Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dirgahayu Polisi Republik Indonesia

30 Juni 2012   06:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:24 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi Republik Indonesia lahir dari dalam sejarah Perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia

[caption id="attachment_191611" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi jappy.8m.net"][/caption]

Catatan I. Dirgahayu atau berumur panjang; biasanya ditujukan ke/pada negara, organisasi, institusi yang sedang memperingati hari pertama kali muncul, hari lahirnya; sering juga, dirgahayu, diucapkan sebagai pengganti kata selamat hari ulang tahun.

Catatan II. Polisi berasalpolitie(Latin, politia;Yunani,polis,politeia) bermaknawarga kota atau pemerintahan kota. Di masa lalu,  pada duniaHelenis, Polis,merupakan negara kota yang otonom dan mandiri, tapi biasanya tergabung dengan aliansi (bersama) polis lainnya, sehingga membentuk semacam Kerajaan.

Karena semakin kompleksnya sikon hidup dan kehidupan Polis, maka pemerintahan polis memerlukan orang-orang tertentu untuk menjaga keamanan masyarakat (dan mereka bukan tentara); oleh sebab itu dipilih dari antara penduduk. Mereka harus mengikuti kemauan - kehendak (policy, bahkan perintah pemerintah kota) untuk menjaga dan melayani masyarakat.

Sehingga jika ada tindak kekerasan - kriminal dan lain sebagainya, masyarakat tak perlu melapor ke istana, tetapi cukup datang ke/pada petugas-petugas keamanantersebut. Dan jika para petugas tersebut tiba di/pada tkp, masyarakat (akan) berkata, “polissudahadaataupolis sudah datang,dan lain sebagainya.Dalam arti, petugas-petugas tersebut mewakili dan bertindak atas nama pemerintah kota/polisdalam/ketika menyelesaikan masalah.  Dalam kerangka itu,polismerupakan petugas yang mewakili pemerintah untuk menciptakan rasa aman, tenteram, damai, serta ketertiban, dan lain sebagainya kepada rakyat.  Sehingga, kehadiran dan sebutan untuk dan kehadiranpara petugas polistersebut,disamakan dengan kehadiran pemerintahyang menenangkan rakyat.

Lama kelamaan, mungkin pada abad pertengahan di Eropa, ketika pamor negara kota sudah tak ada, dan berganti dengan kerajaan, penyebutanpolicy-polismasih tetap dipergunakan; serta fungsinya sama seperti masa-masa sebelumnya; policy - polisi, sebagai orang diangkat dan mewakili pemerintah untuk memberikan ketenteraman kepada warga atau rakyat.

Catatan III. Empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, di Surabaya, seorang perwira polisi Belanda, Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin,  memproklamirkan lahirnya Pasukan Polisi Republik Indonesia. [Perlu diingat bahwa, pada waktu itu, RI belum mempunyai kekuatan angkatan bersenjata]. Lahirnya Pasukan Polisi RI (selanjutnya POLRI), pada masa itu, merupakan Institusi yang mempunyai kekuatan bersenjata pertama yang dimiliki, RI; Polri lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lengkap.

Tugas awalnya pada waktu itu adalah melakukan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang; dan diikuti dengan membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang.

Ketika, tentara Sekutu dan ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia, 29 September 1945, dengan dalih ingin melucuti tentara Jepang; muncul berbagai kontak senjata secara sporadis antara sekutu dan kekuatan senjata RI yang ada pada waktu itu adalah pasukan Polri, bersama laskar – rakyat bersenjata.

10 Nopember 1945, merupakan puncak Pertempuran Surabaya, ada dua nama yang yang menjadi kiblat komando, yaitu Bung Tomo dan Inspektur Mochammad Jassin, (sampai saat ini, saya sangat heran dengan tenggelamnya nama Mochamad Jassin dalam/pada teks Sejarah Pertempuran Surabaya). Mereka berdua, mungkin saja pada kubu yang jauh - berbeda secara geografis, tetapi menjadi penggerak - pengatur – motivator, sehingga semangat pantang menyerah, maju menyerang, berkorban ada pada darah dan jiwa pemuda/i Surabaya. Mereka bertempur, bertempur, bertempur, dan sampai tak ada suara.

Polri tidak berhenti di situ, tetapi terus membhaktikan diri (sesui perintah dan amanat Negara) pada berrbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI RMS RAM dan G 30 S/PKI serta berbagai penumpasan GPK, dan yang paling teranyar adalah adanya DENSUS 88.

1340702337842289522
1340702337842289522

Jika sekarang 1 Juli, (atau anggap hari ini, 1 Juli;  kemarin, 1 Juli; dan besok juga 1 Juli) dirayakan sebagai Hari Polri, saya pun tak tahu mengapa 1 Juli dan bukan 21 Agustus. Penetapan 1 Juli 1946 dengan ketetapan Pemerintah No 11/SD/1946, dibentuk Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal tersebut, dijadikan sebagai Hari Bhayangkara. Biarlah semua terjadi, dan menjadi sejarah yang tak terlupakan oleh keluarga besar Polri; dan siapa yang mau merubahnya!?

POLRI tetap hadir dan ada dengan VISI, mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera, (polri.go.id).

Berdasar Visi dan Misinya, Polri, mau mendekat diri ke/pada masyarakat - rakyat, dan menghadirkan - mendekatkan negara ke/pada tengah-tengah masyarakat, serta memberi rasa aman kepada mereka. Hal-hal utama tersebut, tak jauh berbeda atau sudah sangat jauh berbeda dengan hakekat polisi yang sebenarnya, (lihat catatan II). Rakyat yang bukan anggota dan keluarga besar POLRI yang bisa menilai hal tersebut.

Rakyat biasa yang pernah merasakan sepak terjang manis dari Polri; dan juga teriakan pahit serta kepahitan yang dilakukan Polri.  Polri juga bukan institusi suci yang tanpa salah, mereka pun ada hal-hal yang menjauhkan dirinya dari rakyat; namun tak sedikit di antara mereka yang menjadikan dirinya ada untuk/serta terasa  aman, damai dan perdamaian.

Polri bukan lagi pasukan tempur, seperti ketika ia lahir; polri bukan juga bagian dari TNI ABRI, seperti pada era ORBA;  polisi telah menjadi polisi yang sebenarnya.  Akan tetapi, jika melihat pada realitas sekarang, di Nusantara, tempatnya POLRI berkiprah, apakah sudah seperti visi dan misinya!? Dan ini,  biarlah jajaran POLRI yang menjawabnya.

POLRI memang sesuatu yang mati, namun bukan juga abadi; Polri bisa tak ada jika RI tak ada; bila tak ada NKRI, polisi tetap ada. Anggota polisi mempunyai batasan umur dan kerja, namun POLRI tetap ada dan terus ada seiring dengan adanya NKRI.

Ketika Polri merayakan hari ulang tahunnya,  (besok, kemarin, dan hari ini), sebagai rakyat biasa, tak berharap banyak, tapi cuma mau katakan bahwa, "Polri, kembalilah kepada hakikat polisi yang sebenarnya."

Dirgahayu Polisi Republik Indonesia

1340702337842289522
1340702337842289522

Abbah Jappy P

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun