Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya,tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya
(pesan dari Seorang Guru Besar kepada anak didiknya) [caption id="attachment_247981" align="aligncenter" width="361" caption="doc kompasiana.com"][/caption]Seorang remaja putri, yang juga ponakanku, hari ini mnegikuti UN pada salam satu SMA ternama di Jaksel.
Ia sempat mampir ditempatku, untuk sedikit cerita tentang UN. Menurut Si Ponakan, UN yang dijalaninya, biasa-biasanya saja, tidak menakutkan atau berat. Semua soal bisa dikerjakan, mengenai apakah atau salahnya, tegantung yang mriksa. Intinya, ia bisa UN dengan lancar, tanpa kendala; dan pengawasnya pun tak seperti bayangan sebelumnya, yaitu tak ramah dan curiga.
Ketika mau pulang, yang katanya mau tidur; dan nanti belajar seadanya, karena ia sudah siap UN jauh ahri sebelum hari ini; ia pun berkata pelan, bahwa ketika mau memulai UN, ia teringat pada guru-gurunya yang mengajarnya sejak kelas I (dan itu yang menjadi alasan datang kepadaku, Oom nya, untuk bertanya mengapa seperti itu). Dengan sedikit perhatian dan nasehat ringan, ia pun puas dan pulang ke rumah.
Agaknya, Sang Ponakan, mengalami mendadak dewasa psikologis dan muncul emosi berterima kasih terhadap guru-gurunya. Betapa tidak, ia rasakan bahwa ada sentuhan dan perhatian gurunya, sehingga hari ini, bisa memasuki babak akhir belajar di SMA. Ia rasakan betul, tanpa guru-gurunya, ia tak bisa sampai pada UN.
Itulah realitas ideal yang terjadi pada seorang siswa atau mereka yang para guru ajarkan; dan juga akibat dari adanya guru ideal yang menyentuh hati rohani - jiwa anak-anak didiknya. Sehingga, merek, para anak didik, rasakan bahwa sebentar lagi akan berpisah dengan kehangatan dan ingatan manis dari dan ia/merek peroleh dari para gurunya.
Semuanya, para guru bisa dan sangat bisa karena mereka merupakan komponen strategis  dalam dunia pendidikan. Tugas dan perannya bukan hanya di sekolah atau kelas tetapi lebih luas serta kompleks, meliputi :
- pada bidang profesi, guru bertugas mendidik, mengajar, dan melatih; mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa
- dalam bidang kemanusiaan, di sekolah, guru berperan sebagai orang tua kedua, yang memberi dan membangun motivasi murid-muridnya untuk belajar serta menambah wawasan dalam berbagai hal
- dalam bidang kemasyarakatan, guru bertugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab
- guru juga bisa sebagai orang tua kedua; karena merupakan orang tua kedua, guru harusnya memberlakukan setiap siswa sebagai anaknya sendiri. Karena hubungan sebagai anak-orang tua itu, guru dapat berperan lebih luas, misalnya sebagai seorang pendamping dalam berbagai pergumulan dan permasalahan yang ada pada diri siswa. Pendampingan itu bertujuan agar siswa mampu mengatasi pergumulan dan permasalahannya
1364962767957906818
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H