalu tujuh prinsif kita yang mulia; prinsif kemanusiaan, kesukarelaan, kesamaan, kedisiplinan, kemandirian, kesatuan dan kesemestaan. Amelia begitu berarti dalah hidup aku ketika itu, saat ketika dia mengajari aku bahwa hujan itu merupakan anugerah yang begitu indah yang Alloh berikan untuk menyejukan hati, saat ketika dia mengajarkan bahwa air mata itu indah, menyadarkan akan indahnya dunia ciptaan Alloh yang maha kuasa. Untaian masa depan yang indah terajut olehnya begitu rapih dan romantis. Aku tidak akan pernah lupa ketika dia memimpikan tentang pernikahan kami di dalam sebuah puri indah, mengenakan gaun putih nan suci bersepatuken sepatu kaca, menggandeng jas hitam berdasi memakai sepatu pantopel hitam gemerlapan, berjalan di atas permadani indah menuju singgasana cinta kami, di puri yang sekelilingnya kolam nan jernih airnya, berenang ikan-ikan hias yang begitu indah, terdapat pula sebuah perahu pada danau yang airnya beriak oleh sepasang angsa bermahkotakan permata berenang bersama menjadi saksi cinta kami berdua, sungguh begitu indahnya mimpi itu. Namun, pada akhirnya mimpi itu pergi entah kemana. Rasa cinta atau nafsu yang ada dalam hati aku ketika itu seperti membeku ketika aku terdengar kata bahwa “Aku akan selalu mencintai kamu, karena bukan aku yang memilih kamu dalam hidup aku, hati inilah yang telah memilih kamu, aku ingin menguji kesabaranmu, seberapa besar rasa cintamu padaku?, apakah kamu benar-benar mencintai aku?, aku akan datang padamu setahun kemudian, ketika perpisahan sekolahmu, aku akan datang memberikan hadiah untukmu, membawa seluruh kasih sayang, rasa cintaku yang hanya untukmu. Aku tidak akan mengikatmu selama itu, jika kamu menemukan yang lebih baik daripada aku, kamu berhak untuk memilihnya, kebahagiaanku adalah ketika aku melihat kamu bahagia dengan pilihan kamu sendiri.”

Putri Faka, insan kedua yang masuk ke dalam kehidupanku. Dia sungguh berbeda dengan Amelia, Putri Faka tidak pernah mengenal cowok sebelumnya, apalagi sampai berpacaran, berbicara pun dia suka gugup dengan menundukkan kepala dan tidak pernah mengangkat wajahnya sekali pun. Masa itu bermula ketika aku tengah rutin dengan aktivitasku berbaring di atas kasur yang menimangku sepanjang sore dan malam sembari mendengarkan siaran radio Rasuci FM Kuningan, menghabiskan hari-hari liburan kenaikkan kelasku, ketika itu hubungan aku dan Amelia cukup jauh, karena aku jarang komunikasi dengan dia. Hingga suatu ketika itu aku menerima sebuah pesan dari nomor AS yang tidak aku kenal. Pesan itu aku terima di senja hari 29 juni 2008;

“Cahaya mentari kini merubah segalanya. Ku langkahkan kaki untuk memulai perjalanan. Untuk mencari arti hidup selamat pagi. Moga hari ini adalah hari dimana kita bisa mengerti akan arti persahabatan.”

Sebelumnya aku beranggapan bahwa dia adalah Amelia, aku menanyakan padanya hingga kemudian aku berkenalan dengannya. Dia adalah Putri Faka. Hari-hari itu, ketika hati ini tengah gundah menanggapi pesan terakhir Amelia, hati aku yang selalu dihantui rasa was-was dan pikiran-pikiran negatif akan mampukah aku menunggu Amelia selama satu tahun? Nampaknya telah berubah dengan kehadiran Putri Faka dalam kehidupanku.

Seumpama daun kering, aku berjalan menuruni aliran air jernih yang mengalir dari puncak gunung melewati lereng-lereng yang berliku-liku alirannya. Aku yakin bahwa Alloh memiliki rencana yang begitu indah, rencana yang terbaik bagi hambanya. Subhannaloh, dari Putri Faka aku mulai mengenal akan makna siapa aku? Untuk apa aku ada di dunia ini? Dan kemanakah aku akan kembali? Aku diajarkannya Shalat Duha, akan pentingnya shalat di awal waktu dan berbagi dengan yang lain. Teman-temanku merasa heran padaku, ketika itu aku rajin shalat dzuhur di masjid sekolah, shalat ashar pula di masjid sekolah karena ketika itu aku masih aktif di organisasi PMR dan membina pengurus OSIS angkatan baru, aku tidak pernah meninggalkan shalat duha di sekolah, bahkan aku jadi terbiasa menghabiskan waktu istirahat pertamaku dengan beri’tikaf di masjid sekolahku. Aku menjadi terbiasa bangun tengah malam, aku bangun pukul 24.00 tengah malam, kalau aku bangun duluan, lantas aku bergegas mengambil air wudhu lalu aku menelpon Putri Faka, demikian pula sebaliknya. Setiap pukul 24.00 tengah malam hingga pukul 03.00 pagi aku dan Putri Faka biasa mengkaji Al-Qur’an bersama, mengartikannya, menafsirkan dan kami hubungkan kaitannya dengan masa kini. Pertama kalinya, kami mengkaji Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 1 sampai dengan 110, yaitu kisah mereka, pemuda-pemuda yang beriman kepada Alloh tuhan mereka dan Alloh tambahkan kepada mereka petunjuk, dan Alloh telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Setiap malam kami kaji ayat demi ayat firman Alloh yang maha benar Alloh atas segala firmannya. Pukul 03.00 lantas kami bergegas melaksanakan shalat tahajud, hingga adzan subuh terngiang di telinga kami, kami shalat subuh dan melakukan aktivitas masing-masing.

Kemudian pada suatu ketika, Putri Faka memaparkan padaku, meneruskan pesan singkatnya, aku terbiasa menyapanya “Fa” sementara dia sendiri memanggilku “Kakak”, “Dan Fa harap bukan hari ini saja kita bisa mengerti akan arti persahabatan tapi untuk selamanya, bahkan Fa berharap banget kita akan menjadi sahabat baik di dunia maupun di akhirat kelak, dan semoga saja kita saling mengingatkan bila ada kesalahan yang diperbuat dari diri kita masing-masing. Fa nggak pernah ingin di antara kita ada kebohongan, dan Fa nggak tau kenapa ngungkapin semuanya kepada Kakak walaupun seperti yang Kakak bilang bahwa kita kenal hanya sebatas SMS dan telepon, dan kita juga belum pernah sebelumnya bertemu. Tapi Fa sudah sangat percaya ma Kakak, Fa nggak tau alasannya apa? Kenapa Fa begitu suka berkomunikasi dengan Kakak? Dan kenapa juga Fa bisa memberikan perhatian untuk Kakak? Padahal Fa benar-benar nggak pernah sekalipun perhatian terhadap yang namanya cowok. Mungkin bisa dianggap perhatian Fa ke cowok baru pertama kali, untuk seorang sahabat yang sangat baik dan amat sangat perhatian yang diberikan seorang Kakak untuk adiknya, atau malah sebaliknya, dari adik terhadap seorang Kakak. Makasih, makasih banget atas semuanya. Hidup Fa benar-benar jadi sangat berwarna, yang tadinya pelangi memiliki tujuh warna, sekarang jadi beribu-ribu warna yang Fa miliki setiap harinya, tapi itu juga kalau warna di dunia ini emang ada beribu-ribu, mungkin itulah ungkapan perasaan Fa yang benar-benar Fa nggak bisa lukiskan dengan kata-kata.”

Kala mentari pagi bersinar, memancarkan ronanya pada seluruh penjuru dunia, memberikan harapan bagi setiap insan yang berusaha, aku mendengar kata indah terucap dari seorang insan yang betapa aku kagum padanya, Putri Faka berkata padaku, “Aku mencintaimu Insya Alloh karena Alloh, Aku berharap Alloh akan selalu meridha’i cinta kita bukan hanya di dunia tetapi di akhirat kelak.” Aku terdiam membisu, aku tak mengungkapkan sepatah kata pun, tapi hatiku bergetar tanpa bisa aku lukiskan dengan kata-kata, mendengar ungkapan perasaannya.

Aku mencoba untuk menghubingi Amelia, aku ceritakan tentang Putri Faka padanya, aku menceritakan semua tentang aku dengan Putri Faka tapi aku tidak berani mengungkapkan bahwa sesungguhnya Putri Faka tengah mengutarakan perasaannya padaku. Perang bathin sungguh aku rasakan saat itu. Amelia tidak berargumen banyak tentang itu, dia Cuma berkata padaku, bahwa Putri Faka adalah nama yang sangat indah.

Suatu senja di masjid At-Taqwa, masjid yang konon katanya masjid yang memenangkan manajemen masjid terbaik di wilayah Jawa Barat waktu itu, hujan deras turun mengguyur hati ini yang sedang dilanda bimbang. Aku menerima sebuah pesan dari Amelia katanya “Bintangkutelah hilang, jika kamu melihat bintang aku, katakan padanya bahwa aku rindu bintangku.” Aku tak kuat menahan dari meneteskan air mataku yang berlinang bersama derasnya hujan yang turun ketika itu.

Aku tak bisa berlarut-larut dalam kebimbangan, aku harus segera memberikan satu keputusan. Pada sepertiga malam yang terakhir tepat 26 Juli 2008, aku menghadapkan diriku pada Alloh SWT, setelah shalat tahajud lantas aku shalat istiharah memohon petunjuknya, aku menutup shalat malam itu dengan tiga rakaat shalat witir dan aku tertidur sejenak. Aku bermimpi saat itu Ibunda Putri Faka muncul dalam mimpiku menitipkan Putri Faka padaku untuk aku menjaganya. Aku yakin bahwa ini adalah jawaban dari Alloh SWT atas kebimbanganku selama ini.

Pada pagi hari itu, aku kembali menghubungi Amelia. “Aku mohon maaf karena aku mungkin bukanlah yang terbaik untukmu, kamu adalah orang yang baik, Insya Alloh pasti Alloh akan memberikan kamu yang terbaik. Terimakasih atas semua yang telah kamu berikan padaku. Do’aku akan selalu menyertaimu. Maafkan aku!” aku tak kuat menahan tangis saat itu, sejujurnya aku tak ingin melukai perasaannya tapi apalah daya, aku tetap harus memilih. Dalam maya, Amelia tersenyum padaku, aku tahu bahwa di balik senyumannya itu, dia menyembunyikan rasa sakit yang begitu dalam, teringatku pada ucapannya “Kutuliskan namamu di langit, tapi awan menerbangkannya pergi. Kutuliskan namamu di pantai tapi ombak menghapusnya. Lalu kutuliskan namamu di hatiku. Dan disanalah namamu kan bertahta selama-lamanya.” Semakin berlinang air mataku membasahi pipi terkenang kata-kata itu.

Senja sore itu, aku pun membuat keputusan dengan Putri Faka. Aku menerima perasaan cintanya. Sungguh terasa berat bagiku. Tapi aku selalu meyakini bahwa di balik ini semua ada rahasia Alloh yang setiap hamba tidak ada yang mengetahuinya.

Cinta ini begitu indah, begitu memabukkan yang seketika bisa berubah menjadi begitu menyakitkan dan begitu membutakan. Betapa melampaui batas ketika orang merasakan cinta, begitu banyak mereka yang mengikuti nafsunya sendiri daripada menaati Alloh SWT. Karena cinta, banyak orang yang telah menjadi buta, mereka tak mampu lagi melihat dengan rasional akal pikirannya, tak bisa lagi melihat dengan pikirannya yang sehat, segala sesuatu di pandang secara kasat mata, dijalani dengan nafsu yang menggebu-gebu di hatinya. Tak khayal ketika seseorang bercinta dengan perasaannya maka dia hanya akan tersiksa, ketika seseorang bercinta dengan ucapan maka dia akan menemui kebinasaan, ketika seseorang bercinta dengan pengorbanan maka tiada pernah jiwa ini merasa aman, jika kita bercinta hanya karena nafsu maka kita hanya akan meraih lembah kehinaan, Alloh SWT berfirman: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Q.S Al-Furqaan: 43) "demi Alloh: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam". (Q.S Asy-Syu’araa: 97-98), tetapi ketika kita bercinta karena Alloh, niscaya cinta itu akan berbuah surga, cinta yang tumbuh semata-mata hanya karena Alloh, cinta yang cintanya membawa kepada cinta kepada Alloh.

Jika kita mencintai seseorang, bawalah cinta kita untuk mencintai Alloh SWT, Tuhan semesta alam. Jika kita menyayangi seseorang, bawalah rasa sayang itu untuk memperoleh kasih sayang Alloh SWT. Tuluskanlah cinta yang semata-mata hanya untuk Alloh. Yakinkanlah bahwa Alloh akan menggantikan cinta kita dengan cinta yang lebih baik. Cinta adalah ujian Alloh SWT atas hamba-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun