Mohon tunggu...
Janu Winarti
Janu Winarti Mohon Tunggu... -

just for my live

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Mom

6 Maret 2012   13:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:26 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Empat tahun sudah semuanya terlewatkan,,
melewati hari-hari tanpa belai lembut jari jemarinya,
mendengarkan setiap ba'it celotehnya, hingga iringan langkahnya saat menyertai perjalananku.
bahkan dekapan hangatnya kala tidurku.
kini semua hanya kenangan yang kan terus membayangi stiap detak jantung dan hembusan nafas.
tak ku temukan lagi kebahagiaan itu, semua berakhir empat tahun silam.
Masih terlihat jelas dipelupuk ingatanku, saat ku datangi istana kami,
istana dimana aku mendapatkan kebahagiaan selama ini,
kutemui tubuh yang mulai kurus itu terbaring kaku tak bernyawa,
isak tangis seraya menggelegar seisi istana kami,
tak pernah ku kira secepat ini mama pergi meninggalkan kami dan istana kecilnya yang tak megah itu.
tak dapat kurelakan kepergian mama kala itu, meski ku tau sangat berat perjuangan mama melawan sakitnya,
kanker payudara stadium 3b yang selama dua tahun terakhir bersarang ditubuh mama,
bahkan setelah menjalani kemoterapi dan operasi pun penyakit itu enggan beranjak dari tubuh mama.
turut ku rasakan betapa sakitnya mama saat harus menjalani semuanya.
ketika mama tak mampu lagi menahan rasa sakitnya, dan meminta ayah mendekap tubuh mama yang sudah tak seperti dulu lagi.
sungguh, aku tak sanggup melihat semua penderitaan itu, ingin ku gantikan posisi mama yang terbaring lemah kala itu, dengan selang oksigen yang membantu mama untuk bertahan hidup.
mungkin kepergian mama adalah akhir dari penderitaannya,
tapi kala itu juga merupakan akhir dari kebahagiaanku bersamanya.
terlalu cepat mama pergi dari sisi kami, yang kala itu usiaku baru delapan belas tahun.
masih kurasakan bahwa gundukan tanah merah itu hanya sebuah figura, namun nyatanya
disanalah mama bersemayam sebelum aku dapat membahagiakannya.
selalu ku kunjungi peristirahatan mama saat aku kembali kesana, menapaki setiap jejak bahagia yang masih tersimpan di istana kami. tak banyak yang berubah dari istana kita ma, semua masih tersusun oleh tangan lembut mama beberapa tahun yang lalu. Ayah masih sangat menyayangi mama, tak kan ada satupun yang kan menggantikan posisi mama di istana kita. kami akan selalu menyayangi dan mendo'akan mama agar berada disurga Nya. Kami semua merindukan mama. Putri kecilmu ini kini sudah menjadi dewasa, yang akan menjaga ayah dan abang seperti mama menjaga kami dulu. terima kasih untuk kasih sayang mama selama ini.
Datanglah dan dekap aku kala tidurku malam ini ma.

love u mom,,

'Janu Winarti'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun