Mengatasi anak yang hobi marah-marah dan mengamuk bukan perkara mudah. Ledakan emosi ini dikenal dengan sebutan tantrum. Meski menguji kesabaran, penting untuk memahami jenis tantrum yang sering dilakukan anak agar ibu bisa lebih memahami mereka.
Umumnya, tantrum terjadi pada anak berusia 15 bulan ke atas. Alih-alih rewel biasa, hal ini sebenarnya merupakan luapan emosi, sebagai imbas dari ketidakmampuan anak untuk menjelaskan apa yang ia inginkan dengan kata-kata.
(Sumber: Halodoc)
Dari penjelasan diatas disini saya sebagai ibu dari tiga anak, pernah mengalami anak yang mempunyai masa tantrum. Ketika Si Sulung sekitar usia 2 tahun, pernah kesabaranku diuji, pada waktu itu saya belum tahu apa itu tantrum, tapi seketika itu saya langsung mengambil sikap berusaha tenang meski saya belajar keras, untuk bisa sabar. Masih ingat waktu itu ketika ayahnya pulang dari kerja membelikan jamu yang dibungkus plastic tipis, dia mau minum sendiri, tapi aku larang dibenak saya nanti jika jatuh pasti tidak meminumnya, saya bilang ke dia "dik....jamunya dituangkan di gelas ya, biar mudah adik minum..." tapi kenyataan yang tak bisa aku perkirakan, dia langsung marah, nangis, seketika itu juga jamunya langsung dijatuhkan ke lantai sampai pecah, pyar rrrrr. Dia guling guling ke lantai yang masih ada jamu tersebut, nangis terisak isak tidak mau dipegang, marah, nangis nya lebih dikeraskan jika ditanya atau dipegang.
Kejadian itu kalau tidak salah masih pernah terulang beberapa kali jika ada yang tidak pas dengan keinginannya. Minum gelas yang menurutku tidak tepat, tapi dia ingin gelas yang itu, langsung menangis yang tidak bisa reda dalam waktu singkat, butuh proses meluapkan dengan tangisan yang keras dan lama
Dengan semua kejadian itu, sebagai ibu, cara menyikapi anak saya, saya harus membiarkan dia meluapkan semua kemarahannya.
Saya Cuma memantau jika ada yang berbahaya didekatnya langsung saya pindah, saya tidak akan bertanya, atau memegangnya jika masih fase klimaks, jika nantinya sudah hampir mereda, aku mulai mengulurkan tangan seraya bilang "ibu sayang adik", jika dia sudah mau mendekat, berarti bisa dikendalikan, dan ditanya apa keinginannya.
Anak saya si sulung lebih cenderung ke Tantrum Manipulatif apa yang dimaksud dengan tantrum manipulatif. Biasanya, tantrum manipulatif akan muncul jika keinginan anak tidak dipenuhi. Tantrum manipulatif adalah tindakan yang dilakukan oleh anak-anak ketika keinginannya tidak terpenuhi dengan baik. Ini adalah tantrum yang dibuat-buat oleh anak-anak untuk membuat orang lain memenuhi keinginannya.(kutipan penjelasan halodoc)
Perlu diingat, tantrum manipulatif tidak terjadi pada semua anak. Kebanyakan tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan, ya seperti anak saya si sulung.
Pastinya saya dan suami berusaha menguasai emosi nya agar kami juga bisa terlihat tetap tenang dalam menghadapi si sulung. Jika dia sudah tenang, saya berusaha memberikan penjelasan kepada dia. Penyelesaiannya mengahadapi anak saya yang mempunyai tantrum manipulative, saya akan mengajak dia di kamar atau di tempat yang jauh dari orang lain, Cuma saya dan suami, agar dia bisa meluapkan semua emosi, semisal dikamar pintu saya kunci dari dalam, sebagai orang tua ketika dia mengalami tantrum ditemani saja, tanpa mengajak bicara atau memegang nya, karena akan sangat lama jika saya tidak membiarkannya. Endingnya jika dia capek atau lelah menangis, dia  akan tertidur di tempat dia marah, hmmm dia pernah  tidur sambil duduk, atau tidur di kolong tempat duduk.
Itu adalah kisah dari Si Sulung, beda dengan Si Bungsu, karena tantrumnya si bungsu berawal dia belum bisa bicara lancar, jika ada yang tidak pas dengan apa yang dia inginkan, dia akan marah, menangis sejadi -- jadinya, memukul mukul siapa yang ada didekatnya. Tantrum nya si bungsu disebut Tantrum Frustasi, umumnya tantrum frustasi yang terjadi disebabkan karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Anak dengan berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini akibat merasa kesulitan mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain.