Kemarin saya memberikan komentar pada status facebook seorang teman yang memposting tentang debat Mahfud MD vs Anis Bawesdan dalam acara Mata Najwa. Komentar saya singkat; Pak Mahfud ragu-ragu, Pak Anis tegas. Rupanya komentar saya mendapat respon yang tidak biasanya dari teman saya itu. Semacam ada permintaan darinya agar saya memberikan argumentasi : atas dasar apa saya memberikan komentar demikian. Karena penilaian teman saya terhadap debat itu tidaklah demikian, menurutnya malah kebalikan dari komentar saya; Pak Anis ragu-ragu, Pak Mahfud jujur.
Maka kamipun ‘meneruskan debat’ dengan membuat tantangan ke masing-masing yaitu membedah acara debat tersebut dan memberikan penilaian disertai alasan dengan terlebih dahulu membuat kesepakatan-kesepakatan. Pertama kami sepakat untuk mempelajari klip tayangan acara debat tersebut yang sudah diunggah ke situs youtube, dengan tautan : http://www.youtube.com/watch?v=3Qkyi_V-CE4 , agar masing-masing menonton tayangan video yang sama, mengingat klip video sejenis banyak sekali di situs youtube tersebut.
Kesepakatan lainnya adalah hanya membedah 4 menit pertama dari tayangan tersebut. Awalnya saya minta untuk memantau 10 menit atau setengah dari total durasi tayangan video itu. Namun teman saya hanya ingin 4 menit pertama saja. Meski waktu penelitiannya sangat pendek, saya setujui saja, namun saya mengajukan kesepakatan lain yaitu; tidak mengasumsikan adanya keberpihakan Najwa Shihab sebagai tuan rumah acara dan tidak menyinggung kepemilikan stasiun televisi MetroTV tempat acara Mata Najwa bernaung. Sayangnya usulan saya tidak direstui oleh teman saya dan diapun akhirnya tidak ingin kegiatan ini diteruskan. Padahal saya bermaksud baik yaitu dengan mengesampingkan keberadaan MetroTV (dimana yang punya adalah mitra koalisi salah satu capres) bisa memposisikan Najwa Shihab sebagai host yang netral, sehingga penilaian-penilaian kami bisa bebas dari dugaan yang mungkin keliru : misalnya pertanyaan sudah diatur dan lain-lain.
Meski teman saya minta tidak diteruskan, namun demi untuk memberikan dasar argumen komentar saya di dinding facebook-nya, saya pelan-pelan tetap melakukan pengamatan video. Singkatnya dimulailah kegiatan yang mungkin bagi banyak orang disebut nggak ada kerjaan yaitu “Membedah 4 Menit Pertama Debat Mahfud MD vs Anis Bawesdan”. Kegiatan apa pula ini ? mau meriset koq tidak seluruhnya, hanya 4 menit awal saja, bakalan tak valid nih hasilnya. Ya, inilah kondisinya, teman saya hanya minta empat menit awal saja, saya harus ksatria menerapkan kesepakatan itu. Riset yang aneh ? memang… tapi tak apa toh ? di jaman kampanye pilpres semakin aneh, tidak terkendali dan sulit dibendung, rasanya ikutan berbuat aneh juga mungkin tidak akan dituduh sinting khan ?
Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengunduh dari tautan video tersebut agar mudah ditonton semaunya (play, forward, rew, pause, atau stop). Terpikir oleh saya mengunduhnya adalah hal yang cukup penting, karena akan saya tonton berulang-ulang agar dapat menganalisa banyak hal; menyangkut durasi detik perdetik, mimik dan gesture, intonasi dan volume suara Pak Mahfud dan Pak Anis, dan juga tentunya telaah retorika dan subtansi pernyataan dari yang disampaikan mereka, setidaknya menurut pandangan subyektifitas saya sendiri.
Selanjutnya saya menonton 4 menit durasi awal video debat Pak Mahfud MD vs Anis Bawesdan tersebut dengan seksama dan serius, tanpa berkedip, namun tetap bernafas, dan sesekali menarik ingus, karena mohon maaf saya sedang pilek dan nggak punya tissue pula.
Dan perjuangan saya ini pun telah sampailah kepada saat yang berbahagia, di mana dengan selamat sentosa saya akhirnya dapat mengantarkan hasil “Membedah 4 Menit Pertama Debat Mahfud MD vs Anis Bawesdan” ke sini…
Silahkan disimak dan harap diingat bahwa ini adalah murni opini subyektif saya. Jika ini dinilai menyesatkan mohon dimaafkan, namun jika malah dinilai mencerahkan mohon dimaafkan juga, karena sesungguhnya dalam ‘perang’ persepsi kampanye capres yang lumayan panas ini ketika ada pernyataan positif tentang capres X maka itu umumnya akan menjadi hal yang menyebalkan bagi kubu capres Y, begitu juga sebaliknya. Tak tahu sampai kapan, jangan dianggap setelah 9 juli 2014 nanti akan mereda lho, jangan-jangan malah makin tambah panas.
Inilah opini saya (yang sekali lagi saya tegaskan bahwa ini subyektif), yang saya paparkan sebagai berikut :
Durasi yang disepakati adalah 4 menit pertama atau 00:00 s/d 04:00 (240 detik)
---Najwa intro 00:00 s/d 01:14 (74 detik)
---Najwa bertanya 01:15 s/d 01:24 (10 detik)
Pak Mahfud MD bicara 01:25 s/d 02:42 (78 detik)
---Najwa bertanya 02:43 s/d 02:47 (5 detik)
Pak Anis Bawesdan bicara 02:48 s/d 04:00 (73 detik)
Total 240 detik.
Laporan Hasil Bedah :
Gestur :
Pak Mahfud selama 78 detik bicara, melihat/ menatap mata Najwa (lawan bicara) : 16 detik
Sebanyak 62 detik Pak Mahfud banyak bicara sambil memandang ke atas/ vertikal, secara gestur dapat disimpulkan menyampaikan sesuatu sambil menebak-nebak (kira-kira nanti Najwa tanya apa lagi ya ?). Bicara sambil menghindari tatapan mata dengan lawan bicara, bagi saya bagaikan menutupi adanya aura tidak yakin pada ucapannya sendiri
Pak Anis selama 73 detik bicara, melihat/ menatap mata Najwa (lawan bicara) : 39 detik
Saat bicara 39 detik beliau memandang mata lawan bicara (Najwa), 30 detik lainnya Pak Anis memandang horisontal kepada pendengar lain yang duduk berhadapan dengannya yaitu pak Mahfud, 4 detik sisanya Pak Anis memandang ke meja/ arah bawah.
Secara gestur dapat disimpulkan selain ada keyakinan diri pada Pak Anis saat menyampaikan jawaban, sekaligus juga Pak Anis terlihat sedang memastikan agar pendengar yang lain (yaitu Pak Mahfud) menyimak dengan baik tanpa ada gangguan seperti penggunaan kata, lafal, intonasi dan volume suara.
Retorika :
Jawaban Pak Mahfud menciptakan penilaian seolah ada keraguan pada dirinya sebelum menentukan iya atau tidak dalam mendukung capres Pak Prabowo, akan menjadi hal yang wajar jika ada yang menilai jawaban itu sebagai curhat pribadi beliau dalam memilih capres Pak Prabowo
Sedangkan jawaban Pak Anis bagi sayapun terdengar klise dan seperti jawaban kebanyakan penggemar Pak Jokowi pada umumnya, jawaban semacam ini banyak dijumpai dalam mimbar/ panggung ajang kampanye terbuka Pro Jokowi, boleh saja jika jawaban seperti itu disebut text book.
Tapi dalam Acara Debat ini, justru kelihatan kecanggihan Pak Anis Bawesdan yang telah mempersiapkan diri untuk memberi alasan dan penjelasan kepada pemirsa televisi agar memilih capres Pak Jokowi, karena Pak Anis sadar bahwa acara ini dibuat bukan untuk menceritakan (kampanye) tentang dirinya, melainkan untuk Pak Jokowi.
Pak Anis sangat memahami ini adalah acara Mata Najwa yang sedang mengusung tema Pilih Jokowi atau Pilih Prabowo, maka jawaban-jawabannya telah dikonsep sedemikian rupa untuk menjabarkan tentang Pak Jokowi, bukan tentang dirinya, meski inti pernyataan justru mengarah ke sikap personal. Pak Anis mampu meramu jawaban atas sikap secara personal dengan sekaligus juga menyisipkan alasan-alasan ‘kenapa memilih capres Jokowi’ yang menurutnya lebih penting diungkapkan sebagai wujud nyata ungkapannya membantu orang baik.
Sedangkan Pak Mahfud tanpa disadari telah terjebak dalam upaya seolah-olah pembelaan diri sendiri, dengan menceritakan kondisi dirinya, galau, sedih 3 hari, karena banyaknya pilihan sulit lain bagi dirinya diluar dari pilihannya pada Pak Prabowo, yang sebenarnya menurut saya nggak perlu disampaikan. Bila dengan kegalauannya Pak Mahfud dapat tetap lebih taktis menjawab dengan menceritakan (kampanye) tentang Pak Prabowo, tentu saya akan memberikan pandangan yang berbeda dalam menafsirkan retorika beliau dalam debat tersebut.
Tata Bahasa, Intonasi dan Volume Suara :
Keduanya sama-sama menggunakan tata bahasa yang mudah dimengerti oleh rakyat/ pemirsa televisi bahkan dengan tingkat usia mulai dari 15 tahun ke atas. Salut kepada mereka, karena umumnya para cendekiawan dan pakar Indonesia lebih banyak berbicara di televisi dengan kalimat njelimet dan sering menggunakan istilah dan perbendaharaan kata yang tidak umum.
Keduanya santun dalam berbicara. Keduanya juga menggunakan intonasi dan volume suara secara elegan pada saat menyampaikan kalimat-kalimat yang terindikasi memiliki point-point utama.
Lain-lain :
Saya kira ada efek tertentu dari acara debat ini yaitu ketika ada pemirsa televisi yang tidak mengetahui keduanya, sangat mungkin setelah menyaksikan acara tersebut para pemirsa tersebut jadi ingin mencari tahu, siapakah Pak Mahfud MD, siapakah Pak Anis Bawesdan, apa latar belakang mereka, dan sebagainya, dan sebagainya, sehingga apa bila capres yang dijagokan mereka nantinya terpilih menjadi presiden, dan mereka kemudian mungkin ditunjuk sebagai salah satu menteri, maka rakyat dapat memberikan penilaian (harap dibaca : persetujuan) yang lebih obyektif.
Demikianlah disampaikan analisa video debat 4 menit, semoga teman saya punya waktu dan bersedia membacanya, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Gunakan nalar dan akal sehat, ikuti kata hati, dukung dan kampanyekan capres jagoan anda dengan hati, jangan karena sakit hati. Merdeka !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H