UAN kali ini memang berbeda ketika saya melaksanakan UAN pada tahun 2010 lalu, UN pada tahun ini dilaksanakan dengan metode online sehingga lebih praktis dan efisien dalam hal biaya. Suatu terobosan baru oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Anies Baswedan. Menteri yang dahulu adalah juru bicara tim kampaye Presiden Joko Widodo.
Setiap kebijakan tentunya ada yang pro dan kontra, namun jika berkaca dari efisiensi dan keamanan dari kebocoran soal, saya lebih setuju jika UN dilaksanakan dengan metode online. Dengan metode UN online banyak biaya yang akan dipangkas, seperti pengadaan soal dan distribusi soal. Kebijakan UN online berdampak juga terhadap program penyelamatan bumi. Dengan pengurangan penggunaan kertas otomatis kayu yang menjadi bahan baku kertas akan lebih sedikit ditebangi. Ujian berbasis komputer membuat distribusi soal dan jawaban nihil biaya, ongkos pengiriman jawaban tentu saja akan ikut dihapus sebab jawaban langsung saja terkirim dengan sekali klik. Honor pengawas luar tentu saja ikut ditiadakan.
Kebijakan yang sudah diterapkan ini tentu saja akan menemui berbagai masalah di lapangan, salah satunya adalah butuh biaya yang tidak sedikit dalam membangun infrastruktur pengadaan UN online, Komputer jaringan internet dan ruang komputer menjadi kebutuhan primer dari setiap sekolah, namun jika dikalkulasi dan jika sekolah pro aktif dalam mencari dana, alokasi anggaran pengadaan soal un bisa diangarkan untuk pengadaan komputer dan jaringan internet di setiap sekolah secara bertahap. Selain itu kepala sekolah yang kreatif dalam menjaring alumni sekolah bisa saja mengadakan komputer dan internet dengan menggalag dana dari alumni sekolah tersebut. Dan jika ada kepala sekolah yang berhasil mengadakan infrastruktur tersebut maka kementrian harus memberikan reward kepada sekolah yang bersangkutan.
Jaringan internet yang kadang lambat bisa saja di backup dengan menggandeng provider provider swasta, bukankah provider sudah menjamur di indonesia ? bahkan persaingan antar provider dengan perang harga menjadi sebuah peluang dalam menggarap internet cepat dengan biaya tidak mahal. Tidak mahal dan tidak di mark up.
Masalah listrik yang seringkali padam di berbagai daerah, hal ini tentu saja menjadi persoalan yang serius dari PLN. PLN membutuhkan terobosan terobosan seperti yang di lakukan oleh Dahla Iskan yang sering saya baca di blog beliau. Jika terobosan PLN dalam menerangi desa belum merata maka Genset bisa menjadi solusi cerdas.
Masalah SDM murid dalam mengoperasikan komputer tentu saja berbeda antara siswa perkotaan dan siswa di desa desa. Tidak heran jika siswa di pelosok tidak terlalu fasih dalam mengoperasikan komputer berbasis internet. Mahasiswa Perguran tingi, bisa mengambil peran dalam memahirkan siswa siswa di pelosok Indonesia. Program KKN (Kuliah Kerja Nyata) bisa dijadikan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Mahasiswa yang di kirim ke pelosok desa diharuskan memberikan pengajaran kepada siswa terkait komputer dan internet.
Sejauh ini masalah dari pelaksanna UN online masih itu saja yang saya amati, jika anda menemukan masalah lainnya, mari kita diskusikan.
kita diskusikan fokus  solusinya, bukan masalahnya.
jika masalahnya adalah calo jawaban yang kehilangan pekerjaan, maka biarla disitu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H