Gelora batu akik belum padam. Bahkan, semakin banyak bermunculan batuan yang kualitasnya tidak kalah dengan batuan mulia dari negara luar. Salah satunya, batu pink asal Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu ini. Kabarnya disejajarkan dengan batu Ruby Afrika yang harganya selangit.
Hal tersebut cukup berasalan. Karena batu Pink Lebong ini sudah melewati uji laboratorium dan memang layak disejajarkan dengan Ruby Afrika. Namun sayang, banyak masyarakat Bengkulu yang belum mengetahui kualitas batu tersebut. Sehingga, batu Pink Lebong ini bisa dibeli dengan harga yang cukup murah dan dimanfaatkan para spekulan dari luar Provinsi Bengkulu. Para spekulan ini konon kabarnya, membeli bahan batu Pink Lebong dengan harga yang cukup murah, lalu menjualnya dengan harga yang tinggi. “Batu tu sejenis dengan rubi daging Afrika yang harganya seupil bisa Rp 23 juta, yang olahan permata. Selain Lebong, di Indonesia ada juga di Kalimantan., namanya red borneo,” ujar Boni, kolektor batu Pink Lebong di Kepahiang Provinsi Bengkulu.
[caption id="attachment_361351" align="aligncenter" width="206" caption="dok. pri"]
![14292799102128163721](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14292799102128163721.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Dikutip dari lifestyle.liputan6.com, Ketua Asosiasi Batu Mulia Bengkulu (BMB) Bintoro Fatahilah menjelaskan, batu berwarna merah muda atau Pink dengan serat batu jenis cendana ini akan memunculkan fenomena kerlip atau memantulkan sinar bila diberi pencahayaan. "Hasil uji laboratorium, kekerasan batu mencapai 8 ohm dengan pengkristalan yang nyaris sempurna. Ini sudah masuk jenis batu permata, kelasnya di atas Bacan yang masih masuk jenis batu akik," ujar Bintoro di Bengkulu belum lama ini.
Bahkan, di situs itu dijelaskan, harga jual bahan batu atau rough jenis ini dipatok sebesar Rp 20 juta perkilogram. Hasil maksimal sempurna dari satu kilo rough hanya 20 persen saja. Taksiran harga permata ini sekitar 1 hingga 2 juta rupiah setiap karat batu atau jika ditimbang, satu gram batu setara dengan 5 karat.
Namun sayangnya, masyarakat penambang batuan ini hanya menjual bahan batu Pink Lebong ini kisaran Rp 400.000 - Rp 1000.000 perkilogramnya. Mungkin, karena para penambang ini belum mengetahui harga pasarannya. Bahkan, berbedar informasi batu Pink Lebong itu sekarang mulai dimanfaatkan spekulan kaya dengan cara membeli secara besar-besaran dari para penambang, lalu menimbunnya. Sehingga, batu akik yang ditemukan para penambang emas di Desa Tambang Sawah, Kecamatan Pingan Belapis, Kabupaten Lebong ini terkesan langka.
Seharusnya, Pemerintah Provinsi Bengkulu segera tanggap, salah satunya dengan membuat peraturan daerah tentang batu akik. Selain itu, membentuk kelompok-kelompok pengrajin lalu kemudian diberikan pelatihan khusus, agar batu Pink Lebong tersebut dapat dijual keluar Provinsi Bengkulu dalam bentuk batu yang sudah jadi atau sudah diasah, bukan dalam bentuk bahan. Lalu diberikan pelatihan bisnis, untuk membangun jaringan. Sehingga, bisa memberi dampak langsung terhadap perekonomian masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI