Mohon tunggu...
Iman Kurniawan
Iman Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger & Jurnalis Warga

Pernah menjadi jurnalis di Surat Kabar Harian Radar Pat Petulai (FIN Group) di Kabupaten Rejang Lebong dari tahun 2010 sampai media tersebut resmi tutup pada tahun 2018. Saat ini mengais rezeki sebagai freelance writer dan blogger.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana Bagai Oase di Padang Tandus

7 Juni 2014   17:18 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:50 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media Alternatif Warga, Tulisan Harus Jujur

Kompasiana adalah media warga yang ditulis langsung oleh warga (bukan wartawan). Kompasiana menjadi media alternatif di tengah-tengah kejenuhan masyarakat terhadap isi berita di media arus utama. Mari kita kupas, mengapa Kompasiana kini menjadi populer?

Media arus utama memiliki struktur organisasi yang baku, mulai dari Pemimpin redaksi hingga reporter (wartawan). Mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur dan wartawan. Tentu saja di belakangnya ada Direktur dan lebih jauh ke atas pemilik perusahaan. Aturan di media arus utama sangat mengikat dan kaku. Berita yang dihasilkan di media arus utama, diperoleh dari hasil liputan wartawan, yang kemudian disunting atau dikelola kembali oleh redaktur dan dipertanggung jawabkan oleh pemimpin redaksi. Artinya, tidak semua berita yang dituliskan sang wartawan bisa terbit keesokan harinya. Tergantung bagaimana keputusan sang pemimpin redaksi.

Bagaimana wartawan mendapatkan ide menulisnya? Wartawan boleh mengusulkan apa yang akan diliputnya, tetapi terkadang wartawan juga mendapat tugas langsung/instruksi langsung dari atasannya untuk melakukan peliputan objek tertentu atau melakukan wawancara dengan narasumber tertentu, yang bentuk-bentuk pertanyaannya sudah diarahkan sedemikian rupa.

Jadi, isi berita, head line (HL) berita, tergantung dengan kebijakan redaksional. Masing-masing perusahaan media memiliki political redaksional yang berbeda-beda. Maka dari itu, jangan heran jika apa yang dimunculkan atau terbit keesokan harinya sarat dengan kepentingan perusahaan. Bisa jadi, pemilik perusahaan atau pemimpin redaksi telah memiliki kesepakatan dengan kelompok tertentu atau dengan penguasa dengan dalih demi kepentingan perusahaan. Sehingga, kritikan atau aspirasi masyarakat terhadap penguasa dan pers yang memiliki fungsi sebagai kontrol sosial masyarakat terabaikan. Keluhan seperti ini tidak hanya datang dari masyarakat, tetapi bisa datang dari wartawannya. Karena, apa yang dia laporkan terkadang bisa berbalik tidak sesuai dengan apa yang dia kehendaki, terkadang pula tidak terbit sama sekali. Apakah melulu kepentingan perusahaan, terkadang wartawan yang di lapangan pun memiliki kepentingan. Karena itu saya katakana, apa yang muncul di media massa tidaklah seutuhnya mengandung kebenaran.

Untuk menyeimbangi berita, masyarakat berupaya menyampaikan tulisan tanggapan/kritikan, busa berupa opini atau surat pembaca. Tetapi, lagi-lagi masyarakat dikecewakan karena tanggapan yang disampaikannya tidak pernah terbit, apalagi sebagai masyarakat awam yang konon katanya tidak memiliki kapasitas untuk menanggapi isi berita.

Selain itu, media arus utama memiliki aturan wajib penulisan yang harus mengandung unsu 5w+1h. Jika unsur  tersebut belum terpenuhi, maka belum bisa dikatakan sebagai berita yang layak terbit. Jauh sebelum syarat penulisan, seorang yang akan diangkat menjadi wartawan harus memuhi persyaratan yang diminta oleh perusahaan penerbit.

Ditengah kegalauan masyarakat melihat isi berita arus utama, munculah media alternatif, sebagai media warga, yakni Kompasiana. (Mungkin agak berlebihan) media ini muncul bagaikan oase di tengah padang tandus. Kompasiana berbeda dengan blog-blog lainnya. Di media warga bernama Kompasiana ini memiliki konten sesuai dengan isi tulisan warga. Konten ini layaknya rubrikasi di media arus utama, mulai dari politik, sastra, sosial, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu juga, isi tulisan terbagi menjadi opini atau reportase.

Siapa saja yang boleh menulis di Kompasiana? Seluruh lapisan masyarakat boleh menuangkan ide tulisannya di Kompasiana. Tidak perduli latar belakang pendidikannya, kaya atau miskin, tukang becak atau pengusaha, PNS/non PNS, wartawan, semua boleh menulis di Kompasiana. Berbeda dengan media arus utama yang menulis haruslah seorang wartawan.

Di Kompasiana, seorang PNS bisa menjadi seseorang bak pakar politik, yang menanggapi fenomena politik akhir-akhir ini. Bahkan, seorang tuka becak pun boleh menyampaikan idea tau tanggapannya tentang dunia politik akhir-akhir ini. Berbeda dengan media arus, mereka yang menanggapi fenomena politik hanya seorang pakar politik atau pengamat politik. Masyarakat hanya bisa menanggapi tulisan itu dengan berceloteh sembari minum kopi antar sesamanya saja.

Melaui kompasiana, masyarakat tidak lagi harus “Onani”. Masyarakat bisa dengan bebas dan leluasa menyampaikan unek-unek, kritikan atau ide terhadap kebijakan pemerintah daerahnya atau pemerintah pusat. Apalagi, tulisan-tulisan di Kompasiana sering sekali mendapat tanggapan dari pemerintah pusat dan akhirnya melahirkan sebuah kebijakan. Kemudian, masyarakat juga bisa menyampaikan langsung tanggapan atau komentar terhadap isi tulisan yang ada di Kompasiana. Lalu bisa mendapat respon langsung dari si penulis.

Kompasiana bisa juga disebut sebagai miniatur Indonesia. Sebab, di dalamnya terdiri dari banyak warga dengan berbabagi latar belakang profesi, suku dan agama. Melalu tulisan Kompasiana, kita bisa membaca dengan bebas antara yang pro dan kontra. Karena semua masyarakat bebas menulis di Kompasiana. Di sini, kita bisa melihat pujian dan juga bisa melihat makian.

Kemudian, yang harus dicermati dan dipahami oleh seluruh warga Kompasiana adalah, jika setiap tulisan yang diterbitkan oleh media arus utama menjadi tanggung jawab pemimpin redaksi, di Kompasiana yang harus mempertanggungjawabkan isi tulisannya adalah warga yang menulis itu sendiri. Karena itu, saya menyarankan kepada warga kompasiana menulislah dengan jujur, tidak mengandung fitnah yang bisa berdampak kepada hukum.

Terkahir, saya menyampaikan kepada kompasianer (sebuatan warga Kompasiana) jangan memaksakan Kompasianer lainnya untuk selalu menulis di Kompasiana. Sebab, kemampuan menulis seseorang berbeda-beda. Ide tulisan yang didapatkan seseorang juga berbeda-beda. Ada yang setiap hari selalu mendapat ide ada yang tidak. Ada juga yang bisa menulis dengan baik atau yang tidak. Tetapi, percayalah semua yang disampaikan di Kompasiana ini adalah sebuah kejujuran, murni dari hari dan pikiran warga kompasina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun