Wajah-wajah cerah segera terpancar diantara orang-orang yang bekerja ditempat pembuangan sampah ketika menerima nasi  bungkus yang masih anget.
Pak Udin, sebut aja begitu, umurnya baru 55 tahun tapi wajahnya sudah termakan kerasnya kehidupan. Â Sudah sejak subuh tadi dia bergulat dengan sampah, mengambil sampah plastik dari tempat --tempah yang ada di perumahan Sutorejo Indah, Sutorejo Prima dan sekitarnya. Demikian pula dengan istrinya, mengambil kerdus-kerdus yang berada di depan toko-toko di daerah Mulyosari Surabaya. Semua dikumpulkan dan dibersihkan ditempat kost di gang sempit dekat pasar Yamuri. Ruangan 3x4m yang separonya diisi sampah-sampah plastik dan kerdus yang sudah dibersihkan.Â
Barang itu nanti yang akan disetorkan ke pengumpul, makin banyak yang disetorkan makin banyak pula uang yang didapat. Bila malam telah tiba mereka dengan nyamannya mlungker diatas tikar disamping sampah tersebut. Â Mustofa lain lagi, pemuda yang jujur dan rajin itu adalah tukang becak yang mangkal diujung gang. Setiap bulan dia kirim duit untuk anak istrinya di kampung, dia tak punya tempat kost dan hanya tidur di becak bila malam menjelang. Pernah ada dompet ketinggalan sehabis mengangkut penumpang, dia kembalikan dompet itu pada yang punya. Walau keadaan sangat minim tapi nuraninya masih bening.
Dalam rumah petak seluas 3x5m itulah mereka hidup, berimpitan dengan rumah petak yang lain, jangan bicara tentang kesehatan, jangan bicara tentang cuci tangan, karena mereka tidak mempunyai kamar mandi pribadi. Mandinya di kamar-mandi umum dengan membawa air yang harus mereka beli. Nah itulah mereka orang-orang yang kurang beruntung yang menjadi sasaran Ibu-ibu untuk diberi sedekah yang berupa nasi bungkus setiap Jum'at.
Setiap Kamis beberapa ibu sudah belanja dan menyiapkan masakan untuk esok hari. Uangnya dari urunan ibu-ibu pengajian masjid Al-Iman dan Al-Ikhlas Surabaya. Setiap Jumat bisa tersaji 50-100 bungkus nasi yang akan dibagikan pada orang-orang tersebut, jumlah nasi bungkus tergantung uang yang terkumpul. Kalau ada uang berlebih disimpan untuk memasak Jumat minggu depan. Â Karena didalam agama memang dianjurkan menafkahkan sebagian harta (bisa berupa zakat, infak atau sodaqoh) untuk orang-orang yang berhak.
"Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna) , sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuiNya (Ali Imran : 92). Itulah, maka ibu-ibu bergegas mengumpulkan uang sodaqoh (sedekah) semampunya untuk melaksanakan perintah Allah............bila kegembiraan terpancar dari wajah-wajah mereka ketika menerima nasi bungkus maka kebahagiaan itu akan menjalar disetiap hati para ibu yang telah mengeluarkan sodaqoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H