pantai riung - flores, ntt - koleksi pribadi
Kebangkitan [Kembali] Unsur-unsur budaya yang bersifat, Spiritisme, Dinamisme otemnisme Mistis, Animisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HKebangkitan yang dimaksud adalah penggunaan unsur-unsur budaya yang bersifat mistis, animisme, spritisme, dinamisme, totemnisme, serta berbagai unsur kebudayaan lainnya. Unsur-unsur tersebut, yang tadinya telah ditinggalkan dan dilupakan akibat pengaruh ajaran-ajaran Agama, dihidupkan kembali dengan berbagai alasan. Misalnya, dengan alasan pelestarian kebudayaan, maka unsur-unsur budaya yang penuh dengan magis serta mistis, dihidupkan oleh masyarakat dan pemerintah. Pada sikon itu, melestarikan budaya sekaligus merupakan upaya membangkitkan hal-hal yang tadinya sudah hilang karena pengaruh agama.
Proses perubahan dan perkembangan, umumnya menjadikan masyarakat belajar  meninggalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan logika. Hal itu, termasuk hal-hal yang bersifat mistis, animisme, spiritisme, dan dinamisme, akan tetapi dalam kenyataannya, tidak seperti itu. Kemajuan peradaban tidak langsung merubah pola dan cara pikir yang bergantung pada unsur-unsur kebudayaan masa lalu, misalnya pada masyarakat Asia, Afrika, dan pulau-pulau di Lautan Pasifik.
Pada masa kini, banyak orang, walaupun hidup dan kehidupannya relatif sudah maju [termasuk sebagian masyarakat di Indonesia]; serta berada di tengah masyarakat kota dan industri, namun masih banyak berperilaku seperti penganut agama-agama suku. Mereka [banyak orang di pelbagai tempat dan dari berbagai suku] masih menggunakan benda-benda magis atau mistik sebagai kekuatan untuk menghadapi tantangan dunia modern, serta meraih dan mecapai tujuan dan keinginannya. Hal-hal seperti susuk, rapal, mantera, tulisan-tulisan tertentu, keris, batu cincin, ikat pingang, dan lain-lain, digunakan sebagai alat jaga diri atau penolak bala, bahkan sebagai penjaga diri dari bentuk ancaman dan lain-lain.
Pada sikon seperti itu, manusia menyebut dirinya bertuhan dan beragama, sebetulnya tidak mempercayai adanya kuasa TUHAN Allah yang diajarkan oleh agama-agama. Mereka tidak mengantungkan hidup dan kehidupannya pada TUHAN Allah, melainkan kepada kuasa-kuasa lain dalam benda-benda magis dan mistik yang dimilikinya. Banyak contoh menunjukkan bahwa manusia masih berhubungan [memakai dan mempraktekkannya] dengan hal-hal yang besifat animisme, spritisme, dinamisme, dan totemnisme untuk mencapai tujuan, melengkapi kebutuhan, serta memenuhi keinginannya.
Hal-hal seperti ramalan, astrologi, santet, perdukunan, sesajen, ramalan-ramalan, nujum, santet, mantera, dan sejenis dengan itu, telah menjadi bagian dari orang-orang tertentu yang ingin mempertahankan dan memperoleh kekayaan, kedudukan, kekuasaan, bahkan sebagai penglaris usaha, dan seterusnya.
Pada sikon seperti itu, manusia mempergunakan unsur-unsur budaya masa lalu [yang bersifat animisme, dinamisme, spiritisme, totemnisme] agar meraih dan mencapai tujuan pada hidup dan kehidupan modern. Semuanya itu menunjukkan suatu paduan antara logika, realita, matematis, dan praktek-praktek budaya masa lalu, yang kadang tidak terjangkau secara ilmiah.
13330657481368691746
13326772001074519002foto koleksi pribadi