“Betapa banyak orang yang cukup memiliki potensi untuk mendapatkan kemuliaan, tetapi ternyata tidak bisa menjadi manusia unggul. Factor penyebabnya tiada lain karena belum tersampaikan ilmunya sehingga orang tersebut tidak mengetahui tahap-tahap apa yang perlu dilakukannya.”
Hidup adalah sebuah perjuangan. Sebuah perjuangan bagi kita untuk bisa terus bertahan di tengah berbagai masalah yang ada. Acapkali manusia merasa lelah akan masalah yang dihadapinya, lalu melarikan diri dari masalah tersebut. Padahal hidup itu adalah masalah bagi kita yang setiap waktu kita rasakan. Meski bagaimanapun masalah harus tetap kita atasi. Melarikan diri dari masalah adalah tindakan yang keliru sia-sia.
Hidup yang kita jalani ini haruslah bermakna, karena itu adalah sebuah proses untuk hidup sukses. Untuk itu, kita harus mengisinya dengan melakukan amal yang terbaik. Kalau kita masih sekolah atau kuliah, maka tak ada jalan lain selain belajar dengan sebaik mungkin. Kalau saat ini sudah bekerja, tidak ada jalan lain selain bekerja dengan sebaik-baiknya. Kalau menjadi pegawai, jadilah pegawai yang baik. Tidak korupsi, tidak berkhianat, dan berlaku jujur. Apapun posisi yang dimilki, tunjukkanlah prestasi tertinggi yang bisa diberikan.
Tak ada manusia yang sempurna. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Namun selama ini kita terbiasa belajar untuk mengetahui apa saja kelemahan yang kita miliki. Setelah ditemukan, kita dibiasakan untuk menutupi atau memperbaiki kelemahan itu dan sayangnya karena terlalu sibuk untuk memperbaiki kelemahan kita lupa untuk mencari kekuatan apa yang ada pada diri sehingga menyebabkan potensi atau kekuatan terbaik yang kita miliki menjadi terabaikan.
Dalam strata apapun, mengenal potensi diri ini penting. Ia ibarat telur. Kalau dieram, ia bisa menetaskan ayam, burung, atau mungkin buaya. Sebaliknya, jika dibiarkan ia akan membusuk dan tak menjadi apa-apa. Potensi diri seperti benih. Kalau ia ditanam, disiram, dan dirawat, ia akan tumbuh dan berkembang lalu berbuah. Jika tidak, ia takkan menjadi apa-apa. Begitulalh potensi, jika ia dibiarkan, tak digali dan dikembangkan maka ia akan ‘membusuk’ dan mungkin bisa membahayakan.
Potensi yang membusuk bisa menjadi bakteri beracun. Alih-alih mendatangkan manfaat, potensi justru menjadi boomerang yang membahayakan. Oleh karena itu, kita harus bisa mengarahkan, mengembangkan, dan memupuk potensi diri kita bukan malah mematikan potensi itu.
Potensi tak selalu berhubungan dengan senioritas. Ia berkaitan mesra dengan kualitas. Inilah yang menjelaskan mengapa Umar bin Khattab meski jauh lebih dulu masuk Islam, tapi tak pernah diangkat menjadi panglima perang. Berbeda dengan Khalid bin Walid, meski masuk Islam belakangan tapi Rasulullah SAW dan Abu Bakar selalu menempatkannya sebagai panglima dan ia menang. Penjelasannya amat sederhana, Rasulullah SAW mengetahui betul siapa dua sahabatnya itu dan potensi yang dimiliki keduanya. Umar ra memang tak pernah ditempatkan sebagai panglima karena ia dipersiapkan untuk jadi khalifah,
Begitu pula dengan kita, walaupun kita mahasisiwa baru misalnya. Namun jika kita mempunyai kualitas yang baik dan terus mengenali dan menggali potensi yang kita miliki bukan tidak mungkin kita bisa meraih prestasi dan menjadi manusia unggul. Maka dari itu , kita harus dapat memahami terlebih dahulu apa saja kekuatan atatupun potensi yang kita miliki. Kita harus dapat menemukan serta mendayagunakan kekuatan sehingga dapat sepenuhnya mendukung upaya kita dalam mencapai tujuan hidup. Janganlah memfokuskan diri hanya pada kelemahan atau kekurangan, tetapi justru kekuatan kitalah yang harus kita dayagunakan dan kita kembangkan. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Manusia akan menjadi manusia yang unggul jika dia menonjolkan kelebihannya dan dia akan tersisih ketika kekurangannya yang ia tonjolkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H