Mohon tunggu...
Habib Jansen Boediantono
Habib Jansen Boediantono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bukan siapa - siapa, hanya seorang pejalan kaki yang menghadapi hidup dengan peluh dan sorot mata berani

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sabda Selon Habib Genggong (1) : Tentang Pancasila

16 Desember 2016   19:36 Diperbarui: 17 Desember 2016   03:14 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bahwa sesungguhnya manusia hadir kemuka bumi dalam keadaan merugi, terjatuh dalam dosa dan samsara maka apa pun yang dilakukan manusia dalam membangun peradaban hanya ekspose dari penderitaan spritualnya. Oleh karena itu peradaban yang dibangun sepanjang sejarah kemanusiaan adalah kutub negatif yang menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri. Kehidupan manusia adalah kegelapan yang diciptakan Tuhan untuk memantulkan cahaya keilahian. Demikian pandangan ontologis sufistik yang selalu saya ajarkan pada santri - santri dipadepokan 'Wong Selon'

Tuhan menciptakan segala sesuatu bukan untuk melawan dirinya. Kegelapan dalam kehidupan diciptakan agar manusia mengenal Tuhan melalui pantulannya. Pantulan inilah yang membangun kutub positif peradaban baru manusia dan kita menamakannya dengan Pancasila. Dengan demikian pancasila adalah perangkat yang diberikan Tuhan agar manusia mengenal kebaikan - kebaikan dalam kegelapan dunia

Sabda Selon Habib Genggong ini hendak mengingatkan : Pancasila merupakan tingkat tertinggi evolusi peradaban manusia dalam bentuk kesadaran spritual yang tersempurnakan. Billa kutub negatif peradaban selama ini melahirkan sikap hidup materialistik dengan ukurannya yang serba kuantitatif dan penguasaan alam sebagai tujuannya, Pancasila adalah loncatan spritual untuk melepaskan diri dari unsur materialistik menuju latar peradaban kebalikannya yaitu Memayu Hayuning Bhawana. Oleh karena itu yang akan dibangun oleh Pancasila bukanlah masyarakat dengan tingkat ekonomi yang mengagumkan, tetapi kesalehan sosial suatu masyarakat dengan hubungan antar manusia yang welas asih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun