Jadi hendaknya memahami terlebih dadulu kondisi mental orang-orang yang baru lulus dan tunggu mereka me-recover mental mereka untuk transisi ke masa kerja. Lagi-lagi perihal mental. Semua dukungan dan motivasi orang-orang terdekat sangat dibutuhkan bagi mereka ini. Karena urusan memilah-milih pekerjaan itu tergantung kesanggupan si pencari kerja.
      Melihat teman-teman penulis yang sudah lulus. Beberapa orang diantara mereka sudah ada yang bekerja dan ada poin penting yang penulis temukan. Dimana sebuah pekerjaan tidaklah melulu soal lulusan mana atau keahlian sesuai jurusan. Nyatanya ada temanku yang tak segan bekerja menjadi pelayan resto. Menurutnya lebih baik mencari pekerjaan semampunya dulu dan tidak membebani orang tua. Dalam artian ia tidak gengsi. Sebagian lagi bekerja menjadi guru meskipun tau pekerjaan itu tak menjanjikan di negeri ini.
      Semua itu bukan perihal profesionalitas pekerjaan. Yang terpenting kerja saja dulu. Kuliah di berbagai jurusan hanya menjadi batu loncatan saja. Nekad itu yang penting. Penulis jadi teringat dengan salah satu teman yang kelihatannya begajulan dan nakal dalam kesehariannya. Toh kenakalannya tidak mempengaruhi jalan hidupnya karena ia berhasil mendapat pekerjaan di Jakarta. Semua itu karena dia menggunakan kesempatan sebaik mungkin. Terlepas dari akhlaknya yang baik atau buruk karena Allah yang tau.
      Dari semua pengalaman yang penulis alami, ada sebuah nasehat dosen yang mengetuk isi kepala. Beliau berpesan kalau keberhasilan itu didapatkan dengan kegigihan dan disiplin atau rajin. Kepintaran itu nomor sekian. Karena barangkali dengan rajinnya kita mencoba meskipun gagal berkali-kali itu akan menjadi sebab keberhasilan di akhir nanti. Bisa jadi Allah SWT akan merasa iba dan kasihan pada hambanya yang telah berkali-kali berusaha sehingga Dia meridhoi dan mengabulkan keinginan hambanya. Jadi karena rahmat-Nya, usaha kita membuahkan hasil.
      Tentunya nasehat dosenku sangat familiar di kalangan orang-orang sukses. Kepintaran tak menjamin keberhasilan tapi ada unsur kerajinan dan disiplin. Seperti kata Presiden Habibie "tak ada gunanya kamu ber-IQ tinggi tapi pemalas". Semua tak kan tercapai kalau bermalas-malasan dan selalu menunda-nunda. Harus ada progress dan yakin bisa menggapainya.
      Keyakinan juga menopang keberhasilan. Yakin pada jalan yang ditempuh tanpa harus membanding-bandingkan pada orang lain. Jangan iri jika melihat teman sebaya sudah berpenghasilan tinggi, bisa jadi dia telah melewati masa-masa susah payah mencari pekerjaan. Jangan iri jika melihat teman berfoya-foya dengan uangnya, bisa jadi ia sudah bertahun-tahun membangun bisnisnya dari nol. Salah satu komika SUCI yang disering disapa bang Abdur pernah berkata "kita semua berada di timeline-nya masing-masing, jadi buat apa membandingkan diri dengan orang lain". Betul kata beliau, bisa dibilang kita sendiri yang membangun timeline dan kita sendiri yang menentukan alur kehidupan mau kemana. Dengan menyadari hal itu, kita akan semakin bersyukur bukan.
      Lulus lalu kerja dengan kata lain kuliah untuk mendapatkan kerja. Sebuah siklus yang dialami semua mahasiswa. Maupun apa pun jurusan pada akhirnya bisa kerja dimana saja dan mengenyampingkan kompetensi. Meskipun begitu beberapa kalangan akademisi menyayangkan hal demikian. Salah satunya dosen senior yang berkata padaku jika tujuan hidup untuk membantu dan menghidupi keluarga maka jangan berhenti pada S1 saja tapi lanjutkan sampai S2. Karena pekerjaan dengan gelar S2 lebih menjanjikan apalagi lulusan luar negri. Beliau sangat mendorong mahasiswanya untuk lanjut studi keluar negri dan menyayangkan jika mahasiswanya langsung kerja setelah lulus S1. Tentunya beliau beralasan karena kerja di Indonesia hanya begitu saja dan ujung-ujungnya tak bisa mensejahterakan keluarga karena gaji yang sedikit.
      Syahdan, pada akhirnya semua kembali ke diri masing-masing mahasiswa. Di usia yang sudah terbilang dewasa ini, semua setuju untuk tidak membebani orangtua dan ingin berpenghasilan sendiri. Semua tindakan dan keputusan dapat diambil sendiri. Tentunya harus dengan berbagai pertimbangan. Ada saatnya suatu keputusan baik di satu orang namun tidak bagi yang lain. Timeline kita berbeda, jadilah MC di masing-masing kehidupan.Â
Malang, 3 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H