Mohon tunggu...
Jan Roi Purba
Jan Roi Purba Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

ada asap tahu yang terbakar

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pengalaman Organisasi dan Gagasan IMAS USU Mengajar

22 Mei 2014   06:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya percaya bahwa harta yang kekal adalah pendidikan, dan banyak manusia ternyata dikenang bukan oleh warisan hartanya yang melimpah namun berdasarkan sumbangsih pemikirannya untuk membantu sesamanya, tentunya pemikiran semakin berkembang jika kita mengecap pendidikan yang lebih tinggi.  Sehingga tidak ada alasan untuk berhenti belajar.

Saya seorang mahasiswa Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara, ketika saya diperkenalkan dengan dunia kampus hal pertama yang saya dapatkan adalah dunia pembelajaran di kampus ternyata tidak seperti di benak saya ketika melihat film film di FTV siaran Televisi swasta Indonesia, harus saya akui dunia SMA memang lebih seru. Rasa terkejut akan ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan belajar di kampus ini saya temukan penghiburnya dari ajakan teman teman saya dan juga ajakan senior di kampus untuk bergabung dalam sebuah organisasi bernama Front Mahasiswa Nasional, dari organisasi inilah pertama kalinya saya mendapatkan doktrin tentang seluk beluk dunia ini dan juga sebuah pembelajaran penting terkait betapa perlu dan berdampakmbaiknya  kalau kita berbagi kepada sesama. Sebuah konsep bernama Serve the people, kegiatan ini berupa pengajaran kepada anak anak sekolah dasar di desa desa sekitaran Kota Medan, atau desa desa di kabupaten/kota perbatasan Kota Medan. Saya sangat berterimakasih telah diperkenalkan dengan sebuah dunia yang mengutamakan berbagi. Hal yang ku kagumi dan berujung saya adopsi untuk sebuah gagasan kegiatan di organisasi yang saya diberikan kesempatan melayani sebagai pimpinan organisasi.

Dikirim orang tua ke Medan untuk belajar, saya menempati sebuah kosan yang cukup murah yang berlokasi di dekat kampus saya, sebenarnya kampus saya berada di belakang rumah kosan saya, namun kampus kami dipagari dengan beton sehingga saya harus mengambil jalan memutar  untuk bisa kuliah, jarak yang saya tempuh menjadi kuarang lebih 50 kali lebih jauh.  Di tempat kosan inilah saya diperkenalkan dengan sebuah organisasi kristen bernama P3KS (persekutuan pemuda pemudi kristen solagratia) sebuah komunitas dengan anggota yang berasal dari wilayah tempat kita bertempat tingal, saya pertama kalinya diperkenalkan dengan komunitas ini ketika ada poster dan sebuah selebaran kecil diselipkan di pintu kamar saya berisi ajakan kebaktian rutin pada hari kamis, saya ingat betul kebaktian itu diakan di hari kamis sebab persis dengan “partonggoan” di kampung halaman saya di hari kamis. Saya hadir dan mengisi daftar absensi yang meminta saya membubuhkan tanda tangan dan nomor handphone.

Dari nomor handphone itulah saya akhirnya berjumpa dengan seorang wanita berparas manis berkulit agak gelap, saya nyambung dengannya dan nama awal kami berawal dari huruf yang sama yakni Huruf J dan kebetulan sekali kami memiliki Zodiak yang sama, kakak itu adalah ketua P3KS pada masa tersebut (2010) dan lahir tepat seperti judul lagu yang tenar pada masa tersebut yang dipopulerkan oleh Gigi yaitu 11 januari dan tanggal lahir saya beda 4 hari diatas tanggal kakak tersebut dihadirkan Tuhan kedunia. Komunikasi kami diawali nya dengan hal hal diatas yakni kesamaan diantara kami yang berujung lobbynya agar aku setuju menjadi seksi acara pada perayaan Natal Persekutuan lorong ini. Tentu saja Aku setuju, dan sekarang aku baru mendapat pelajaran dari kejadian persamaan tersebut terkait seni retorika.

Saya akhirnya resmi menjadi bagian dari persekutuan ini semenjak lobby dari ketua p3ks agar saya menjadi anggota kelompok kecil di persekutuan tersebut yang berujung saya menjadi bagian dari sebuah kelompok diskusi tentang Firman Allah. Saya mendapat kakak kelompok yang sudah bekerja,  yang begitu berusaha membangun hubungan emosional dengan saya, bahkan rela berkorban dari segi waktu dan materi demi diskusi kami terkait Firman Tuhan. Hal yang ku kagumi dan berujung saya adopsi untuk sebuah gagasan kegiatan.

Di bulan 9 saya bergabung dengan sebuah orgaisasi mahasiswa bersifat kedaerahan dan  kesukuan, sampai sekarang saya bingung sebenarnya apakah organisasi ini kedarerahan atau kesukuan, namun sampai sekarang tidak saya permasalahkan karena selama bergabung saya menemukan keluarga baru disana, saya dipertemukan dengan orang orang baik yang membawa saya ke arah yang lebih baik,  bahkan mendapat bonus kisah percintaan yang kalau dikenang cukup memancing sebuah cekungan di bibir. Diawal bergabung saya menikmati berkegiatan di organisasi ini sampai pada satu titik saya menemukan  permasalahan  organisasi akibat dana sekretariat, permasalahan ini dibukakan juga kepada kami anggota baru, hal yang pada saat itu tidak bisa saya terima mengingat beberapa orang sering saya lihat di sekretariat menginap, belakangan saya ketahui mereka di beri identitas penghuni gelap tetap (PGT) . Kekecawaan saya berujung pada menghilangnya saya kurang lebih dua bulan dari rutinitas organisasi ini. Saya kembali aktif dan betul betul mencintai organisasi ini ini sejak di ikutkan dalam sebuah tim kerja yang dikomandoi divisi organisasi kaderasasi, saya ingat betul ketua tim kerja dan pariban saya datang ke kosan mengajak saya agar mau bekerja sama dalam kegiatan ini. Hal yang dikemudian hari saya sadari cara ini merupakan cara ampuh untuk mengefektifkan kembali anggota organisasi yang hilang dari peredaran yang bisa jadi akibat kekecewaan terhadap pengurus, namun pengurus tidak menyadarinya.

Saya juga bergabung dengan gereja yang sama identitasnya dengan gereja saya di kampung, saya tergabung dengan menghadiri rutinitas mereka yakni latihan Rabu saya ingat betul ketika seseorang menanya alasan saya bergabung dalam gereja ini, cukup simpel saya jawab “mangurangi jugul” (mengurangi bandal) jawab saya.

Di semester 3 saya juga sudah tergabung dengan menjadi pengurus di ikatan Mahasiswa Ilmu Politik (IMADIP) sebuah jabatan yang saya dapatkan ketika saya memang bermain politik praktis mendukung calon ketua imadip yang bukan dari organisasi yang saya ikuti di kampus. Politik Transaksionallah yang diperkenalkan kepada saya yang berujung kepada kesadaran saya bahwa hal tersebutlah yang membuat negara ini  lambat dalam menyejahterakan masyarakat, sebab politik transaksional ini memenjarakan konsep the right man in the right place dalam suatu kabinet pemerintahan.

5 organisasi saya pilah pilah selama 2 tahun, dan saya akhirnya benar benar memfokuskan diri pada semester ke empat ke organisasi kedaerahan  yang saya ikuti, dengan kembali menjadi pengurus pada semester 4 (pada semester dua saya sudah menjadi pengurus dan disitulah kemauan saya menulis tumbuh) dan pada semester ke lima saya memantapkan diri untuk belajar lebih dalam dengan menduduki posisi koordinator umum (pimpinan organisasi)  di organisasi ini.

Saya masih teringat dengan postingan koordinator Umum sebelum saya di bersifat tertutup IMAS USU, grup ini hadir pada masa saya menjabat Divisi Informasi  dan Hubungan masyarakat, dan yang menjadi aktornya adalah Koordinator Umum pada masa tersebut. Postingan pendek tersebut berisi “kalau tidak bisa memberikan gagasan ciptakan lah kesan” postingan pendek inilah yang mengusik di telingaku dan cukup menggangu pola tidurku beberapa waktu. Saya akui kesan yang pernah saya tinggalkan adalah keras kepala , dan itu tidak bagus adanya. Tapi setelah jadi koordinator umum sifat itu bisa saya kurangi perlahan.

Saya terus berpikiran untuk meninggalkan sesuatu yang baik di organisasi ini, dan muncullah ide untuk membuat sebuah program kerja dengan metode membantu sesama di bidang pendidikan, ide ini muncul ketika seorang teman saya wanita bertubuh kecil bersifat manja menangis dan akhirnya pingsan di kosan saya ketika kami bersama sama melihat pengumuman dia tidak lulus di jalur undangan di kosan saya yang ke tiga. Sejauh ini saya empat kali pindah kosan.

Saya merealisasikan ide ini ketika saya merasa umur saya cukup, yakni di semester 5, hal yang kemudian saya sesali karena merasa diriku kurang mampu dan ada sifat tidak terlalu mau repot, mungkin inilah yang membuat saya mengidolakan Shikamaru, diantara tokoh tokoh lainnya dalam kartun terkenal naruto.

IPPS XI menjadi bagian penting dalam realisasi dari ide saya, saya berterimaksih kepada FMN yang telah mengajari saya arti berbagi, konsep serve the people saya adopsi, namun saya buat perubahan seperlunya, untuk imas usu mengajar bukan kami yang pergi ke tempat kawan kawan yang ingin belajar, melainkan kawan kawan yang ingin belajar kami datangkan ke sekretariat, kemudian pelajaran yang saya dapat dari P3KS dan GKPS juga saya adopsi, konsep kakak/adik didik saya terapkan dengan mengambil pelajaran dari kakak kelompok saya, namun konsep ini saya tekanakan masing masing satu orang, bukan seperti kami dahulu 5 orang satu kelompok di koordinir seorang kakak kelompok.

Konsep ini betuk betul teralisasi ketika IMAS USU mengajar II berjalan, ketika program ini berjalan pertama kalinya peserta yang betul betul didikan kami hanya satu orang dan kegiatan kurang terorganisir, sebab yang mejadi pelaksana kegiatan ini adalah Panitia IPPS XI, saya bekerja sama dengan bendara panitia IPPS XI dan kebetulan sekali kami berdua terpilih menjadi Koordinator Umum dan Sekretaris Umum organisasi ini, sehingga mau tidak mau saya dan Lia Winnie Purba bersama bendahara umum tidak bisa fokus untuk kegiatan ini sebab harus belajar bersama untuk membangun Dewan Pengurus Organisasi (DPO) yang Solid dan kompak. Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi koordinator umum, posisi itu memudahkan saya untuk merealisasikan program kerja ini. Dengan menjadi koordinator umum di organisasi ini ide ide yang saya punya dapat saya tawarkan kepada organisasi, salah satunya dengan membentuk tim kerja bukan panitia, saya melihat panitia selama ini terlalu gemuk dan beberapa kali malah kerja panitia malah dibebankan kepada pengurus harian.  Saya memiliki ambisi tersendiri untuk menjadi koordinator tim untuk kegiatan IMAS USU mengajar akibat ketidakpuasan saya pada kegiatan IMAS USU mengajar pertama, namun dialektika yang terjadi ternyata membatalkan ambisi saya, keputusan rapat rutin memberikan hal yang saya tidak harapakan, yaitu mereka tidak di bubarkan pada saat saya dan kawan kawan pengurus IMAS USU 2013/2014 demisioner. Dari keputusan tersebut saya belajar  untuk menekan ambisi saya, dan saya bersyukur berhasil melakukannya.

Saya sangat berterimakasih melihat target yang saya bebankan kepada TIM ternyata tercapai, 20 orang anggota yang saya bebankan, dan kelengkapan kelengkapan yang saya inginkan untuk kegiatan belajar mengajar juga dipenuhi oleh tim kerja. Bahkan kegiatan belajar mengajar juga begitu di utamakan, ada bahkan beberapa orang mengorbankan kuliah demi kegiatan ini,  hal yang menambah rasa salut saya. Gesekan diantara Tim tentunya terjadi, hal yang biasa dan tentunya akan berdampak baik bagi kita jika kita melihat gesekan tersebut sebagai media pengembangan diri.

William Halley berkata Pendidikan akan lebih efektif bila setelah selesai sekolah, setiap murid mengetahui betapa banyak yang mereka tidak ketahui dan mempunyai hasrat untuk mengetahuinya, Kita mengetahui bersama bahwa banyak hal lain yang bisa kita kerjakan unutk membantu sesama selama menimba ilmu di perkuliahan, mari mencari ide dan merealisasikannya bersama komunitas dimana pun kita tergabung, saya sepakat Perkataan William Halley mari kita tambahi dengan kata mengaplikasiaknya untuk membantu sesama.

Pendidikan akan lebih efektif bila setelah selesai sekolah, setiap murid mengetahui betapa banyak yang mereka tidak ketahui dan mempunyai hasrat untuk mengetahuinya dan  mengaplikasikanya untuk membantu sesama.

-William Halley dan Jan Roi Purba-

SEMANGAT TIM IMAS USU MENGAJAR II

21 Mei 2014 (satu hari setelah UN)

Jan Roi Purba (mahasiswa semester 8)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun