Tanah lapang di pinggiran kota itu kini begitu semarak. Warna-warni lampu sorot mengalahkan kilauan wajah bulan yang pucat di langit. Dentuman pengeras suara menggetarkan lapisan udara di sekitarnya. Penonton di depan panggung pun berjingkrak terkena resonansi suara musik.
Di satu sisi pinggiran tanah lapang, sekelompok jagoan duduk melingkari sebuah meja plastik. Mereka adalah satu dari sejumlah kelompok preman di wilayah tersebut. Di atas meja itu terdapat beberapa botol minuman keras yang tidak lagi berisi penuh.
Sambil sesekali tertawa di antara percakapan, mereka menenggak isi botol yang mereka pegang. Mereka berbincang dengan agak berteriak menyesuaikan hentakan suara musik dari panggung. Mereka begitu menikmati suasana di malam itu. Tingkah laku mereka mempertontonkan sebuah eksistensi yang berdiri di atas segalanya. Suatu eksistensi yang bisa berbuat apa saja semau-maunya.
Ketika penyanyi seksi di atas panggung melagukan bait terakhir, ia menyodorkan mikrofon kepada penonton dan meminta semuanya mengucapkan kata di penghujung lagu. Semua manusia di tanah lapang itu pun terhipnotis menuruti permintaan sang penyanyi.
Tepukan, teriakan, dan siulan lalu menggelora di tanah lapang. Para penonton pun terpuaskan. Tapi tidak terlalu lama, nyaris tanpa jeda, suara musik kembali menghentak. Intro lagu yang sedang populer terdengar memanaskan suasana.
Tak ayal, histeria tersebut memancing sang pimpinan preman yang sejak awal hanya duduk di pinggiran tanah lapang sambil menenggak miras bersama gerombolannya. Setelah menguras habis isi botol yang ada di tangannya, ia mengambil sebotol yang baru saja dibuka bawahannya. Sambil melangkah ke kumpulan penonton, ia berkata kepada yang lain, "Ayo turun, lagunya asyik nih, hahaha."
Gerombolan jagoan yang awalnya hanya duduk-duduk itupun kini menggerakkan seluruh badannya mengikuti hentakan musik. Dengan kesadaran yang tidak lagi penuh, hempasan irama dari panggung mengombang-ambingkan mereka. Mereka tidak lagi peduli. Kesenangan itu terasa meluap-luap. Memandang penyanyi dan penari seksi di atas panggung membuat mereka makin lepas kendali.
Entah bagaimana di tengah keasyikan bergoyang, tiba-tiba sang pimpinan preman itu terjatuh. Rasanya seperti ada yang mendorong tubuhnya dari belakang. Setelah menggoyangkan kepala, mengumpulkan sedikit kesadaran yang masih tersisa, terlihat di pelupuk matanya sebuah sosok yang tidak asing.
Itu adalah sosok yang mengepalai kelompok preman yang selama ini berselisih dengan kelompoknya. Sosok itu asyik bergoyang di hadapannya yang sedang terduduk setelah terjatuh. Di mata sang pimpinan preman, sosok yang mengabaikan dirinya itu sedang menghina keagungannya.
Kesenangan yang tadi membuncah, segera berganti jadi amarah yang melimpah. Para anak buah yang baru mengetahui pemimpinnya terduduk di bawah segera menolong sang bos. Namun sebelum pertolongan itu sampai, sang pemimpin preman segera berdiri dan melayangkan pukulan ke sisi wajah sosok yang selama ini merecoki kekuasaannya.
Sosok yang terpukul itu terjatuh menimpa orang di dekatnya yang juga anak buahnya. Dua orang pun jatuh terjerembab di atas tanah.