Jarak antara asrama dan dan gedung kuliah cukup jauh , mengharuskanku mempunyai kendaraan untuk menghemat tenaga dan waktu. Jika membeli motor sudah pasti, uang kiriman dari orangtuaku tidak cukup . Maka sepedalah yang jadi pilihanku.
Pagi itu aku diantarkan kawanku Ali ke pasar Comboran Kota Malang, pasar yang terkenal dengan barang bekas alias loakan . Nampak sepanjang jalan terhampar banyak bermacam-macam barang dari onderdil motor , alat-alat perkakas, Tas-tas bekas, baju baju bekas dan semua hal yang bekas-bekas.
Setiba kami disana, aku tak melihat lapak sepeda satupun dan terus berjalan mengikuti jalan besar kearah selatan . Sampailah pada toko sepeda bekas atau lebih tepat disebut bengkel sepeda karena adanya tumpukan sepeda yang tumpang tindih mengisi setengah dari lapak sepeda. Semua nampak kusam dan tak terawat .
“Pilih yang mana mas , kalau yang Oren itu hanya 800 ribu , masih kuat “ Tawar Bapak penjual berkumis baplang yang sedang sibuk mereparasi .
“Gimana bang hisyam ? mau diambil ? “ Tanya Ali padaku.
Aku kurang yakin dengan nasib sepeda oren ini disini. Aku khawatir ada kerusakan meskipun sepeda ini nampak baik dari luarnya. Dan kesimpulannya , aku tak jadi membeli sepeda disini.
Karena tak mau mencari dengan kesia-siaan , Aku mengandalkan google maps untuk mencari lapak sepeda dan khusus menjual sepeda bekas. Tampak ada titik-titik merah menunjukan lokasi yang harus dituju.
Tak disangka titik lokasi menunjukan tempat yang sama yaitu Pasar Comboran, hanya saja kami agak berbelok ke kanan ke arah Pasar Besar . Disanalah berderat panjang jajaran sepeda bekas . Sepeda ditempat itu lebih terawat daripada lapak yang kukunjungi sebelumnya.
Agak lama juga ku memerhatikan sepeda-sepeda , melihat detail merek, kondisi ban, kinerja rem sekaligus menanyakan harga . Sampailah Aku dipenghujung deretan sepeda dan belum menemukan sepeda yang cocok . Hingga aku melirik seorang bapak yang merayu setiap pejalan kaki yang lewat . Dia juga merayuku sangat mataku tertuju padanya.
Raut mukanya tampak tabah, beliau sangat semangat dalam membujukku. Mau tak mau, Aku mulai menanyakan harga sepeda satu persatu yang berderet .
“Yang ini berapa pak ?” Tanyaku padanya.