Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Kecil di Angkot Biru

30 Juli 2020   06:56 Diperbarui: 30 Juli 2020   08:47 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kasihan ya, tapi bisa jadi rumahnya emang jauh bang," jawab ibu muda itu sesekali melihat Ocin.         

Jam digital menunjukan pukul 13.00 rupanya Ocin sudah keringat dingin, sekarang dia membayangkan Bu lilik memegang penggaris besar panjang dan siap menghantamnya kapan saja lalu menyuruhnya untuk berdiri di depan kelas. Teman-temannya dengan muka menyebalkan juga akan bergembira dia dan tertawa.

Kali ini kecemasannya berubah, ia mulai cemas saat sopir angkot menatapnya dari cermin yang tergantung di atas dashboard. Tatapan pak sopir sangat tajam bahkan lebih tajam dari tatapan bapaknya saat dimarahi. Dengan begitu Ocin mulai enggan menatap kearah depan mobil dan membuang mukanya terus ke belakang.

Ocin terus menatap kaca mobil sepanjang jalan, ia melihat kantor kapolres Bekasi yang dia pikir tempat anak-anak hilang, setelah itu ia melewati gedung walikota Bekasi. Tampak indah dan megah bagi seorang anak kecil. 

Lalu ada juga Mall yang sangat besar, dan ocin berpikir banyak permainan di dalamnya. Tapi sekali lagi kekagumannya kalah dengan rasa cemas yang timbul dari tadi.

Mobil angkot akhirnya sampai terminal, semua penumpang turun kecuali Ocin yang masih duduk dipojok mobil. Dia bergumam, "Apa aku turun di sini? tapi ini bukan sekolahku," dia tidak berani berbicara ke siapa pun bahkan melihat sopir, Ocin pun tak berani.

"Itu anak siapa di dalam mobil bang Njun?" Tanya sopir seorang lelaki dengan handuk di pundaknya. Si Ocin tampak ketakutan, dia ingin menangis tapi juga merasa malu.

"Gak tau tuh, dari tadi gak mau turun." Jawab sopir angkot itu dari balik kemudi. Lalu sang sopir menatapnya langsung tanpa pantulan cermin . Ocin memberanikan diri menatap balik dengan wajam kusam dan mata berkaca-kaca.

"Tong, mau ke mana lu? kok kagak turun-turun dari tadi sih?" Tanya sopir.

"Sekolah bang," jawab ocin dengan ketakutan.

"Apa?" tukas sopir dengan nada tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun