Mohon tunggu...
Paul Janssen
Paul Janssen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hallo!! aku Paul

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meneladani Cara Hidup Priskila dan Akwila

13 Mei 2024   21:30 Diperbarui: 13 Mei 2024   21:32 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Priskila dan Akwila adalah pasangan suami istri yang saleh. Mereka merupakan sepasang suami istri pada abad pertama. pada awalnya mereka tinggal di Italia; lalu mere pindah ke Korintus saat terjadi pengusiran orang-orang yahudi dari Italia oleh Kaisar Klaudius (41-45 M). Pengusiran ini dicatat sejarawan Suetonius: "...Claudius mengusir orang-orang Yahudi keluar dari Roma, karena menimbulkan kerusuhan terus menerus, dengan Chrestus sebagai pemimpinnya...". 

Di Korintus, Akwila dan Priskila bertemu dengan rasul Paulus. Kemungkinan besar rasul Paulus tinggal bersama mereka dan bekerja bersama sebagai tukang kemah. Setelah tinggal cukup lama dengan rasul Paulus, akhirnya rasul Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila di Efesus. Mereka sebenarnya sudah meminta supaya Paulus tinggal lebih lama dengan mereka, tetapi Paulus tidak mengabulkannya. 

Setelah Paulus datang juga kepada mereka Apolos yang fasih dalam berbicara dan mahir dalam mendalami kitab suci. Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 18 24-28).

Menurut tradisi gereja, Paulus kembali mengutus mereka menjadi penilik jemaat di Asia Kecil. Tradisi ini diperkuat oleh Kitab Apostolic Constitutions (7.46) yang mencatat nama Akwila bersama Nicetas sebagai uskup-uskup pertama di Asia Kecil. Tradisi juga melaporkan bahwa Akwila mati sebagai martir bersama istrinya, Priskila.

1.   Peran Priskila dan Akwila

Dalam perkembangannya, tidak sedikit dari anggota jemaat yang tidak mempunyai dasar iman yang jelas. Hal ini menjadi kerisauan tersendiri bagi Akwila dan Priskila. Pasangan ini mengambil tanggung jawab untuk merawat orang-orang Kristen baru dan mengubah mereka menjadi pengikut Kristus yang aktif. Tidak jarang mereka menggunakan rumah mereka sebagai tempat untuk berdoa. Dengan melakukan hal ini, mau menjelaskan bahwa mereka mengambil bagian dalam menghimpun, dengan kata lain membentuk komunitas. 

Salah satu ciri komunitas Kristiani adalah berlandaskan semangat Kristus. Hal ini dengan jelas tercermin dalam keseharian Akwila dan Priskila. Spirit sehati sejiwa adalah roh komunitas yang didalamnya terdapat sharing pengalaman hidup. Hal ini juga yang tergambar dalam jemaat perdana, tak jemu-jemunya mereka berkumpul untuk berdoa dan saling menguatkan dengan berlandaskan kasih Kristus dan setelah mengalami kasih itu, mereka berani keluar untuk membaginya dengan orang lain di luar jemaat yang menjadi kesaksian dan pewartaan bagi mereka yang tidak mengenal Kristus. 

Kegiatan berkumpul dalam Kristus juga pada masa itu bukanlah sesuatu yang terbilang berbahaya karena mereka harus berhadapan dengan Yudaisme yang menganggap iman akan Kristiani adalah sekte dari ajaran mereka. Hal ini telah dialami oleh Akwila dan Priskila saat mereka harus mempertahankan iman dan sebagai akibatnya, mereka harus mengalami pengusiran oleh kaisar Claudius. Di tengah kondisi ini, mereka tetap menjaga bahkan menghimpun umat Allah. Hal ini menjadi bukti ketangguhan Akwila dan Priskila, ketika mereka sudah mengalami kasih Tuhan. 

2.  Ora et Labora

Ora et Labora berarti berdoa dan bekerja. Ungkapan ini pertama kali diciptakan oleh St. Benediktus dari Nursia. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan "opus manual" yang berarti berdoa, meditasi dan membaca. Dengan kata lain, tidak ada pemisah antara berdoa dan bekerja, sehingga keduanya bisa saling mendukung. Artinya, apa yang diucapkan dalam doa harus tercermin dalam kehidupan nyata. 

Prinsip hidup ini juga yang menjadi pegangan pasangan Akwila dan Priskila dalam pewartaan. Pada zaman itu belum ada tunjangan untuk para pewarta, jadi untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, mereka harus bekerja. Mereka pembuat tenda sekaligus rekan Rasul Paulus. Mereka adalah orang-orang Kristen biasa, yang setiap hari duduk di bengkel mereka, menjahit kanvas, melakukan tawar-menawar dengan pedagang dan menjual produk jadi. Tempat pelayanan mereka adalah "agora".

Pada awalnya mereka tinggal dan bekerja di Roma, namun setelah terjadi pengusiran orang Yahudi oleh kaisar Claudius, mereka harus melanjutkan tugas pembuatan tenda dan menarik pelanggan baru di tempat lain. Korintus, sebuah kota di Yunani yang mempunyai populasi Yahudi yang besar, mereka pilih sebagai tempat tinggal selanjutnya. Tetapi dengan demikian mereka harus keluar dari zona nyaman. Keluar dari zona nyaman ini meliputi kehilangan sebagian besar kontak bisnis dan rumah. Tetapi, mereka harus tetap bekerja untuk menyambung hidup. 

Bekerja bisa dipandang sebagai salah satu cara untuk iman dan kesetiaan terhadap Tuhan. Bekerja dengan tekun dan ikhlas juga merupakan bagian dari kesetiaan itu. Pekerjaan juga bisa dianggap sebagai tindakan kasih karena dengan bekerja seseorang mengambil bagian dalam pelayanan. Hal ini tercermin dari hati yang sungguh-sungguh terarah kepada Allah. Akibatnya akan terlihat dalam buah yang dihasilkan, tidak lain adalah pelayanan.

Priskila dan Akwila menunjukkan apa yang disebut sebagai pelayan dalam hal ini, mereka sebagai kaum awam telah melaksanakan tugasnya yakni memberitakan kabar baik, di tempat dimana para Rasul tidak bisa menggapai. Mereka telah menghimpun jemaat, dengan kata lain, mereka telah mengambil bagian dalam membina jemaat. Namun ditengah semua itu ada tugas lain yang harus mereka lakukan yaitu bekerja. 

Ora et Labora, kata ini bisa menggambarkan kehidupan mereka. Mereka melakukan pekerjaan dengan setia, hal ini menggambarkan pelayanan, sama seperti yang diajarkan Kristus. Pekerjaan apapun yang dilakukan seseorang harus mengutamakan pelayanan sebagai landasannya dan hal bisa menjadi terang di tengah pekerjaan, terang yang dimaksud adalah Kristus sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun