Mohon tunggu...
Abdul Karim
Abdul Karim Mohon Tunggu... Relawan - Pegiat Sosial

Kebenaran dan kedamaian adalah dua hati yang terpaut pada simpul kebebasan. Untuk tegakan kebenaran kadang harus korbankan kedamaian, untuk memelihara kedamaian kadang harus mengekang kebabasan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ditipu "Turis Dermawan Brunei"

24 April 2016   11:25 Diperbarui: 24 April 2016   11:36 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah ATM saya (yang ternyata sudah ditukar tersebut) dikembalikannya. Dia minta tunjukan lagi kartu yang lain. Saya bilang kartu yang lain ada tetapi bukan ATM, melainkan kartu kredit.  Saya tunjukan Katru Krediat saya. Si turis sempat mau memegang lagi Credit Card saya, tetapi saya tolak.

Sesampai di hotel saya, saya turun, si turis minta diantar sama Herman ke kedutaan Brunei. Sebelum turun saya salaman dan secara basa basi saya bilang ke herman agar membantu saudara kita dari Brunei.  Sebelumnya si turis berjanji akan mengontak saya untuk urusan bantuan tempat ibadah. Saya diminta stand bye di Hotel, karena dia akan menemui saya setelah kembali dari kedutaan Brunei.

Setelah sampai di depan hotel, saya turun dari mobil dan mampir ke warung nasi uduk. Saya makan disitu sekitar 15 menit. Lalu saya masuk hotel. Setelah di kamar hotel, muncul SMS Banking, rekening saya terdebet Rp. 27 juta, lalu muncul beruntun sms banking berikutnya, berturut-turut ada transaksi tarik tunai 5 kali @1.250.000,- dan terakhir Rp. 2.500.000,- . Saya panik. Saya pikir ini salah teknis. Saya cek saldo lewat sms banking, tersisa Rp. 105 ribu. Saya langsung call ke 14000, minta pemblokiran. Prosedur pemblokiran cukup  memakan waktu. Saya juga cek saldo rekening yang satunya lagi yg menyatu dalam kartu ATM, ternyata terkuras juga sebanyak Rp. 14 juta lebih. Total uang saya yang diambil mereka sekitar Rp. 50 juta.

Operator 14000 bank mandiri meminta saya untuk segera lapor ke kantor polisi. Dalam keadaan panik saya keluar hotel berjalan kaki mencari pos polisi terdekat. Sampai di kantor pos polisi di belakang Sarinah. Setelah saya ceritakan kronologisnya panjang lebar, petugas polisi menyuruh saya datang ke Polda karena dia tidak berwenang menerima laporan penipuan modus tersebut. Saya meluncur ke Kantor Polda Metro Jaya. Selama sekitar 2 jam saya memberikan keterangan di Polda, lalu pulang membawa surat bukti lapor yang akan saya bawa ke bank Mandiri.

Di dalam taxi saya ceritakan nasib yang menimpa saya ke sopir taksi, berharap dia akan bercerita kepada para penumpang lain agar berhati-hati. Rupanya sopir taxi blue bird yang baik hati itu bersimpati kepada saya, dia menolak saya bayari ongkos taksi yang tertera di argo Rp. 95 ribu. Tetapi saya tolak kebaikan hatinya, saya tetap kasih dia ongkos taksi bahkan saya genapi menjadi Rp. 100 ribu rupiah.

Demikianlah nasib saya. Senin besok saya akan ke bank Mandiri untuk menyampaikan bukti laporan ke polisi, saya berharap ada peluang mendapatkan kembali uang itu. Mudah-mubahan pihak bank dapat melacak kemana larinya transfer dan dapat menariknya kembali. Harapan ini mungkin sangat berlebihan, tetapi saya tetap tidak kehilangan harapan tersebut. Karena sebagian uang itu bukan milik saya.

Terus terang saya malu menceritakan ini, saya juga tidak ingin istri saya tahu karena pasti dia akan lebih syok daripada saya. Sampai kini saya tidak membuka cerita ini kepada istri. Saya hanya bercerita kepada beberapa kawan akrab dalam rangka mengingatkan agar jangan sampai kejadian ini menimpa yang lain.

Menurut petugas Polda Metro Jaya, dalam 3 bulan ini sudah ada 3 laporan penipuan dengan modus yang persis seperti yang saya alami. Mudah-mudahan Polda segera menyelidiki dengan serius kasus ini agar penjahatnya segera tertangkap dan korban-korban berikutnya tidak berjatuhan lagi.

Dalam keheningan malam, saya merenung. Kejadian ini bisa terjadi dengan mulus, karena sifat dan pengalaman saya pribadi yang ikut menentukan respon dan tindakan saya. Pertama, di kampung saya ada di bangun sebuah masjid yg cukup besar yang katanya menelan dana sekitar Rp. 2 milyard. Masjid itu disumbang sepenuhnya oleh seorang jutawan Brunei. Saya berasumsi turis yang ketemu saya di Jakarta itu adalah sejenis dermawan dari negeri nan kaya raya itu. Rupanya terlalu cepat saya menyimpulkan.

Kedua, saya pernah menerima pertolongan dalam busway di Jakarta oleh seseorang yang sama sekali tidak saya kenal sebelumnya. Kejadian itu sangat berkesan bagi saya dan selalu ada niat dalam hati saya untuk membalas budi baik orang tersebut dengan memberi pertolongan kepada orang lain.

Pendidikan saya relatif boleh dikata cukup tinggi, dari disiplin ilmu yang pernah belajar tentang kriminologi dan simbol-simbol semiotik. Berbekal ilmu tsb, saya biasanya dapat menebak seseorang dari cara dia berbicara dan bahasa tubuhnya. Malam itu saya melihat si turis yang tampil sedemikian sempurnanya, sehingga hanya ada rasa simpati kepada dia. Beda dengan si Herman, saya melihat tanda-tanda kriminal di wajahnya, makanya saya mau mengikuti mereka justru karena saya ingin melindungi si turis innocense itu.  Di sinilah titik yang paling menyakitkan dan memalukan.  Kepercayaan diri yang tinggi pada diriku ternyata belum cukup mampu menyensor element-element jahat yang tersembunyi di balik kata-kata ramah dan penampilan yang sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun