Mohon tunggu...
Kus Harijanti. drg. MKes. SpPM
Kus Harijanti. drg. MKes. SpPM Mohon Tunggu... Dokter Gigi Spesialis -

Dokter gigi kekhususan di bidang oral medicine (penyakit mulut). Alumni FKG Unair angkatan 1972

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sedekah di Hari Jumat

8 Januari 2018   11:51 Diperbarui: 8 Januari 2018   16:51 2210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah-wajah cerah setelah menerima nasi bungkus(Dokpri)

Wajah-wajah cerah segera terpancar diantara orang-orang yang bekerja ditempat pembuangan sampah ketika menerima nasi  bungkus yang masih anget.

Pak Udin, sebut aja begitu, umurnya baru 55 tahun tapi wajahnya sudah termakan kerasnya kehidupan.  Sudah sejak subuh tadi dia bergulat dengan sampah, mengambil sampah plastik dari tempat --tempah yang ada di perumahan Sutorejo Indah, Sutorejo Prima dan sekitarnya. Demikian pula dengan istrinya, mengambil kerdus-kerdus yang berada di depan toko-toko di daerah Mulyosari Surabaya. Semua dikumpulkan dan dibersihkan ditempat kost di gang sempit dekat pasar Yamuri. Ruangan 3x4m yang separonya diisi sampah-sampah plastik dan kerdus yang sudah dibersihkan. 

Barang itu nanti yang akan disetorkan ke pengumpul, makin banyak yang disetorkan makin banyak pula uang yang didapat. Bila malam telah tiba mereka dengan nyamannya mlungker diatas tikar disamping sampah tersebut.   Mustofa lain lagi, pemuda yang jujur dan rajin itu adalah tukang becak yang mangkal diujung gang. Setiap bulan dia kirim duit untuk anak istrinya di kampung, dia tak punya tempat kost dan hanya tidur di becak bila malam menjelang. Pernah ada dompet ketinggalan sehabis mengangkut penumpang, dia kembalikan dompet itu pada yang punya. Walau keadaan sangat minim tapi nuraninya masih bening.

Ibu-ibu menyiapkan nasi bungkus (Dokpri)
Ibu-ibu menyiapkan nasi bungkus (Dokpri)
Lain lagi dengan bu Enung, wanita muda dengan 3 anak tersebut juga bersuamikan seorang pemulung. Dia sendiri  bekerja sebagai tukang cuci, yang jam kerjanya menunggu suaminya pulang dari tempat pembuangan sampah. Karena pak Enung mencari sampah plastik, kerdus dan lain2 tidak di tempat sampah perumahan tapi langsung di TPA. Mereka bergantian menjaga anak2nya. Bagaimana bisa mereka mempunyai  anak 3 orang dengan penghasilan yang tidak tentu? Ya.....karena mereka tidak mempunyai hiburan lain selain membuat anak.  

Dalam rumah petak seluas 3x5m itulah mereka hidup, berimpitan dengan rumah petak yang lain, jangan bicara tentang kesehatan, jangan bicara tentang cuci tangan, karena mereka tidak mempunyai kamar mandi pribadi. Mandinya di kamar-mandi umum dengan membawa air yang harus mereka beli. Nah itulah mereka orang-orang yang kurang beruntung yang menjadi sasaran Ibu-ibu untuk diberi sedekah yang berupa nasi bungkus setiap Jum'at.

Setiap Kamis beberapa ibu sudah belanja dan menyiapkan masakan untuk esok hari. Uangnya dari urunan ibu-ibu pengajian masjid Al-Iman dan Al-Ikhlas Surabaya. Setiap Jumat bisa tersaji 50-100 bungkus nasi yang akan dibagikan pada orang-orang tersebut, jumlah nasi bungkus tergantung uang yang terkumpul. Kalau ada uang berlebih disimpan untuk memasak Jumat minggu depan.  Karena didalam agama memang dianjurkan menafkahkan sebagian harta (bisa berupa zakat, infak atau sodaqoh) untuk orang-orang yang berhak.

"Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna) , sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuiNya (Ali Imran : 92). Itulah, maka ibu-ibu bergegas mengumpulkan uang sodaqoh (sedekah) semampunya untuk melaksanakan perintah Allah............bila kegembiraan terpancar dari wajah-wajah mereka ketika menerima nasi bungkus maka kebahagiaan itu akan menjalar disetiap hati para ibu yang telah mengeluarkan sodaqoh.

Isi nasi bungkus (Dokpri)
Isi nasi bungkus (Dokpri)
(5 Januari 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun