Selamat datang di blog saya. Tulisan ini saya tunjukan untuk menambah wawasan saudara mengenai keunggulan yang dimiliki oleh sel prokariotik, serta untuk menjaga eksistensinya dari kepunahan dibandingkan dengan sel eukariotik. Selamat membaca dan semoga bermanfaat!
Sel pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan dari Inggris bernama Robert Hooke pada tahun 1665. Ia mengamati sel gabus dari dinding sel tumbuhan yang sudah mati dengan menggunakan mikroskop yang bisa dibilang masih sangat sederhana. Ia melihat adanya ruangan kecil yang kosong kemudian Ia memberinya nama, sel. Kata sel ini sendiri berasal dari Bahasa Latin "cellula"yang berarti kamar kecil. Penemuan tentang sel ini berkembang ketika Antonie van Leeuwenhoek menjadi orang yang pertama kali melihat sel hidup dari alga Spirogyradan bakteri menggunakan mikroskop pada tahun 1674.
Sekitar tahun 1885, seorang ilmuwan Prancis yang bernama Felix Dujardin meneliti bahwa sel tersusun atas substansi berupa cairan. Cairan tersebut dikenal dengan istilah protoplasma. Istilah protoplasma ini pertama kali dikemukakan oleh Johanes Purkinje. Tiga tahun kemudian, Matthias Schleiden, seorang ahli botani dari Jerman melakukan pengamatan secara mikroskopis terhadap tumbuhan dan ditemukanlah sel. Pada waktu yang bersamaan pula, Theodor Schwann, seorang ahli zoologi Jerman menemukan bahwa hewan pun ternyata tersusun atas sel. Kesimpulan dari hasil penemuan Schleiden dan Schwann (1810-1882) adalah sel merupakan komponen dasar dari semua makhluk hidup yang ada di bumi ini.
Secara struktural, sel dibagi menjadi 2 tipe  yaitu sel prokariotik, sel yang tidak memiliki membran inti sel, sedangkan sel yang memiliki membrane inti sel, sel eukariotik. Tentunya, setiap makhluk hidup tersusun dari salah satu tipe sel tersebut. Organisme yang memiliki sel prokariotik, antara lain Archaebacteria, Eubacteria, dan Cyanobacteria. Dan untuk organisme yang memiliki sel eukariotik, antara lain Protista, Fungi (jamur), Plantae (tumbuhan), dan Animalia (hewan).
Di dalam sel itu sendiri terdapat membran sel, sitoplasma, dan inti sel. Membran sel merupakan fitur universal yang dimiliki oleh semua jenis sel. Membran sel adalah lapisan tipis dengan ketebalan sekitar 8 nm yang membatasi isi sel dengan lingkungan di sekitarnya. Membran sel itu sendiri memiliki sifat selektif permeabel atau semi permeabel karena hanya dapat dilewati oleh ion, molekul, dan senyawa-senyawa tertentu. Pada sel hewan dan manusia, membran sel terletak di bagian terluar, sedangkan pada tumbuhan membran sel dikelilingi oleh dinding sel. Untuk membran plasma terdiri dari bahan lipid atau fosfolipid, protein, dan karbohidrat.
Model struktur membran sel dikemukakan oleh J. Singer dan G. Nicolson pada tahun 1972, yang diberi nama model mosaic fluida. Model mosaic fluida memiliki arti bahwa membran plasma bersifat dinamis karena molekul lipid dan protein penyusun lainnya dapat bergerak seperti zat cair atau fluida. Membran plasma terdiri atas dua lapisan atau bilayer fosfolipid dan pada matriks fluida bilayer fosfolipid tersebut tersebar dari banyak jenis protein.
Satu unit fosfolipid terdiri atas fosfat  dan asam lemak. Fosfat di bagian kepala, pada permukaan membran dan bersifat hidrofilik yang sama dengan menyukai air. Asam lemak di bagian ekor, tersembunyi di dalam membran dan bersifat hidrofobik yang memiliki arti tidak suka air.
Membran sel itu sendiri bertugas dalam mengontrol keluar masuknya zat dari atau ke dalam sel (transpor molekul), sebagai pelindung agar isi sel tidak keluar, dan sebagai reseptor atau menerima rangsangan dari luar sel. Ada pula sumber yang menyatakan fungsi membran sel sebagai media berlangsungnya reaksi-reaksi kimia, penyedia berbagai fungsi enzim karena protein yang menyusun strukturnya dapat menjadi katalisator dalam reaksi tertentu, juga berfungsi seperti filter yang mencegah organisme pathogen seperti virus agar tidak masuk ke dalam sel, dan melindungi bagian sel yang terletak lebih dalam.
Sitoplasma adalah cairan sel yang terletak di dalam sel, ada yang di luar inti sel, dan juga di organel sel. Sitoplasma berbentuk cairan koloid homogeny yang jernih serta mengandung nutrient, ion-ion, garam, dan molekul organic. Sitoplasma dapat mengalami perubahan dari fase sol (konsentrasi air yang tinggi) ke fase gel (konsentrasi air yang lebih rendah) atau pun sebaliknya. Sitoplasma memiliki fungsi sebagai tempat organel sel dan sitoskeleton, yang memungkinkan terjadinya pergerakan organel sel oleh aliran sitoplasma, tempat terjadinya reaksi metabolisme sel, dan menyimpan molekul-molekul organik, seperti karbohidrat, lemak, protein, dan enzim.
Inti sel atau nukleus merupakan organel yang sangat penting bagi kehidupan. Inti sel berperan sebagai pegendali seluruh kegiatan sel. Nukleus ini memiliki diameter kurang lebih 5 mikrometer dan diselubungi oleh membran ganda, yakni membran luar dan membran dalam. Inti sel terbagi atas tiga bagian, yaitu membran inti atau selaput inti, nukleolus, nukleoplasma, dan mengandung asam nukleat (DNA serta RNA) dan protein inti. Membran inti adalah bagian terluar dari inti sel yang tersusun dari bahan lipid dan protein. Membran inti memisahkan nukleoplasma dengan sitoplasma. Fungsi membran inti sel itu sendiri secara keseluruhan adalah mengadakan pertukaran zat dengan sitoplasma. Pada membran inti (di sekeliling inti), terdapat pori yang memiliki diameter 100 nm yang berperan dalam pertukaran makromolekul. Pada bibir pori, membran dalam dan membran luar tampak seperti menyatu.
Membran inti tersusun atas dua lapis membran (bilaminair). Setiap membran terdiri atas dua lapisan. Ruang di antara membran disebut rongga perinuklear atau sisterna. Bagian terluar membran inti biasanya dilekati oleh ribosom yang berhubungan dengan mitokondria, badan golgi, atau retikulum endoplasma.