Mohon tunggu...
Minhadzul Abidin
Minhadzul Abidin Mohon Tunggu... -

Semoga Kita Benar

Selanjutnya

Tutup

Money

Konsep B to B Alumni HIMAS (Titik Nadir 14 Tahun HIMAS)

13 Februari 2015   08:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14237916781014877366


Oleh : Jankar Abidin

Tulisan seperti ini akan selalu muncul menjelang peringatan Hari Lahir atau Milad Himpunan Mahasiswa Se-Kecamatan Sapeken (HIMAS) ada harapan serta rancangan strategi untuk membangun HIMAS kedepan, di usia yang menginjak 14 tahun (24 februari 2001- 24 Februari 2015) HIMAS selalu kokoh untuk mempertahankan eksistensi meskipun dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, kondisi yang serba salah, dilematis dan galau berkepanjangan mungkin seperti kegalauan Arjuna salah satu tokoh Pandawa dalam cerita kuno Mahabrata yang mengalami kegalauan ketika menghadapi Perang Baratayuda, kemudian Basudewa Krishna kusirnya dalam Perang tersebut menjelaskan tentang perang kebenaran bahwa kebenaranlah yang harus ditegakkan Pandawa untuk membasmi kejahatan dan ini adalah takdir yang di tuliskan Tuhan,  Kegalauan Arjuna mungkin ada obatnya karena sosok Krishna yang merupakan reinkarnasi Dewa Wishnu, dimana Krishna menjamin bahwa Pandawa adalah pihak yang benar dalam perang ini dan akan menang serta masuk nirwana (bagavat ghita), bagaimana dengan HIMAS untuk mengatasi kegalauan yang berkepanjangan (baca: susah move on)?

HIMAS memang patut diapresiasi bisa bertahan ditengah keterbatasan yang ada, usia 14 tahun bukanlah waktu yang singkat dalam membangun dan mempertahankan organisasi, kurangnya political will pemerintah (Kepala Desa-Camat dan Bupati), membudayanya hedonisme dikalangan Mahasiswa terutama anggota HIMAS sendiri sehingga mereka cenderung apatis, lemahnya hubungan komunikasi dengan tokoh-tokoh masyarakat sehingga Tokoh-Tokoh tersebut cenderung merasa dilangkahi dengan pemikiran  'baru' HIMAS, skeptisme masyarakat terhadap  gerakan perubahan HIMAS yang mereka istilahkan sebagai 'Bellet Bali" dan 'Gurembah Pammananne' atau dalam Pribahasa baku tong kosong nyaring bunyinya,  HIMAS mampu bertahan meskipun dalam kondisi yang cukup memprihatinkan (baca: sekarat).

Kondisi HIMAS di Usia 14 tahun kalau Raditya Dika bisa kita suruh untuk mengambarkannya, mungkin dia akan istilahkan seperti ini "Seorang Nenek yang dibuang anak kandungnya ke Panti Jompo,  kemudian dituntut anaknya 1 milyar di pengadilan,  terus diputusin Pacarnya sesama penghuni Panti Jompo,  di jalan diserempet Becak pas pulang diceramahin Mario Teguh dan ketika tidur dengerin Lagu Derron Ngalettut- Wayan" mungkin itu yang digambarkan Raditya dika dan sungguh sangat mengenaskan padahal di Usia 14 tahun masa-masa Remaja yang mulai memikirkan cara menembak gebetannya, atau di usia tersebut Remaja yang seorang cules (Pendukung Klub Barcelona) yang mati-matian bertahan dibully ketika klub kesayangannya  kalah telak oleh Real Madrid 0-5 di Camp Nou misalnya. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh anak remaja 14 tahun selain have fun ada juga yang bermanfaat dan  kegiatan postif lainnya.

Kembali lagi ke HIMAS, mungkin solusinya bukan hanya teoritis atau sekedar tulisan seperti ini, tetapi langkah kerja nyata, Kerja, Kerja dan Kerja, kesalahan kita dalam mengurus dan merancang organisasi hari ini akan berdampak kegenerasi selanjutnya, akankah HIMAS seperti aktivis 98 yang hilang ditelan bumi dan hanya meninggalkan nama. Dalam perbincangan santai dengan Mas Aqib (Acong), Firdausi Nuzula dan Hendry Rabbany di PIM Jakarta, tempat kaum borjouis menghabiskan uangnya,  ternyata mereka sepakat dengan Kondisi HIMAS hari ini, perlu langkah konkrit bagi mereka yang peduli terutama Alumni HIMAS dengan berapi-api Hendry Rabbany mengatakan dengan mengutip Prabowo  " Kalau bukan kita siapa lagi kalau buka sekarang kapan lagi".

Ada yang menarik ide yang disampaikan oleh Mas Aqib yaitu Pembentukan Alumni dengan konsep B to B (bussines to bussines ) mungkin  teman-teman yang kerja di Marketing atau Pemasaran perusahaan mengetahui konsep ini atau B2B bagi yang menggeluti e-commerce (bisnis online), ide Mas aqib cukup sederhana nantinya Kumpulan Alumni HIMAS mengikuti program dan strategi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dimana berkumpul untuk saling berbincang tentang peluang usaha dan bisnis yang saling berkaitan satu sama lain, hal ini diasumsikan oleh Mas Aqib bahwa banyak alumni HIMAS tersebar dalam berbagai bidang pasti punya bisnis sampingan, seperti Pak Rusman Alumni HIMAS Jogjakarta yang  sekarang menjadi Pegawai Kesehatan di Puskesmas punya bisnis Pakaian Bekas, dan banyak yang lain yang menggeluti dunia bisnis sehingga dengan  Kumpulan Alumni HIMAS diharapkan  ini menjadi ajang untuk promosi usaha dan perluasan kerjasama bisnis satu sama lain. terus apa kaitannya dengan HIMAS?

Semakin banyak jaringan bisnis dan perluasan usaha alumni HIMAS yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia akan semakin meningkatkan omzet (seluruh jumlah uang hasil penjualan) akan menetes kepada program Pengurus HIMAS sendiri (trickle down effect), karena dari hasil omzet tersebut 1% dihibahkan untuk Kas alumni HIMAS per bulan dan nantinya dana tersebut  akan dikelola khusus selain untuk kegiatan Alumni sendiri juga untuk bantuan dana Program Kerja Pengurus HIMAS, sehingga Alumni tidak lagi direpotkan oleh telpon atau SMS yang berdering dengan redaksi seperti ini " Batenje Kabarte pak? nia acara HIMAS Mohon dukungan dan Bantuan dananya, terima kasih sebelumne Pak". Ketika diskusi panjang dengan Ketua Pengurus Pusat HIMAS sekarang Saudara Suryono menurut beliau " Dana merupakan elemen penting dalam membangun HIMAS, sementara sumber dana HIMAS tidak ada, saya juga sebenarnya malu harus telpon dan SMS Senior-Senior setiap ada acara HIMAS, ada Senior yang direspon positif tetapi ada juga yang diacuhkan atau cuma dijani-janjikan, kesal saya" .

Milad HIMAS yang ke 14 tinggal beberapa hari lagi, HIMAS harus bisa seperti aplikasi aging booth di android, bagaimana memprediksi wajah kita ketika tua nanti selalu berbicara masa depan.  HIMAS dilahirkan bukan cuma untuk bisa bertahan kemudian hilang tenggelam HIMAS harus menjawab tantangan masa depan yang kompetitif dan kompleksitas. Ayo Bangkin Kawan-Kawanku... HIMAS Never Die....HiIMAS Aku cinta kamu.. demi apa?.. Demikian aku Mencintaimu.

Hasbunallah Wanikmal Wakil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun