Dokter pun menjelaskan kalau air ketubanku sudah sedikit dan plasenta (penyalur makanan ke bayi) mengalami pengapuran, artinya kinerja plasenta menyalurkan asupan makanan ke bayi berkurang. Kedua keadaan ini bisa membahayakan bayi.Â
Dokter menyarankan bayi secepatnya dikeluarkan. Akupun bertanya, "haruskah dioperasi dok?". "Kita coba kasih rangsangan dulu (induksi), paling tidak 2 botol infus. Kalau tidak ada reaksi juga brati harus operasi,kalau tidak operasi dikhawatirkan  membahayakan bayinya bu", jelas sang dokter.
Kaget bukan kepalang. Aku dan suami  hanya bisa saling berpandangan. Ketika dokter menyuruh ku langsung dirawat sore itu juga, aku masih mencoba untuk menawar karena aku pikir mungkin belum waktunya lahir.Â
Sore itu juga suami langsung mengurus administrasi dan aku masuk ruang bersalin. Perawat memasang botol infus yang sudah dicampur dengan obat perangsang. Kami menunggu reaksi. Sesekali perawatpun mengecek sudah pembukaan berapa.Â
Satu jam, dua jam sampai habis satu botol bayiku masih anteng di dalam.  Mungkin dia tahu kalau dunia fana ini kejam. Tak ku rasakan mulas atau apapun. Bahkan aku bisa tidur pulas. Padahal kata perawat biasanya pembukaan akan bertambah setiap satu jam  sekali kalau diberi obat perangsang ini, tapi aku masih pembukaan satu saja.Â
Kamis pagi dokter memberi tahu ku kalau operasi harus dilaksanakan. Saat itu aku masih menawar satu kali lagi induksi dengan harapan terjadi keajaiban. Dokter pun mengizinkan dengan syarat kalau sampai pukul 2 sore pembukaan tidak bertambah maka tidak ada lagi tawar menawar, operasi harus dilaksanakan.Â
Aku dan suami menunggu dengan hati gundah gulana. Akulah pastinya yang lebih cemas. Aku lirik jam dinding yang terus berdetak namun perutku tak bereaksi apapun.Â
Sempat aku berpikir, obatnya dosisnya mungkin kurang. Sampai akhirnya jarum  jam menunjukkan pukul 2 sore. Dan inilah saatnya,aku harus operasi demi bayiku. Perawat memberikan berkas-berkas persetujuan operasi dan katanya operasi dilaksanakan pukul 3 sore.
Aku pun bersiap untuk operasi. Sebelum ke ruang operasi aku dibawa ke ruang tunggu. Disana aku dipasangi alat "KATETER" yaitu alat yang dipasang pada organ kewanitaan yang berbentuk selang yang ujungnya ada kantong. Alat ini berfungsi untuk menampung air kencing. Â Tak perlu membayangkan bagaimana rasanya ketika dipasang alat itu, terutama para suami.Â
Yang terpenting bagi suami adalah sayangilah istri anda. Setelah semua siap, aku dibawa ke ruang operasi. Ruangan itu terasa menakutkan bagiku meskipun alunan lagu bergema cukup keras.Â
Aku lirik banyak alat-alat operasi dimana-mana. Ada gunting, jarum suntik, jarum, benang, dan apalah itu aku sendiri tak tahu namanya. Dokter Indrawan memberiku semangat serta mengingatkanku untuk berdoa.