Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis content untuk bidang manajemen dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Tikus yang Berkuasa Tanpa Mempersyaratkan Etika

7 Januari 2024   07:12 Diperbarui: 7 Januari 2024   07:53 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menikmati hari dalam tubuh capung besi.
menebar ketakutan untuk sang pesakitan.
memeras tuntas tersisakan ampas.
si tikus berdasi tak tersentuh regulasi.
genggam kuasanya menggurita meraja lela.
dari sudut penjara sampai pojok istana.
hingga ia lupa bila dunia ada batasnya.
si tikus berdasi terantuk titik kulminasi.
tikus-tikus yang tersisih menjadi makin risih.
belati dan parang menerjang dari belakang.
kini tikus berdasi terancam bui.
ia merajuk seolah makhluk paling terpuruk.
mempertanyakan nurani minta dikasihani.
suatu permintaan tabu tanpa ada rasa malu.
dari sepercik etik yang lapuk membusuk.

baca juga"

puisi Memperbincangkan evaluasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun