Mohon tunggu...
Jane Tiara Maharani
Jane Tiara Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa pertanian, yang suka mengeksplor wisata alam di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

[Kearifan Lokal] Ritual Adat Sinara Penjaga Alam, Papua Barat dalam Konteks Pertanian Berkelanjutan

17 Juli 2023   17:28 Diperbarui: 17 Juli 2023   17:30 4988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan terlarang tanah Ppaua merupakan kawasan yang diyakini sebagai tempat suci yang dihuni oleh para dewa dan roh leluhur. Hutan terlarang juga berfungsi sebagai pusat spritual bagi masyarakat adat. Oleh karena itu, masyarakat adat berupaya melindungi kawasan tersebut dari berbagai kegiatan ekonomi yang merusak lingkungan. Untuk melindungihutan terlarang, penduduk daerah Kaimana melakukan ritual adat Sinara.

Warisan Budata Ritual Adat Sinara

Sinara adalah salah satu prosesi adat atau upacara adat dari suatu budaya leluhur masyarakat setempat yang masih dipelihara secara turun temurun. Masyarakat setempat meyakini upacara adat ini sebagai salah satu meida menyampaikan pesan dan permohonan untuk para leluhur agar senantiasa memberi izin, memberi restu dan serta menjaga suasana alam.

Secara umum, adat Sinara merupakan adat yang dilakukan oleh masyarakat adat di wilayah Kaimana. Upacar ini biasanya diadakan untuk menyambut tamu-tamu penting atau menghormati orang-orang terpandang di masyarakat. Upacara adat Sinara sering diadakan bersamaan dengan upacara pernikahan, penobatan kepala suku, atau perayaan lain yang dianggap penting oleh masyarakat setempat. Dalam pementasannya, adat Sinara mengintergrasikan berbagai unsur budaya seperti tarian, musik, nyanyian dengan menggunakan alat musik tradisional.

Pakian adat yang biasanya gunakan adalah pakian adat yang dihias dengan ornamen dan hiasan khas Papua. Tarian yang bawakan juga mengahadirkan cerita atau legenda yang khas bagi masyarakat setempat. Salah satu ciri khas dari adat Sinara adalah berupa sesajen beriisi pinang dan rokok ngeri yang biasanya diiringi dengan menggunakan alat musik tradisional Papua seperti tifa panjang (gendang kecil), kundu/rumu (gendang besar), dan bunyi-bunyian lainnya. Musik dan nyanyian dari adat Sinara memiliki irama yang khas dan sering menggambarkan keindahan alam serta hidup kehidupan masyarakat Kaimana.

Adat /upacara Sinara juga mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat Papua Barat, seperti gotong royong, saling menghargai dan kebersamaan. Melalui upacar ini, masyarakat stempat berusaha melestarikan nilai-nilai tersebut dan mewariskannya kepada generasi berikutnya. Adat upacara Sinara adalah salah satu tradisi adat yang berasal dari daerah Kaimana, Papua Barat, Indonesia. Tradisi ini merupakan warisan buadaya yang sudah ada sejak zaman dahulu dan masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.

Kearifan Lokal Ritual Adat Sinara dan Pertanian Berkelanjutan

Di Kaimana, upacara adat Sinara dianggap sebagai bentuk meminta izin kepada nenek moyang atau leluhur agar alam tetap terlestarikan dan terjaga. Upacara ini diturunan dari nenek moyang, sehingga penduduk setempat terus menjaga lingkungan hingga saat ini. Upacara Sinara dilakukan dengan mempersembahkan sirih, pinang, beras, rokok dan uang logam. Bahan-bahan ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahan-bahan tersebut dibungkus dengan kain putih dan disajikan di atas piring putih.

Dalam konteks pertanian berkelanjutan di daerah Kaimana, Papua Barat, mengacu pada praktik-praktik tradisional yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga keberlanjutan dan kesuburan tanah serta mempertahankan kehidupan pertanian yang berlanjut. Masyarakat Kaimana memiliki kepeercayaan dan praktik adat yang mendorong mereka untuk melindungi hutan dan lahan pertanian dari kerusakan.

Mereka menghormati batasan-batasan yang ditetapkan oleh tradisi adat untuk menjaga keseimbangan ekologi dan kelestarian lingkungan. Selain itu, penduduk Kepulauan Kaimana biasanya memiliki metode perbatasan tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.Model ini biasanya didasarkan pada pengetahuan lokal tentang musim, ekologi regional dan kebutuhan tanaman. Masyarakat memperhatikan siklus alam dan melakukan rotasi tanaman, penggunaan sistem agroforestri dan pengendalian gulma alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun