Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Trip to Bromo, Pengalaman Pertamaku

4 Juli 2022   09:21 Diperbarui: 4 Juli 2022   09:29 2792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuaca berkabut menjadi sebab tak terlihatnya pemandangan gunung. (Dokpri)

Sontak, Rafi kaget dan langsung menarik gas kuat-kuat hingga motorpun hampir jungkir balik alias jumping. Sadar dengan ketidakberesan ini, aku langsung loncat turun dari motor agar motor kembali ke posisi semula. Fyuhhhh, bikin panik.

Setelah kejadian itu, motor jadi susah dihidupkan. Usaha penuh pun dikeluarkan oleh Rafi agar motornya itu hidup. Lantaran kondisi jalan curam sekali. 

Rafi jalan duluan keatas dengan motornya untuk mengurangi beban. Begitupun kedua teman yang  lain sudah menyusul ke depan. Tinggalah aku sendiri di belakang.

Lagi-lagi aku panik karena aku mengira Rafi meninggalkanku sendiri. Mana suasana gelap, curam, dan banyak suara aneh, bulu kudukpun merinding. Aku meneriaki mereka agar jangan terlalu jauh. 

Sungguh jantungku 5 kali berdetak lebih cepat. Tak sempat aku menoleh ke kanan maupun kiri karena saking takutnya. Huh, akhirnya aku sampai juga diatas dengan kaki yang serasa mau patah dan keringatan. Dingin langsung hilang seketika karena over panic.

Trip terus berlanjut, jalan makin menggila. Sampailah kita di pos pertama, kami diberhentikan oleh seorang pemuda yang memberi saran, menanyakan tiket .

"Nanti terus ke depan, ada percabangan. Bisa belok kiri dan belok kanan. Kalau belok kiri lebih jauh dan melewati lima desa. Kalau ingin cepat bisa ngambil kanan dan lurus terus. " Ujar pemuda itu dengan sangat sopan.

Mendengar ucapan pemuda itu, kami akhirnya lewat jalan cepat. Kejanggalan akhirnya mulai nampak. Jalan berubah menjadi batu bata, lurus lagi jalan mengecil hingga menyisakan tanah. 

Aku turun lagi karena jalan menanjak keatas begitupun Ridho juga turun (salah satu temanku yang dibonceng).  Benar saja, ini adalah jalan setapak yang membelah perkebunan sayur mayur orang-orang tengger. Nampaknya tak ada yang lewat selain kami.

Masalah mulai muncul lagi. Motor yang dibawa Rafi mulai ngambek tak mau hidup, beberapa kali di engkol hidup lalu mati dan jalan lagi. Tak hanya motor, kontur jalanan yang berlubang dengan ceruk bekas motor trail lain juga menyusahkan kami. 

Lagi-lagi motor Rafi terjerembab. Aku bahkan sampai tertimpa. Satu tangan memegang senter hape, satu tangan mengangkat motor. Ahhhh susahnya hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun