Telah aku kirim pada pesan elektronik miliknya
http://www.worldstories.org.uk/
Senyum sumpah para penyembah surga
Penduga yang tak pernah tahu dari mana arahnya
Mengiblat searah makam tempat orang shalat
Menebar bibit yang berjumlah banyak lebih dari orang dzikir
dan sebelum ada titik di sana
takkan pernah ada yang berhenti
melainkan jeda
***
Malam itu kita jadikan senyum dari bermacam-macam pendirian orang tentang kebahagiaan
tentang serupa sihir yang kau duga sebagai cenayang yang kadang membayang
Tukar menukar menjadi bagian dari jual beli yang kita sepakati tentang hati
Apa kau suka biru? apakah itu kepunyaan langit atau kepunyaan laut, entah
Aku suka warna biru seperti kepada pembuat warna itu, pembuat merah, kuning, dan berbagai warna yang selalu mewarni di keadaan cahaya dan kamu termasuk di dalamnya
Ada perasaan haru selalu, ketika malam meniadakan siang lantas kau ada di sana di beranda malam walaupun hanya sekedar menengok rumah lamamu yang diam-diam selalu kulewati sebelum aku sampai di rumah
Pada masanya, adakalanya diam menyulam menjadi pualam menyalami bermacam tangan dan ada aku pada akhir sapaannya
Menyapamu dengan begitu lembut bersama seseorang seperti aku di masa kecil dan seseorang yang mewarisi paras rupamu
Bayangan memang selalu menerawang, bebas melanglang terbang kemanapun hendak ia berada dan aku harap kepunyaan kita yang ada di sana
* Hujan, 110314*
NB: Jika diperkenankan untukku berbisik, sejumlah waktumulah aku akan berbisik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H