Kata guru saya lagi, sombong itu pakaiannya Tuhan, jadi jangan digosob, gak boleh, dosa. Nanti Tuhan pake pakaian apa coba?. Pie perasaanem nek klambinem opo sandalem digosob?
Walhasil, di dalam grup itu ada yang pro dan yang kontra, dan masing-masing menggunakan ayat dan hadis dan pendapat ulama semua, hampir-hampir saya kebingungan membedakan benar-salah. Tapi untungnya saya hanya yakin satu hal, muslim sejati itu tidak suka marah-marah, menyalahkan orang, membenci orang yang agama lain, berprasangka buruk, dan yang paling penting adalah tidak narsis dan merasa paling benar.
Ayolah, kanjeng Nabi juga pernah kok mempersilakan orang Nasrani Najran untuk beribadah di masjid. Lah Haritanu itu cuma kunjugan, belum sampe ibadah.
Muslim yang suka marah-marah dan merasa paling benar itu, tandanya dia ngaji baru sampai thaharah, udah berhenti karena kesusu dan kebelet nikah gegara propaganda nikah muda bisa memperlancar rejeki karena sudah dijamin Tuhan in yakunu fuqara yughniyahumullah.
Semuslim dan setaat apapun kita? Apa bisa jamin kita mati nanti masih muslim? Atau sechina-chinanya dan sekafir-kafirnya Haritanu itu apa bisa jamin nanti mati masih tetap kafir?. Tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali ketidakpastian itu sendiri, saya lupa itu kalimat siapa, ya.
Terakhir, tidak perlu takut gegara adik-adik kita cium tangan Haritanu itu menyebabkan mereka murtad dari Islam atau munafik. Jelas tidak mungkin, lah wong Haritanu itu sebenarnya juga anggota NU kok. Coba baca lagi namanya itu, HaritaNU. Tunggu sebentar lagi, cepat atau lambat beliau akan dapat KARTANU, kayak presiden kita Kang Jokowi.
Padahal nih, pak jokowi mau dikasih kartanu kek, kartu muhammadiyah kek, Syiah ahmadiyah yg ses at dan kufar itu kek. Dia pasti mau mau aja. Nothing to do with religion. Hahaha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H