Mohon tunggu...
Paul Janssen
Paul Janssen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hallo!! aku Paul

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi Pewarta dalam Perjanjian Lama dengan Zaman Postmodern

19 Maret 2024   14:23 Diperbarui: 19 Maret 2024   14:37 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Zhongguo Dryad mengatakan bahwa tropis modern muncul setelah perang dunia II dan dia sendiri mendefinisikan bahwa  era postmodern adalah era dimana aktivitas konsumsi lebih massif ketimbang produksi. Memang pada dasarnya manusia tidak bisa dilepaskan dari kegiatan konsumsi. Namun dalam kegiatan konsumsi terjadi perubahan makna, dari yang awalnya bertujuan untuk mendapatkan nilai guna, berubah menjadi status dan gaya hidup. 

Pada zaman perjanjian lama, para nabi mewartakan dan mengajar dengan sangat gigih kendati mendapat banyak penolakan. Hal ini bisa dilihat dari perlakuan yang didapat saat mereka melakukan pewartaan. 

Namun yang patut ditelusuri adalah dorongan atau motivasi para nabi dalam mewartakan. Motivasi itu adalah cinta Allah kepada manusia. Para nabi tidak mempunyai alasan lain untuk menolak karena Allah sendiri yang bekerja melalui mereka. 

Jika hal ini diterapkan ke zaman postmodern, banyak orang terutama kaum muda yang sudah berbeda pandangan mengenai untuk apa manusia hidup. Oleh karena itu, sangat diperlukan pewarta yang sungguh berani untuk mewartakan seperti yang dikatakan Paus Fransiskus dalam dokumen Evangelii Gaudium. 

Zaman semakin berkembang. Perkembangan ini diikuti dengan cara hidup dan cara pandang yang berbeda. Tetapi yang disoroti bukan pada perubahan yang positif, tetapi pada perubahan yang negatif. 

Pada zaman postmodern banyak orang yang terlalu berfokus pada gaya hidup (apa yang bisa dilihat orang atau apa yang tampak). Hal ini merupakan perkembangan yang negatif. keinginan akan gaya hidup membuat orang ingin melengkapi dirinya dengan sesuatu yang mengikuti zaman. Hal ini menimbulkan lahirnya budaya konsumerisme. 

Gereja dalam hal ini dipanggil untuk mewartakan sabda kepada lingkungan yang demikian. Namun pasti akan ada banyak kendala karena gaya hidup yang sudah mengakar. Tetapi hal ini juga dialami oleh para nabi dalam perjanjian lama, tetapi mereka tetap bertahan dan percaya bahwa Allah lah yang bekerja, mereka hanyalah alat. 

Oleh karena itu, Gereja zaman ini ditantang untuk bisa meneladani para nabi dalam perjanjian lama, dengan berani mewartakan walau tinggal di tengah zaman yang tidak mendukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun