Blambangan dikenal sebagai wilayah paling timur Pulau Jawa. Namun sekarang dikenal dengan nama Banyuwangi. Bagi pecinta sejarah, Museum Blambangan bisa menjadi salah satu spot yang tidak boleh ditinggalkan. Museum ini berada di Jalan Ahmad Yani No.78, Taman Baru.
Saya selaku mahasiswa UIN Malang tertarik dengan sejarah Banyuwangi. Oleh karena itu saya menyempatkan diri untuk berkunjung kesana.Â
Dilihat dari luar, bangunannya tak terlalu besar dan lebih mirip kantor. Di sudut kiri ada kereta kuda yang terlihat kusam. Masuk ke dalam terdapat  papan keterangan timeline banyuwangi, dan disebelah kiri ada etalase yang berisikan benda-benda kuno berupa guci, kendi, Al-Qur'an kuno, arca.
Lalu kami disuruh untuk mengisi absen oleh petugas museum. Nampak dari baju yang ia kenakan menandakan bahwa ia adalah mahasiswa yang sedang magang. Di buku tamu, terlihat data kunjungan yang sedikit. Tiap hari itu tak  sampai belasan pengunjung yang hadir.
Lalu aku berbelok ke ruangan samping. Etalase panjang menyambut kami berisi benda-benda prasejarah seperti kendi dari jaman majapahit. Lanjut kesamping terdapat jejeran tembikar tempat penampungan air. Dan juga lingga yoni sebagai monumen peribadatan umat hindu pada masa itu.Â
Ada juga mesin penggiling tepung jaman dulu. Kemudian masih satu ruangan, juga ada koleksi uang jaman dahulu, dari jaman kerajaan sampai era orde baru.
Koleksi museum blambangan masih bisa dibilang sedikit. Belum lagi museum ini bersifat umum, dalam artian museum ini menyimpan apa saja baik itu peninggalan prasejarah, peninggalan kerajaan, dan peninggalan era kolonial.Â
Di serambi museum terdapat barang-barang yang tergeletak dan juga buku-buku yang kurang rapih. Seakan-akan terkesan belum jadi.Â
Mungkin ini yang menyebabkan museum ini sepi kunjungan. Ditambah koleksi yang itu-itu saja seperti kebanyakan museum lainnya. Dan tidak mencirikhaskan wilayah banyuwangi secara lebih spesifik.