Serial SEKS dan PANCASILA
Kemarin (sengaja gunakan kemarin, agar ketika anda membaca hari ini, tulisan kemarin, masih tetap baru) ku tulis tentang Seks dan Ketuhanan Yang Maha Esa; sekarang ku lanjutkan dengan tema Seks dan Kemanusiaan Yang Adil dan beradab.
Seks, jenis kelamin; hal yang berhubungan dengan alat kelamin; Seksual, berkenaan dengan seks (jenis kelamin); berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan; Seksualitas, ciri, sifat, atau peranan seks; dorongan seks; kehidupan seks.
Kemanusiaan Yang Adil dan beradab. Menurut buku lama, sekitar 30 tahun lalu, ketika mengikuti Penataran P4, untuk menjadi Manggala Tingkat Nasional,  pada Sila II, Kemanusiaan yang beradab, tercermin: 1, Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia; 2, Saling mencintai sesama manusia; 3, Mengembangkan sikap tenggang rasa; 4, Tidak semena-mena terhadap orang lain; 5, Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; 6, Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; 7, Berani membela kebenaran dan keadilan; 8, Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Lalu, apa hubunganannya Seks dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab!? Tentu saja ada.
Mari kita lanjutkan.
Dari pengalaman masa lalu, menurut ku, ada hal-hal penting dalam/pada Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, yang masih kena-mengena dengan sikon kekinian kita di Negeri ini. Paling tidak, yang paling pas dengan Seks dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah, semua manusia Indonesia, (harus dan seharusnya) mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap orang lain; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Manusia Indonesia, (yang normal, produktif, subur, dan masih bisa ) yang melakukan aktivitas seksual, tentu mempunyai aneka cara - mode - gaya untuk hal tersebut; dan juga (dalam/pada cara yang normal tersebut) tentu pasangan mereka adalah manusia atau sesama manusia (saya sangat sulit membayangkan aktivitas seksual manusia dengan flora dan fauna ..... heheheheheh).
Karena sparing patnernya manusia, maka perilaku - tindakan - atau pun segala hal yang terjadi pada saat itu, harus (dan seharusnya) memperhatikann nilai-nilai manusia dan kemanusiaannya. Artinya, siapa pun yang menjadi lawan - pasangan - patner ml, maka ia harus diperlakukan secara manusiawi dan memperhatikan serta menghormati aspek-aspek kemanusiaannya.
Jadi, siapa pun pasangan ml anda (kita, diri mu, diri ku), isteri, isteri simpanan, sekretaris, bawahan, anak buah, selingkuhan, psk (psk perempuan - psk laki-laki), dan seterusnya, seharusnya memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan yang ada/terhisab di dalam/pada dirinya. Oleh sebab itu, sangat tidak patut, jika patner ml diperlakukan dengan semena-mena, tidak manusiawi, hanya sebagai pemuasan hasrat seksual, serta tak peduli terhadap sikon psikhologis serta aspek-aspek lainnya.
Tidak dapat disangkal bahwa, banyak perilaku dan tindakan seksual tanpa pri-kemanusiaan terjadi di mana-mana, terutama (oleh laki-laki) terhadap perempuan; perempuan yang diperkosa, dipaksa, dibayar untuk itu. Atau pun, anak-anak (dan juga abg) perempuan dan laki-laki, yang menjadi korban sodomi - perkosaan - pelecehan seksual dari laki-laki dewasa. Bahkan, ada juga isteri yang melaporkan suaminya ke polisi akibat kekerasan seksual dalam rumah tangga (tepatnya kekerasan seksual terhadap isteri di ranjang). Juga, tak sedikit orang Indonesia (yang katanya beragama) dan paham Ketuhanan Yang Maha Esa, melakukan tindakan-tindakan seksual tidak terpuji serta tak berprikemanusiaan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!