Mohon tunggu...
Minhadzul Abidin
Minhadzul Abidin Mohon Tunggu... -

Semoga Kita Benar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Resensi Novel] Aisyah Di Gurun Mesir

23 Januari 2015   01:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14271316031898370058

Cover Novel Aisyah di Gurun Mesir, Penerbit Lempes Media, Karya Firdausi Nuzula

Judul novel: Aisyah Di gurun Mesir

Penulis : Firdausi Nuzula

Penerbit: Lempes Media

Tahun Terbit: 2014

Tebal: 381 Halaman

Sinopsis

Novel Aisyah di Gurun Mesir menceritakan sebuah kehidupan seorang Pemuda yang terus merasa kesepian dalam hidupnya, seseorang yang punya target dalam hidupnya dan berusaha keras untuk di capai. diceritakan Tokoh utama dalam novel ini adalah Firdausi Nuzula kebetulan sama dengan nama Penulisnya, tetapi belum tentu novel ini diangkat dari kisah hidup Penulis. Firdausi Nuzula Pemuda hitam manis memiliki senyuman yang membuat wanita tersipu-tersipu ketika melihatnya dan terkenal alim serta pribadi yang sangat menyejukkan hal ini tergambarkan ketika Dia Sekolah di Pesantren Al-Ghuraba. Pulau Sapeken yang terletak di ujung timur Pulau Madura tempat Firdausi Nuzula menghabiskan masa kecilnya dengan penuh keriangan dan kesederhanaan.

Singkat cerita Firdausi Nuzula dengan semangat dan kerja keras serta target hidupnya menggebu, berangkat melanjutkan kuliah ke Jakarta. Firdausi Nuzula tinggal disebuah Masjid sebagai ta'mir disinilah romantika hubungannya dengan seorang Cewek bernama Hidayah dia harus membagi waktu untuk ta'aruf dan harus Muadzin Sholat lima Waktu di Masjid tersebut. Ketika ta'aruf dengan Hidayah juga diceritakan bagaimana Firdausi Nuzula membelikan obat maag (Promaag) dan segelas air mineral kemasan ketika Hidayah Minta dibelikan Makanan. Banyak hal yang mengharu biru dalam perjalanan cinta Firdausi Nuzula dengan Hidayah Perempuan yang bermata lembut ini, Tetapi Hidayah akhirnya memilih dan menikah dengan laki-laki lain. Begitu terpukulnya Firdausi Nuzula dan susah move on hanya Kekuatan imanlah yang membuat Firdausi Nuzula sadar kembali dan berusaha bertekad menggapai cita-citanya, meskipun dalam Novel ini juga diceritakan  kegalauan  Firdausi Nuzula yang tergolong kronis yaitu keluar hanya memakai sarung dan tidak memakai baju beberapa hari,  hal ini sempat menjadi trending topic perbincangan di warteg Mamang Jaya.  Selanjutnya Perkenalan dengan Luthfiah perempuan manis berkacamata, "Luthfiah hadir mengobati jiwa  yang luka dan bisa membangkitkannya dari keterpurukan cinta" ujar Firdausi Nuzula dalam novel tersebut, bahkan  dengan pede nya Firdausi Nuzula memasang puisi yang judulnya SEPI beserta fotonya di mading Kampus Luthfiah menuntut ilmu, hal yang lebih romantis lagi Firdausi Nuzula sering memberikan buah tangan seperti Ikan Asin (Kalotok Toho) yang langsung dia minta dikirim langsung dari tanah kelahirannya. ternyata cinta Firdausi bertepuk sebelah tangan Luthfiah pun memilih dan menikah dengan  laki-laki lain.

Benturan cinta yang terlalu keras dengan dua kisah yang mengharukan Firdausi Nuzula tumbuh sebagai pribadi yang kuat menahan cobaan apapun dalam hidupnya. Jadilah beliau petualang cinta. Di Media Sosial seperti facebook dan twitter melancarkan aksinya. Sebenarnya Rayuan atau kata-kata yang dilontarkan Firdausi Nuzula cukup tradisional dan klise,  Perempuan modern seperti Nabilah JKT48 (lihat twitternya disini)  akan mengira Firdausi Nuzula bukan sedang merayu melainkan sedang berkhutbah di depan ibu-ibu Majelis Ta'lim. Salah satu rayuan mautnya adalah “ Kamu seperti Aisyah di Gurun Mesir” dan pada kesempatan lain dia merayu seperti ini “Aku seperti Ali bin abi Thalib”. Bukan hanya klisah percintaan yang dominan dalam Novel ini, banyak juga diceritakan tentang Firdausi Nuzula yang seorang pekerja keras dan ambisinya ingin menjadi Pengusaha yang sukses, serta target hidupnya sering dia tulis di Kamar Kostnya

Dialektika Aisyah di Gurun Mesir

Menurut Kang jalal dalam bukunya Psikologi komunikasi (2008) komunikasi efektif bagaimana menafsirkan pesan yang disampaikan orang lain dan bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain, dari sanalah terbentuk kepribadian karena komunikasi pada esensinya adalah kebutuhan dan memahami psikologi berkomunikasi akan memudahkan kita dalam berhubungan dengan orang lain. Senada dengan itu Firdausi Nuzula memainkan Komunikasi yang sederhana dan mudah dipahami meskipun tergolong absurd sehingga pesannya pun mudah untuk ditangkap. Novel Asiyah Di Gurun Mesir tidak Pernah menceritakan kejadian-kejadian atau peristiwa-persitiwa cerita yang terjadi Negara Mesir seperti dua Karya Fenomenal  Habiburrahman El-Shirazy Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih. Firdausi Nuzula berani mengangkat judul novel ini Aisyah di Gurun Mesir karena hanya sebatas kata-kata indah yang sering dimainkan tokoh utama di Twitter ketika melontarkan amunisi cinta kepada perempuan-perempuan. Tetapi pola komunikasi dan pesan yang disampaikan selain sederhana juga begitu indah dan menghibur, kekurangannya mungkin Pembaca akan tertipu dengan judulnya dan mencari-cari dimana cerita di Mesirnya dan menurut saya inilah ruh dan jiwa dari Novel karya Firdausi Nuzula ini.

Penutup

Novel ini sangat cocok dibaca bagi siapapun yang ingin mengerti pola komunikasi dengan kontennya yang sederhana dan bicara sebuah kebangkitan dan harapan serta cita-cita. Novel ini ceritanya beda penuh drama dan intrik sehingga Pembaca akan meluapkan emosi dengan terharu dan berderai air mata. Selamat membaca

Jankar Abidin, Fontein Kupang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun