Aku tak harus menceritakan dengan berteriak pada dunia kalau aku sedang jatuh cinta kan? Ah, semesta pasti taulah.
Sejak mengenal kamu, aku jadi sadar bahwa aku tak benar-benar menyukai hujan. Pasalnya, hujan bisa membuatmu sakit. Dan itu membuatku geram.
“Aku lebih suka tak hujan,”
“Tapi barangkali petani butuh hujan,” jawabmu,
“Mari kita tinggal di desa tanpa petani,”
“Kalau aku petaninya?”
“Jelas pilihan yang sulit, asal jangan kamu juga hujannya.”
Kamu mengerti aku tak begitu tertarik dengan hujan lagi karena selain jemuran tak kunjung kering, kenangan pahit di masa lalu pun tak kunjung reda. Kamu mengerti lusinan payung yang kupunya agar aku tak kehujanan. Kamu mengerti aku membutuhkanmu sebagai payung dari lukaku lebih dari lusinan kali aku membutuhkanmu.
Sementara kamu, kamu mencintai irama rintik hujan dengan amat sangat, tapi aku tak mengerti harus bagaimana.
“Aku suka.....” kamu urung, tak melanjutkan ceritamu. Aku baru tahu kamu suka sekali pada hujan, dan ini membuatku sakit.
“Tapi barangkali buah bisa kurang manis karena tersiram hujan melulu,” cetusku,