Mohon tunggu...
Janu Kuki
Janu Kuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ketua RT Tandingan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

KDI 2015: Azizah Maumere, Fenomena Budaya Orang Sikka - Flores

13 April 2015   18:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:09 2955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Anda tahu Maumere ? Maumere adalah ibu kota Kabupaten Sikka yang terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Maumere adalah salah satu kota terkecil yang pernah dikunjungi Paus Yohannes Paulus II pada tahun 1989. Anda kenal Azizah Maumere ? Azizah Maumere adalah salah satu peserta Kontes Dangdut Indonesia (KDI) tahun 2015 yang telah berhasil lolos masuk dalam tahap Gerbang KDI. Sesuai namanya Azizah berasal dari Kota Maumere.

Saya bukanlah seorang penggemar musik dangdut, saya juga baru mengetahui Azizah Maumere ketika namanya ramai dibicarakan dalam forum media sosial yang beranggotakan orang-orang asal Kabupaten Sikka serta para simpatisan yang tersebar di berbagai tempat di luar kota Maumere. Ajakan untuk memberi dukungan, serta munculnya berbagai ide, saran untuk perbaikan penampilan, serta laporan-laporan mengenai aktivitas sejumlah orang-orang Maumere dalam mengapresiasi kemunculan Azizah Maumere pada ajang kontes nasional KDI itu bagi saya menjadi suatu fenomena tersendiri.

Pada malam penampilannya di tahap Gerbang KDI 2015, Jumat, 10 April 2015, di kota kelahirannya Maumere digelar acara nonton bareng alias nobar. Nobar Azizah Maumere yang berlokasi di Pasar Bongkar, Maumere dihadiri ribuan orang. Anak kecil hingga para kakek nenek ikut larut nonton penampilan Azizah yang disiarkan oleh MNCTV. Bukan hanya di Maumere, di seluruh negeri tempat berkumpulnya komunitas perantau asal Maumere, Flores juga diberitakan ramai menggelar acara nonton bareng. SMS dukungan mengalir deras. Alhasil Azizah Maumere malam itu lolos ke tahap selanjutnya dengan meraih polling SMS tertinggi.

Nobar, pencarian dana dan segala ekspresi yang disampaikan masyarakat Maumere Flores dan simpatisannya demi mendukung Azizah telah menyatukan mereka dari banyak perbedaan yang ada. Mulai dari yang beda kesukaan aliran musik, (bukan hanya pencinta dangdut) hingga pada perbedaan pandangan sebagai ekses dari beda pilihan capres pemilu kemarin. Semuanya lebur jadi satu semangat dan satu harapan bersama : Keberhasilan Puteri Daerah Di Ajang Nasional.

Sang juri Iyeth Bustami mengatakan bahwa Azizah Maumere menjadi ikon tersendiri dalam KDI 2015. Pernyataan Iyeth tersebut pastinya lebih mengarah kepada hal-hal yang lebih menyangkut soal musik dangdut, misalnya kualitas suara atau gaya penampilan Azizah. Saya sangat setuju bahwa Azizah merupakan ikon tersendiri dalam kontes ini, namun berbeda dengan Iyeth, saya lebih melihat dari sisi lain yang tidak menyangkut dunia perdangdutan.

Fenomena Azizah Maumere Dalam Toleransi Beragama Di Kabupaten Sikka

Pada awal kalimat tadi saya sebutkan bahwa kota Maumere adalah salah satu kota terkecil yang pernah dikunjungi Paus Yohannes Paulus II. Salah satu alasan kedatangan Paus ke kota ini adalah karena mayoritas masyarakat Pulau Flores adalah penganut Katolik. Azizah Maumere sendiri beragama Islam. ‘Alhamdullihah’ selalu diucapkan Azizah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. Aksi Azizah Maumere dalam kontes KDI menjadi pesan bagi warga Indonesia bahwa toleransi beragama di provinsi NTT bukan sekedar wacana tetapi memang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Maumere adalah kota kecil yang mungkin anda juga tidak tahu di mana keberadaannya. Dari segala segi Maumere pasti kalah jauh di banding Jakarta. Sarana pendidikan di Maumere memang tidak sehebat di kota besar lainnya, tapi kami berbahagia karena moralitas dan penghargaan pada orang lain yang berbeda, menjadi bagian pendidikan yang wajib diajarkan para orang tua di Maumere. Di Maumere, tidak ada satupun warganya yang tidak mendukung Azizah dengan alasan karena beda agama. Azizah bukan saja mendapat dukungan, keberhasilannya bisa ikut serta dalam ajang nasional juga karena dalam kesehariannya di Maumere Azizah tidak merasa diperlakukan sebagai minoritas. Bagaimana dengan Jakarta, kota terbesar dan terhebat di negeri ini ? Hmm… gubernurnya sendiri bahkan tidak dianggap dan malahan dibuat tandingannya karena beda agama dengan mayoritas warganya.

Fenomena Azizah Maumere Dalam Budaya Kehidupan Masyarakat Sikka

Ketika ditanya apa pekerjaan orang tuanya di Maumere ? Azizah menjawab dengan jelas : “bapak saya tukang ojek”. Tidak ada kesan malu dengan pekerjaan ayahnya. Di Jakarta, banyak dijumpai beberapa remaja putri menutup-nutupi ‘pekerjaan kasar’ ayahnya yang hanya sebagai supir angkot, satpam, porter alias kuli angkut dengan menuliskan pekerjaan orang tua : wiraswata.

Kesadaran anak-anak Maumere akan pekerjaan kasar orang tuanya dan kehidupan yang berkekurangan ini menjadikan mereka ‘tidak banyak gaya dalam pergaulan’ terutama bagi yang tinggal di kota-kota besar di luar Flores, dan hal ini malahan dianggap segelintir orang non Sikka sebagai sikap minder dan kurang terbuka sehingga kurang diperhitungkan. Belum lagi kadang-kadang muncul pula sikap pesimis para orang tua yang bisa saja membuat upaya anak-anak Maumere untuk berprestasi jadi tersendat. Pada bagian ini aksi Azizah Maumere patut menjadi teladan, baik bagi anak-anak Maumere maupun orang tua. Dari kisah hidupnya yang mulai menyanyi dari panggung ke panggung, hingga menapaki impian menjadi artis dangdut nasional, Azizah dan keluarganya memberikan contoh untuk tidak cepat puas dan berhenti pada satu titik saja, tapi terus berusaha mencapai titik lain yang lebih tinggi.

Satu hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketika menjelaskan pekerjaan orang tuanya, sama sekali tidak terlihat Azizah Maumere menjadikan dirinya minta dikasihani. Kebanyakan yang sudah-sudah dalam acara-acara ajang pencarian bakat ini selalu menyelipkan kisah duka, mencari simpati pendukung dengan cerita sedih dan mengumbar air mata, “aku anak orang miskin, hidupku sangat sengsara, aku ikutan ajang pencarian bakat, dukung aku ya,,, ntar dapat pahala”… Tidak tersirat dalam jawaban Azizah tentang kehidupan keluarganya untuk minta dikasihani, malah lebih kepada pesan moral “orang miskin juga berhak mencapai cita-citanya” . Jawaban Azizah memperjelas perilaku hidup orang Maumere yang selalu keringatan dulu untuk mendapatkan rezekinya. Sebagaimana cara hidup orang Sikka menjalani hidup, melawan kerasnya hidup dengan bekerja dan berjuang lebih keras, bukan mengandalkan simpati dan belas kasihan orang lain semata.

Masyarakat Sikka menganut sistem budaya patriarki. Budaya patriarki sendiri kadang dipandang sebagai suatu bentuk kekejaman dan ketidak-adilan pada kaum perempuan. Meskipun demikian, namun dalam sistem adat istiadat, khususnya adat pernikahan orang Sikka, sangat terlihat bahwa kesetaraan gender dan sikap menjunjung tinggi derajat wanita ditonjolkan dalam setiap prosesinya. Peranan kaum wanita Sikka justru lebih dominan dalam soal budaya lokal. Mas Kawin atau dalam bahasa Sikka disebut Belis merupakan simbol bahwa keberadaan wanita merupakan hal terpenting dalam kehidupan berbudaya pada masyarakat Sikka. Belum lagi kisah wanita Sikka dengan hasil kain tenun ikatnya. Bahwa selembar tenunan kain ikat Sikka memiliki filosofi mendalam jika dikaitkan dengan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Sikka, seperti yang dituliskan oleh Kompasianer, Ubed. A. Syarif dalam http://sosbud.kompasiana.com/2015/01/04/tenun-ikat-sebagai-identitas-634850.html

Inilah kehebatan yang tidak disadari bahkan oleh banyak orang Maumere sekalipun, dimana dalam masyarakat yang menganut budaya patriarki (garis laki-laki) justru para leluhur sesungguhnya telah meletakan posisi perempuan pada tataran yang lebih tinggi dan terhormat. Pesan ini diingatkan kembali oleh Azizah Maumere dalam aksinya di ajang KDI 2015, khususnya untuk wanita Sikka, bahwa adat patriarki atau adat menurut laki-laki sama sekali tidak akan pernah menghambat wanita Sikka untuk berkarya dan berprestasi.

Selamat untuk Azizah Maumere alias Azizah Ismihayrunissa. Semoga sukses.
Epang gawan, Amapu Benjer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun