Mohon tunggu...
Jannus Panggabean
Jannus Panggabean Mohon Tunggu... -

Seorang warga DKI Jakarta pemerhati sosial & budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akar Masalah terjadinya Tauran Pelajar SMP dan SMA di DKI Jakarta

1 Oktober 2012   01:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebanyakan orang awam berpendapat, tauran pelajar SMP dan SMA disebabkan kenakalan remaja, hal demikian otomatis merupakan pendapat yang umum dan kemungkinan besar adalah benar. Tetapi apabila ditilik lebih dalam kita harus membedah keberadaan para pelajar menjadi beberapa bagian :

1.Pelajar yang mengikuti aturan sekolah, dimana mereka mengikuti kurikulum yang harus di pelajarinya dan bersedia berkonpetisi menjadi pelajar yang ungggul

2.Pelajar yang berpendapat yang penting naik kelas dan lulus sekolah, tidak mementingkan ilmu yang dipelajari

3.Pelajar yang tidak sanggup mengikuti  kurikulumm dari sekolah dan mereka tidak mengerti  apa tujuan mereka bersekolah.

Menjadi masalah adalah pelajar pada poin 3,  dimana mereka tidak bisa mengikuti kurikulum sekolah yang harus ditanggungnya. Ada kemungkinan karena kelemahan intelektual mereka tidak sanggup mengikuti kurikulum mata pelajaran yang ditetapkan di sekolah mereka, sehingga pelajar melampiaskan waktu luang mereka untuk nongkrong sesama pelajar.

Akar masalah Tauran pelajar disebabkan antara lain:

1.Pelajar tidak mengetahui apa tujuan mereka bersekolah.

Kesadaran pelajar untuk apa  tujuan mereka bersekolah?,  merupakan hal yang terpenting untuk mereka ketahui, karena apabila hal ini tidak didengungkan kepada para pelajar, mereka tidak akan pernah menyadari apa tujuan mereka bersekolah, pelajar yang sadar akan tujuan mereka bersekolah tentu hal tersebut akan memacu mereka untuk mengikuti kurikulum yang ada dan mereka berusaha untuk berkonpetisi dengan pelajar lain untuk menjadi pelajar yang unggul dalam semua mata pelajaran.

Semestinya para guru di sekolah sudah mengetahui semua pelajar yang demikian, begitu juga guru pembimbing yang ada disekolah SMP dan SMA, namun para guru biasanya tidak terlalu berani untuk memberitahukan kenakalan anak didiknya kepada orang tua murid.  Apabila hal ini komunikasikan dengan intensif kepada  orang tua pelajar, kemungkinan besar orang tua pelajar akan mengetahui kekurangan dan kelemahan saat anaknya  bersekolah. Guru dan orang tua pelajar akan mecari jalan keluar apakah anak tersebut dibimbing secara intensif atau di cari sekolah sesuai kemampuan pelajar tersebut untuk mengikutinya, apakah dipindahkan ke sekolah jurusan sesuai dengan kemampuannya intelektual pelajar tersebut.

2.Tidak adanya kesadaran  tanggungjawab sebagai pelajar

Menimbulkan kesadaran tanggungjawab kepada pelajar adalah juga merupakan tuntunan pelajar untuk mencapai tujuan mereka bersekolah. Tentunya sekolah dan guru serta orang tua pelajar seharusnya  tidak henti-hentinya mengingatkan pelajar akan tanggungjawab mereka sebagai pelajar, dimana belajar adalah merupakan tanggugjawab mereka kepada orang tua mereka yang telah bersusah payah mencari uang untuk kebutuhan mereka bersekolah.

Dengan menggali akar masalah pelajar tersebut diatas, semoga sekolah, guru, dan orang tua pelajar, dan pembuat kurikulum mata pelajaran sekolah SMP dan SMA dapat mencari solusi yang terbaik supaya tidak terjadi lagi perkelahian pelajar SMP dan SMA di DKI Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun