Namun tidak hanya itu, dia akan mengalami tantrum frustasi karena dipengaruhi beberapa faktor. Contohnya seperti kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu. Tapi si bungsu lebih sering mengalami tantrum ketika dia mengantuk ataupun ingin melakukan sesuatu tapi tidak bisa mengatakan dengan jelas, atau belum bisa mengungkapkan apa yang ingin di mau, alhasil dia ungkapkan dengan tangisan yang keras, pegang benda dibanting, jika ada orang didekatnya dipukul, ditendang .
Sebagai orang tua dia, saya dan suami cara mensikapinya adalah dengan tetap tenang, setelah itu berusaha memahami apa yang dia inginkan, dan mencari sesuatu yang mau dia minta, dia kan cepat mereda, karena orang yang disekitarnya tahu kalua dia menginginkan itu.
Tantrum frustasi menurut saya lebih mudah, itupun jika kita tahu apa yang dia inginkan, karena jika anak sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, maka dia akan tenang, dan tidak akan menangis lagi.
Ada beberapa tips untuk orangtua jika anak mengalami tantrum frustasi (kutipan Halodoc) yaitu : Pertama Dekati anak dan buatlah anak menjadi tenang. Kemudian, bantu anak untuk menyelesaikan apa yang tidak bisa dia lakukan. Setelah anak tenang dan berhasil melakukan apa yang dia inginkan, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik.
Kedua adalah Ajari anak untuk meminta pertolongan kepada orangtua atau orang lain yang anak kenal. Tidak ada salahnya sesekali memberikan pujian kepada anak jika dia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. Saat anak meminta pertolongan berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.
Kesimpulan dari pengalaman pribadi saya adalah ketika anak menangis yang maksimal dan mengekspresikan secara berlebihan, berarti anak dalam masa tantrum, cara menyelesaikanya sama, awali dengan sikap tenang, sabar, lemah lembut, jangan ada kekerasan baik fisik atau perkataan kita kepada mereka karena akan memudahkan kita sebagai orang tua untuk meredakan/mengobati fase tantrum. Terakhir adalah jangan lupa bilang sayang ke anak dan meminta maaf karena ketika dia marah tadi kita sebagai orang tua belum tahu apa yang dia inginkan. Sekian dari saya..Terimakasih semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H