Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Healthy

[KTP] Suami Menjawab Kata-kata dengan Tamparan

18 Maret 2013   05:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:34 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar. Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, kunasihati supaya sehati sepikir. Bersukacitalah senantiasa; hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. anganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) adalah tindakan dan perilaku kekerasan (fisik dan psikologis) yang dilakukan laki-laki ke/pada perempuan.

KTP dapat terjadi di mana dan kapan saja, artinya tidak mengenal waktu dan tempat, serta siapa korbannya, dapat terjadi pada semua perempuan. Bentuk-bentuknya pun beraneka ragam, misalnya pukulan, tamparan, pembatasan kebebasan; pelecehan seksual ringan, misalnya tatapan mata menggoda, kata-kata vulgar, sampai sentuhan-sentuhan pada bagian-bagian tubuh tertentu; serta pelecehan seksual berat, seperti penelanjangan dan perkosaan.

Pada umumnya, perempuan korban kekerasan, mengalami penderitaan dan trauma fisik dan psikologis akut; amarah, depresi, bahkan mengalami gangguan kejiwaan.

Beda pendapat (antara) suami-isteri dalam tingkat tertentu adalah hal yang biasa dalam rumah tangga; akan tetapi, hal yang biasa itu, jika tak selesai maka bisa berujung pada konflik. Jika konflik tersebut, terulang dan diulang-ulang dalam kata; dan kata-kata yang menyakitkan, kasar, menembus harga diri seseorang maka, maka akan bedampak pada tindak-tindakan fisik untuk menghentikannya.

Kira-kira seperti itulah kronologis terjadinya KDRT oleh suami terhadap isteri. Kronologis tersebut, didapat berdasar penanganan kasus yang terjadi Semarang, Cirebon, Surabaya, Batam, Kupang, Depok, Bekasi, dan Jakarta (itu yang pernah kutangani); berdasar laporan beberapa teman, kasus KDRT oleh suami terhadap suami, juga seperti itu, kronologisnya sama dan sebangun.

Berdasar kronologis seperti itu, tentu saja, kita (atau siapa pun) tak perlu langsung memberi tudingan dan tuduhan ke/pada suami sebagai manusia pemberang, kasar, brutal, dan lain sebagainya, yang lancang serta ringan tangan terhadap perempuan (dhi. isterinya sendiri); harus jernih melihatnya.

Seringkali terjadi, suami sudah tak bisa menjawab kata-kata kasar, hinaan, cacian, yang tertuju kepadanya; dan itu muncul dari isterinya sendiri. Mungkin saja, sekali - dua kali, Si Suami masih bersabar, akan tetapi, jika datang bertubi-tubi dan terus menerus, ketika persediaan sabar dan kesabaran Si Suami telah habis serta kehabisan bahasa kata, maka ia pun gunakan bahasa tamparan. Bahasa tamparan untuk mendiamkan mulut yang cerewet dengan kata-kata penuh hinaan dan menyakitkan

Kadang, bahasa tamparan itu sangat efektif untuk mendiamkan; namun kadangkala justru menimbulkan masalah baru, sebagai KDRT, dan bisa dilaporkan ke aparat kepolisian sebagai bentuk penyiksaan. Nah....

Jika sudah mencapai hal tersebut, maka penanganan kasusnya pun, semakin mbulet, rumit, dan cenderung pada pemutusan hubungan sebagai suami isteri.

So, ... jangan cerewet yang menyakitkan hati dan harga diri suami; karena mereka cenderung gunakan bahasa tamparan untuk menjawab bahasa kata-kata. Tapi tak semua laki-laki seperti itu, lihat kata-kata di/dalam foto (di bawah ini). [caption id="attachment_243080" align="aligncenter" width="293" caption="koleksi masyarakat pluralis indonesia/"]

136358411785294685
136358411785294685
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun