Balikpapan --Salah satu jenis usaha yang masih bertahan di Balikpapan adalah usaha pengrajin tempe dan tahu. Perhatian Pemerintah Balikpapan pada sektor industri kecil ini cukup baik. Pemerintah Balikpapan memberikan perhatian lebih dengan cara merelokasi para pengrajin di satu daerah sentra industri yang bertempat di daerah Somber, Balikpapan Utara. Bukan hanya tempat, pemerintah setempat memperhatikan juga masalah pengelolaan manajemen para pengrajin untuk dapat menjadi para pengusaha yang berhasil dalam jenis usahanya.Â
Perlu kita ketahui akibat dari relokasi ini adalah para pengrajin tempe dan tahu yang berada di sentra industri berusaha bersaing secara sehat dan kompetitif untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari para konsumen di pasar yang tersebar di daerah balikpapan. Usaha yang mereka lakukan adalah dengan menjaga mutu serta kualitas tempe yang diproduksi.
Pada Hari sabtu, tanggal 29 Juli 2017 yang lalu, Tim dosen dari program studi Matematika Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang diketuai oleh Ibu Primadina Hasanah, S.Si., M.Sc. melaksanakan program pengabdian masyarakat berkesempatan mengunjungi salah satu home industry / industri rumah tangga pengrajin tempe di daerah relokasi industri kecil tersebut. Program pengabdian masyarakat tersebut bertujuan untuk melakukan sosialisasi serta melihat proses pengendalian kualitas yang dilakukan para pengrajin terutama pada produk tempe.Â
Program pengabdian ini dilaksanakan di rumah salah satu pengrajin tempe di Somber milik bapak Aswariani. Tujuannya adalah untuk melihat proses pengendalian kualitas produk tempe yang dilakukan. Selain itu melalui program ini diharapkan dapat membantu pengrajin tempe apabila terdapat kendala dalam pengendalian kualitas yang dihadapi dalam proses bisnis dari produk tempenya.
Teori pengendalian kualitas menurut Ahyari (1992), merupakan suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar produk atau jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan. Proses pengendalian kualitas yang telah dilakukan di industri rumah tangga dengan produk tempe terdiri dari beberapa hal, yakni manajemen pengawasan terhadap kualitas bahan baku, peralatan produksi, tenaga kerja, proses produksi, dan faktor manajemen lainnya.Â
Dalam proses produksi tempe faktor yang sangat berpengaruh adalah kualitas bahan baku. Bahan baku kedelai yang digunakan saat ini merupakan kedelai impor yang telah dikenal memiliki kualitas yang lebih baik dari pada kedelai lokal. Harga kedelai impor tidak sangat berpengaruh terhadap produsen atau pengrajin, harga saat ini berkisar Rp 7000/kg. Namun ketergantungan terhadap kedelai impor sebenarnya sangat disayangkan. Hendaknya pemerintah mengambil langkah agar dapat menyediakan kedelai lokal yang berkualitas sehingga para produsen tidak bergantung pada pasokan kedelai dari luar negeri.
Faktor yang tidak kalah penting selain kualitas dari bahan baku, kualitas produk tempe yang baik juga dipengaruhi oleh kualitas proses produksi yang dilakukan. Pada proses ini yang berpengaruh adalah peralatan dan tenaga kerja yang melakukan proses produksi. Peralatan yang digunakan antara lain, wadah berupa tong besar sebagai tempat merendam kedelai, wadah besar untuk menampung air, bejana untuk merebus kedelai, mesin pemecah kedelai, dan lainnya. Proses pengendalian kualitas yang telah dilakukan oleh bapak Aswariani sebagai pengrajin meliputi kebersihan dari peralatan dan kualitas material dari peralatan yang dipakai.
Secara statistik, pembukuan keuangan akan bermanfaat untuk evaluasi usaha yang dijalankan. Evaluasi ini dapat membantu pengusaha untuk mengukur usaha yang telah dilaksanakan, sehingga dapat menjadi acuan untuk mengembangkan usahanya. Apabila usaha-usaha kecil yang ada di masyarakat semakin berkembang maka perekonomian masyarakat dapat terangkat serta dapat mengurangi pengangguran di masyarakat.