Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KEBANGKITAN (kembali) Unsur-unsur Budaya Yang Bersifat Spiritisme, ...

25 Maret 2012   11:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:30 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13326768931857977397
13326768931857977397

pantai riung - flores, ntt - koleksi pribadi

Kebangkitan [Kembali] Unsur-unsur budaya yang bersifat, Spiritisme, Dinamisme otemnisme Mistis, Animisme.

Kebangkitan yang dimaksud adalah penggunaan unsur-unsur budaya yang bersifat mistis, animisme, spritisme, dinamisme, totemnisme, serta berbagai unsur kebudayaan lainnya. Unsur-unsur tersebut, yang tadinya telah ditinggalkan dan dilupakan akibat pengaruh ajaran-ajaran Agama, dihidupkan kembali dengan berbagai alasan. Misalnya, dengan alasan pelestarian kebudayaan, maka unsur-unsur budaya yang penuh dengan magis serta mistis, dihidupkan oleh masyarakat dan pemerintah. Pada sikon itu, melestarikan budaya sekaligus merupakan upaya membangkitkan hal-hal yang tadinya sudah hilang karena pengaruh agama.

Proses perubahan dan perkembangan, umumnya menjadikan masyarakat belajar   meninggalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan logika. Hal itu, termasuk hal-hal yang bersifat mistis, animisme, spiritisme, dan dinamisme, akan tetapi dalam kenyataannya, tidak seperti itu. Kemajuan peradaban tidak langsung merubah pola dan cara pikir yang bergantung pada unsur-unsur kebudayaan masa lalu, misalnya pada masyarakat Asia, Afrika, dan pulau-pulau di Lautan Pasifik.

Pada masa kini, banyak orang, walaupun hidup dan kehidupannya relatif sudah maju [termasuk sebagian masyarakat di Indonesia]; serta berada di tengah masyarakat kota dan industri, namun masih banyak berperilaku seperti penganut agama-agama suku. Mereka [banyak orang di pelbagai tempat dan dari berbagai suku] masih menggunakan benda-benda magis atau mistik sebagai kekuatan untuk menghadapi tantangan dunia modern, serta meraih dan mecapai tujuan dan keinginannya.  Hal-hal seperti susuk, rapal, mantera, tulisan-tulisan tertentu, keris, batu cincin, ikat pingang, dan lain-lain, digunakan sebagai alat jaga diri atau penolak bala, bahkan sebagai penjaga diri dari bentuk ancaman dan lain-lain.

Pada sikon seperti itu, manusia menyebut dirinya bertuhan dan beragama, sebetulnya tidak mempercayai adanya kuasa TUHAN Allah yang diajarkan oleh agama-agama. Mereka tidak mengantungkan hidup dan kehidupannya pada TUHAN Allah, melainkan kepada kuasa-kuasa lain dalam benda-benda magis dan mistik yang dimilikinya. Banyak contoh menunjukkan bahwa manusia masih berhubungan [memakai dan mempraktekkannya] dengan hal-hal yang besifat animisme, spritisme, dinamisme, dan totemnisme untuk mencapai tujuan, melengkapi kebutuhan, serta memenuhi keinginannya.

Hal-hal seperti ramalan, astrologi, santet, perdukunan, sesajen, ramalan-ramalan, nujum, santet, mantera, dan sejenis dengan itu, telah menjadi bagian dari orang-orang tertentu yang ingin mempertahankan dan memperoleh kekayaan, kedudukan, kekuasaan, bahkan sebagai penglaris usaha, dan seterusnya.

Pada sikon seperti itu, manusia mempergunakan unsur-unsur budaya masa lalu [yang bersifat animisme, dinamisme, spiritisme, totemnisme] agar meraih dan mencapai tujuan pada hidup dan kehidupan modern. Semuanya itu menunjukkan suatu paduan antara logika, realita, matematis, dan praktek-praktek budaya masa lalu, yang kadang tidak terjangkau secara ilmiah.

13330657481368691746
13330657481368691746

13326772001074519002
13326772001074519002

foto koleksi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun