Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menapaki Dua Coban dalam Sehari di Lumajang

26 Desember 2023   21:49 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:54 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan ini adalah bulan terakhir aku kuliah di Malang. Setelah rampungnya skripsi, temanku menawariku untuk ngetrip bareng sebelum pulang ke kampung. Sebut saja namanya Abil. Dia mengajakku ke lumajang. 

Ada dua lokasi yang kami tuju yaitu air terjun tumpak sewu dan air terjun kapas biru. Yang dua-duanya berada di kabupaten lumajang. Dengan menempuh perjalanan selama dua jam dari pusat kota malang menuju lokasi.

Sampailah kami ke destinasi pertama yaitu air terjun tumpak sewu. Selama ini aku hanya tau tumpak sewu dari reels IG ataupun short youtube. Entah itu dari akun orang indo maupun akun orang bule yang menampilkan pesona tumpak sewu yang sangat indah.

Kami memasuki pintu masuk kesana dari jalur lumajang. Kalau dari arah Kota Malang, kami tidak bisa melihat panorama tumpak sewu dan hanya bisa turun ke bawah. Masuk ke jalan. Kami ditagih retribusi jalan sebesar 2 ribu. Kemudian masuk dan bayar karcis masuk sebanyak 10 ribu per orang. 

Jalan masuk dikelilingi oleh kebun salak. Jalan beton dan menurun semakin ke bawah. lalu nampaklah beberapa kios yang menjual buah-buahan dan warung makan dan cemilan. 

Tak jauh dari situ terlihatlah ujung jalan dengan pagar dan ada tangga menuju balkon tingkat dua. Dan ternyata itu tempat panorama air terjun. Di atas balkon bertulis panorama tumpak sewu. 

Begitu kami sampai disana, terlihat air terjun yang terkenal itu. Sebuah landscape alam yang sangat luar biasa menakjubkan. Air terjun yang jatuh sepanjang bibir tebing menyiratkan seakan akan bersumber dari seribu mata air makanya disebut tumpak sewu. 

Dari pancaran air terjun yang jatuh muncullah pelangi yang sangat indah. Untungnnya cuaca saat itu sangat cerah sekali. Jadi panorama nampak sempurna. Beberapa pengunjung juga sedang asyik foto-foto dan menikmati pemandangan yang indah ini.

Pengunjung tak hanya orang lokal sepertin kami namun juga didominasi orang mancanegara. Kemudian Abil mengajakku ke bawah untuk melihat lebih dekat. Namun nyatanya jalan ke bawah ditutup karena ada konflik antar wilayah malang-lumajang. 

Abil berpendapat gimana kalau kami pergi ke goa tetes, jalur lain untuk ke bawah, berhubung dia sangat penasaran ke air terjun kapas biru. Jadi kami memutuskan untuk kesana saja.

Sebelum keluar, Abil sempat mengajak untuk minum air kelapa bersama-sama dan makan gorengan. Menurutku harganya tidak terlalu mahal dan cukup standar. Penjaganya yakni seorang kakek yang ramah. Dia sempat menuturkan perihal Gunung Semeru yang dekat dari tempat ini. 

Kami ini berada di kaki Gunung Semeru. Gunung yang sangat fluktuatif sepulau jawa klaimnya. Memang benar apa kata beliau, padahal baru saja kami melihat erupsinya saat kami sedang menuju kesini dimana langit masih sangat cerah lalu timbul awan jamur dari puncak semeru dario kejauhan. Sempat kaget namun untungnya jarak kami masih aman.

Kakek itu juga menceritakan tatkala sedang ada lahar dingin dari gunung semeru.. tumpak sewu seketika berubah menjadi tempat yang mengerikan. 

Pancuran abu vulkanik meluncur ke bawa air terjun secara deras dan brutal sampai-sampai angin dan debunya bisa mengotori poin panorama yang dibuat orang foto-foto. Bahkan getarannya dari lahar dingin sampai ia rasakan.

Dalam penglihatannya sungai itu bagaikan bebatuan yang bergerak bukan lagi air. Makanya banyak jembatan yang hancur di terjang oleh ganasnya lahar dingin. Yang anehnya menurutnya. 

Sisa jembatan yang terbawa arus lahar dingin itu hilang tanpa  bersisa sama sekali. bekas jembatan yang terdiri dari struktur beton bertulang dengan bajanya itu raib disapu bersih oleh lahar dingin. 

Sisa-sisa bangunan tersebut juga tidak ditemukan di bawah air terjun tumpak sewu. Lalu yang menjadi pertanyaannya kakek. Kemana perginya jembatan itu?. kami fokus mendengarkan.

Setelah cukup menikmati air kelapa sembari mendengar cerita si kakek. kami bergegas keluar dan berniat melanjutkan destinasi. Abil yang belum makan sedari pagi kubujuk untuk makan terlebih dahulu. 

Akhirnya kami makan dengan pecel ditambah telur sejumlah 12 ribu perporsi. Kamipun melanjutkan perjalanan ke air terjun selanjutnya yaitu kapas biru yang membuat abil penasaran.

Jalan menuju pos parkiran nampak sepi di pedesaan. Kami parkir di tempat yang disediakan dan langsung membayar karcis masuk dan uang parkir sebanyak 25 ribu (10 ribu/orang dan 5 ribu untuk parkir). Motor diparkir, dan kami berjalan kaki menuju lokasi air terjun.

Awalnya jalan masih disemen namun berlumut dan kesannya agak terbengkalai. Kemudian jalan makin menurun dengan pijakan tangga yang makin tinggi. Hingga akhirnya jalan tinggal undakan tanah yang dibatasi pipa besi untuk pegangan.

Kami harus menuruni jalanan yang sangat curam dimana jarak antar undakan ke undakan lebih dari 40 cm. bahkan ada sudut dimana kami harus menuruni tangga vertikal seperti tukang bangunan. Disitulah adrenalin terpacu. Jalan semakin curam ke bawah. harus berpegangan pada pipa yang disediakan dan pepohonan yang membatasi jalan dan bibir tebing. 

Kakiku sampai tremor menahan beban badanku. Beginilah kalau jarang mendaki ujarku. Beda halnya denga Abil yang sudah terlatih, dia biasa saja tanpa harus nyeri di kaki. Akhirnya palan tapi pasti aku paksakan kakiku untuk melangkah.

Dengan ter-aduh-aduh, aku tetap menyusuri rute menuju air terjun. Kaki tidak bisa diajak cepat karena efek tremor tadi. Jalan tak berhenti saat menemui sungai besar yang menjadi jalur utama lahar gunung semeru. 

Kami harus menyusuri jalan setapak dan naik sedikit menyusuri kebun kopi milik warga. Sekamir 30-40 menit kami menyusuri jalan dan bertemu dengan jembatan yang dibawahnya mengalir air jernih dengan deras. Terdengar di ujung sana bunyi deburan air yang keras. Aku menyerngitkan dahi, rupanya itu air terjun yang kami cari.

Perlahan-lahan air terjun semakin terlihat jelas dari balik pepohonan. Makin dekat makin banyak pengunjung yang hadir, juga ada yang sedang nge-camp disana. Dan boom, air terjun kapas biru ada di depan mata. Abil nampak bahagia, penasarannya sudah tertutupi. Enggak sia-sia kesini ujarnya. Benar-benar ciptaan Tuhan yang sangat mengagumkan.

Sebuah air terjun tunggal yang sangat tinggi. Kurang lebih tingginya sekitar lima puluh meter. Tebingnya berwarna merah dengan vegetasi yang lebat di atasnya. 

Air terjun keluar dari sebuah ceruk tebing yang sempit lalu jatuh menghempas segala yang ada di bawahnya dan menerpa bebatuan berbagai ukuran. 

Terpaan airnya menjadi tetesan yang menghajar pengunjung saat di dekatnya. Tepat di sekamir air terjun, banyak tanaman merambat yang menghiasi sekamirnya. Bebatuan besar bertumpuk. Dan ada satu yang paling dekat dengan air terjun dan dijadikan sebagai spot foto.

Tentunya, aku meminta beristirahat di gubuk yang di sediakan disana. Aku perhatikan rupanya lokasi ini tak kalah ramai dengan tumpak sewu, bahkan ada yang dari luar negri juga misalnya rombongan dari malaysia. Mereka nampak asyik bermain air dan berfoto.

Kamipun tak mau kalah. Secara bergantian, kami berfoto dengan menggunakan kamera maupun HP masing-masing. Sebuah pengalaman yang menarik dan sangat wajib untuk diceritakan dan dikenang.

Tapi sekedar saran jangan berkunjung saat hujan karena trek dijamin sangat licin belum lagi debit air bisa naik sewaktu-waktu dan loket karcis tutup saat pukul 15.00. kecuali yang hendak ingin berkemah disana. Sekian cerita dari kami.

sumber : dok. pribadi
sumber : dok. pribadi

Pemandangan air terjun kapas biru yang tak kalah menarik. (sumber: dok. pribadi)
Pemandangan air terjun kapas biru yang tak kalah menarik. (sumber: dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun