Salah satu aspek terpenting pada rentang hidup dan kehidupan manusia adalah pergaulan sosial. Pergaulan (menyangkut, kenal dan kenalan, kawan, teman, dan sahabat atau persahabatan) dapat terjadi pada setiap waktu dan semua tempat, serta dengan semua pihak; juga sesuai dengan sikon kemanusian serta profesi masing-masing. Namun, bisa terjadi manusia salah bergaul, dan membangun persahabatan, sehingga ada semacam larangan, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik,” . Jadi, ada dua model pergaulan,
Pertama, pergaulan yang salah dan buruk. Pergaulan yang salah, bukan berarti adanya larangan dan batasan karena tingkat sosial dan SARA, dan lain-lain, tetapi lebih menyangkut sikap dan perilaku buruk. Pada hubungan antar manusia, perlu batasan etis dan moral agar tercipta keteraturan dan ketertiban sosial. Oleh sebab itu, Seorang pujangga pernah menulis Amsal tentang pergaulan, “Tidak atau jangan bergaul … orang yang bocor mulut …,” (20:19) pelahap …, (28:7), dan juga jangan bergaung dengan “… orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, penipu,” serta “… orang-orang yang tidak tertib hidupnya.”
Persahabatan yang buruk bisa terjadi di semua rentang hidup dan kehidupan seseorang; di hampir semua rentang usia; pada semua tataran hubungan dan pergaulan sosial; bisa terajdi pada semua lapisan masyarakat; dan juga pada semua profesi. Pada umumnya, hubungan persahabatan yang buruk biasanya berdampak pada ketidakaturan (kekacauan, kehancuran, kerusakan) hubungan antar manusia; bahkan dalam lingkungan hidup dan kehidupan yang lebih luas.
Kedua, persahabatan yang benar. Persahabatan yang benar merupakan teman dalam kesusahan; ia adalah sahabat sejati, yang selalu ada dan tampil ketika dibutuhkan.
Sahabat yang menjaga persahabatan melalui saling pengertian, mengerti dan memahami. Ia memperlakukan sahabatnya sebagai “Aku dan Engkau, bukan Aku dan Benda” artinya Engkau mempunyai kebebasan penuh untuk bersikap dan mengambil tindakan sendiri sesuai dengan pikiran engkau. Jadi, dalam persahabatan, walau ada kedekatan, keakraban, serta segala sesuatu terjadi hampir tak berbatas, tetapi bukan berarti seorang sahabat kehilangan jatidiri atau kepribadiannya karenapersahabatan itu sendiri.
Persahabatan yang baik, ada ikatan kasih persahabatan, mempunyai ciri-ciri, antara lain, melintasi batas-batas SARA; adanya kesetiaan; kebersamaan; dan keterbukaan serta kejujuran. Pada umumnya, persahabatan yang baik selalu menghatar pada suasana penuh kedamaian dan kesejahteraan. Mungkin, bisa terjadi perbedaan (karena berbagai alasan) dalam persahabatan, namun biasanya membawa pada perbaikan atau kearah yang lebih baik.
Persahabatan yang baik pun, bisa terjadi berbagai penyimpangan. Misalnya, adanya solidaritas keliru; ekploitasi untuk mencapai keuntungan. Solidaritas yang keliru dalam persahabatan biasanya merupakan toleransi pada tindakan-tindakan buruk; bahkan menyembunyikan kesalahan dan berbagai tindak kriminal yang dilakukan sahabat tetap dan terus menerus dalam keadaannya yang buruk. Eksploitasi persahabatan, biasanya berupa meraih keuntungan materi, kedudukan, dan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan tertentu (karena adanya ikatan persahabatan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H