Indonesia, sebagai Negara berpenduduk beragama Islam terbesar di dunia, tentu Umat Islam merupakan potensi terbesar untuk/dalam membangun serta memajukan bangsa ini. Salah satu contoh saja, jika zakat, betul-betul dijalankan, dan difungsikan juga untuk kegiatan ekonomi umat, maka saya membayangkan tidak ada pengemis di negeri ini. Belum lagi potensi bantuan sosial dan amal serta membuka peluang agar ada pekerjaan. Dan masih banyak yang lain.
Dan memang upaya-upaya untuk memajukan Umat Islam telah dirintis sejak sebelum merdeka oleh banyak ormas seperti NU dan Muhamadyah; bahkan, sekarang ini, hampir semua Bank Nasional, ada model Bank Syariah nya, dengan tujuan perputaran uang umat Islam, bisa dinikmati oleh sesamanya.
Lalu, bagaimana dengan sikon politik!? Para pejabat publik seperti lurah, camat, walikota, bupati, gubernur, menteri, dan seterusnya, para anggota parlemen, para hakim-jaksa, para kepala sekolah, dekan, rektor, artis, dan para-para yang lain,AGAKNYA hanya mengenal MUSLIM dan tak mengenal yang lain. Bagi mereka sangat HARAM dan NAJIS jika menyebut agama yang lain, selain Muslim/Islam; dalam/pada otak rasialis mereka yang ada hanya Muslim/Islam dan tak ada Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Kon Hu Chu, dan lain-lain. Banyak orang sepertinya tak mau dan enggan menyebut yang lain itu sesuai identitas agama dan kepercayaannya.
Dari semuanya itu, penyebabnya adalah pengaruh politik agama dan tokoh agama ke/dalam ranah publik; dan juga adanya pemikiran rasialis pada perpolitikan Indonesia.Model seperti itu, maka rakyat Indonesia yang Hindu, Budha, Protestan, Katolik, Kong Hu Chu, pada tataran Nasional, tidak pernah disebutkan, tidak pernah dikenal, dan tak dianggap. Pada tataran Nasional, hanya ada SATU dan yang lain itu adalah Non yang Satu tersebut, oleh sebab itu pemerintah harus memperhatikan yang satu, dan tak peduli ke/pada non yang satu.
Itulah model politik yang merusak bangsa dan rakyat NUSANTARA; dan tak ada keinginan untuk merubah keadaan. Model Politik Rasialis tersebut telah merambah masuk ke berbagi sendi hidup dan kehidupan masyarakat. Sehingga, dalam percakapan sosial pun sama. Banyak orang hanya mengenal Muslim dan Non Muslim; enggan - haram - najis, jika menyebut yang Non itu sesuai dengan id keagamaannya. Ini karena masyarakatnya juga rasialis!? Bisa, ya - bisa juga, tidak. Yang pasti, itu karena ada contoh dari para elite bangsa, contoh dari media massa, contoh dari media elekronik, contoh dari public figure, contoh guru - dosen - dekan - rektor, dan contoh dari para tokoh serta politisi, contoh dari presiden, contoh dari menteri, dan seterusnya.
Dengan sikon seperti itu …. siapa yang berani menindas Umat Islam di Indonesia!? Sehingga ku bertanya kepada FPI, “Siapa yang (berani) menindas Umat - Agama Islam di Indonesia, sehingga kalian perlu ada!?
Siapa yang berani …!? Sehingga FPI memunculkan diri seebagai gerakan pembela agama. Dari namanya, sangat jelas, bahwa mereka membela Agama Islam (Agama atau Umat!?). Mungkin yang mereka maksud adalah membela umat Islam. Membela umat Islam Indoneia agar dari penindasan (saya malah bingung, karena siapa yang menindas umat Islam di Indonesia). (Jika mereka maksud adalah membela Agama Islam - Agama Allah, malah, saya sangat heran, karena ALLAH YANG MAHAKUASA (saya masih percaya IA MAHAKUASA) tersebut, ko’ membutuhkan manusia untuk membela agama. Apa memang (di Indonesia), IA menjadi TIDAK MAHAKUASA)
Coba baca pernyataan ini “Kalau agama kita dilecehkan, Allah dihina, Alquran tidak dihargai dan nabi kita dihina, apakah kita akan diam saja melihat kondisi yang demikian? Liberalisme yang mencoba menghancurkan agama harus kita berantas,” FPI akan terus maju untuk menegakkan Islam. Habib menegaskan, tidak ada pihak manapun yang bisa menghalang-halangi FPI untuk membela Islam. Ia menilai, banyak pihak yang ingin menghancurkan Islam. http://www.tribunnews.com/2012/03/12/fpi-takkan-mundur-meski-banyak-yang-tidak-suka. Lalu pihak mana yang berani lakukan itu!?
JIKA mau membela agama, maka mengapa harus dengan kekerasan dan anarkhis!? Sehingga harus bicara dengan cara memperlihatkan kejujuran sebagai gerakan pemurnian agama dengan cara keras. Dan alat yang digunakan pun gampang, yaitu, pentungan, kayu, besi, pengeras suara, teriak-teriak; bahkan mengkafirkan semua yang tak sejalan dengan FPI!? LIHAT aksi-aksi ini. Bukankah agama harus membawa damai dan perdamaian!? dan bukan memperlihatkan ketakutan!? Sekali lagi, siapa yang berani menindas Umat Islam di Nusantara!?
13303018221263933136
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H