13, Angka Sial!?

Celaka 13 - celakan tiga belas ... kata-kata ini selalu keluar dari banyak orang Indonesia, mengalami sesuatu yang merugikan atau kemalangan. Itu telah muncul, entah kapan, tapi sejak saya kecil sudah ada seperti itu.

Tiga belas, menjadi momok tersendiri; seakan sosok yang mempunyai kekuatan supernatural serta menakutkan. Bahkan di anggap sebagai biang kerok malapetaka dan kesialan.  Akibatnya, banyak tempat - lokasi yang tak ada (tak menggunakan) angka 13 sebagai petunjuk atau tanda tempat. Tak ada rumah yang mau gunakan nomer 13; tak ada lantai hotel yang gunakan no 13; dan banyak hal tanpa nomer 13. Sehingga, jika digunakan untuk menunjukan lokasi tertentu, maka deretan angka setelah 10, menjadi 11, 12, 12a, 14 dan seterusnya; sebagai solusi yang menghindari angka 13. Silahkan lakukan pengamatan, pada gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, tak dijumpai lantai 13; yang ada 11, 12a, 14; termasuk pada tombol-tombol lift; juga tak ada kamar hotel bernomer 13; bahkan tak ada orang yang mau menikah pada tanggal 13.

Nomer - angka 13 tak mau digunakan, karena pemakainya - pengguna, akan mengalami malapetka dan mudah mengalami bencana - sial - tak beruntung - kesialan - dan berbagai ketidakberuntung lainnya. Dan juga, semua hal yang menggunakan angka-nomer 13, dianggap tak bertahan lama.

Itulah, kesialan tiga belas ....

Tetapi, ada 13 yang justru diharapkan - ditunggu-tunggu - dituntut - dikejar - di minta,  dan harus disiapkan yaitu gaji ke 13; yang ini malah tidak sial - tak membawa malapetaka. Jika tidak mendapat gaji ke 13, wah .... bisa-bisa ada perang dengan bos atau atasan. Nah.

1328791730302572327