Mohon tunggu...
Janeeta Maisha
Janeeta Maisha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

‎

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

NKRI, Harga Mati: Tantangan Memperkuat Persatuan dan Kesatuan

3 Februari 2025   07:12 Diperbarui: 3 Februari 2025   07:12 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kesatuan yang memiliki sistem pemerintahan republik. NKRI terbentuk berkat perjalanan panjang yang melibatkan semangat perjuangan rakyat Indonesia hingga mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. NKRI bukanlah sekedar nama, melainkan sebuah jati diri bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya namun tetap bersatu dalam satu negara. Makna dari NKRI juga memiliki konsep-konsep penting, pertama makna dari "Negara Kesatuan" yang berarti kekuasaan tertinggi terletak pada pemerintahan pusat yang memiliki otoritas penuh terhadap seluruh wilayah Indonesia. Hal ini mengartikan bahwa meski negara Indonesia memiliki ribuan pulau dengan segala macam keberagaman, negara ini tetap dipersatukan oleh satu pemerintahan yang terpusat. Kedua, makna dari "Republik Indonesia" yaitu Indonesia menganut sistem pemerintahan republik yang berkedaulatan di tangan rakyat. Seluruh pemerintahan dipilih langsung oleh rakyat seperti Presiden beserta wakil-wakilnya. Semangat juang para pahlawan bahkan terdengar melalui semboyan "NKRI, Harga Mati" namun semakin berkembangnya zaman belakang ini justru NKRI terasa mati.

Meskipun Indonesia sudah merdeka dari tangan penjajah selama hampir 80 tahun, tantangan tidak berhenti begitu saja. Kini negara Indonesia dilanda berbagai macam permasalahan baik dari dalam maupun luar. Pemerintah yang seharusnya berperan besar dalam menjaga keutuhan NKRI justru mengacaukannya hanya karena segepok uang. Masih banyak rakyat yang belum bisa merasakan "kemerdekaan" sebagai bangsa Indonesia. Kinerja buruk dari pemerintah dan instansinya membuat kepercayaan rakyat menurun sehingga rasa kesatuan dan persatuan kian memudar. Masyarakat yang tidak akur karena masalah suku, ras, agama, dan budaya pun masih marak terjadi bahkan tidak sedikit dari mereka yang mendiskriminasi satu sama lain. Mirisnya, negara-negara tetangga justru dipandang lebih baik oleh sebagian masyarakat padahal negara Indonesia memiliki banyak potensi dan peluang yang bisa ditingkatkan.

Hal-hal yang harus ditingkatkan untuk menguatkan NKRI kembali seperti memperkuat ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan yang merata. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang naik turun harus diperkuat lagi agar tidak terjadi ketimpangan sosial yang masih terasa hingga saat ini. Dikutip dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang angkat bicara tentang kenaikan jumlah orang miskin Indonesia hingga 25,22 juta orang di tahun 2024 lalu. Seharusnya negara yang penuh dengan sumber daya alam ini bisa mengurangi angka tersebut namun sumber daya Indonesia justru dikuasai bangsa asing. Dari pernyataan tersebut, salah satu solusinya yaitu meningkatkan kualitas pendidikan karena pendidikan adalah salah satu kunci memajukan sebuah negara. Menurut data Dirjen Dukcapil pada Juni 2022 lalu, hanya 6,41% penduduk Indonesia yang bisa mendapatkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Angka yang sangat kecil bagi negara yang memiliki penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Selain membutuhkan pendidikan, rakyat juga harus menumbuhkan integritas dan kejujuran yang masih menjadi persoalan bahkan ketidakjujuran disebut sebagai alasan negara ini masih belum semaju negara tetangga. Indonesia tidak hanya butuh orang pintar tetapi juga membutuhkan orang jujur.

Selanjutnya akses kesehatan yang masih sulit dijangkau oleh sebagian masyarakat. Sudah bukan rahasia lagi jika sehat itu mahal dan hal itu benar-benar terjadi saat ini. Meskipun pemerintah telah menyediakan asuransi BPJS, fasilitas yang didapatkan belum tentu sebaik yang diharapkan. Peralatan kesehatan di Indonesia masih perlu ditingkatkan namun pajak yang tinggi malah menghalangi pasien yang membutuhkan sehingga biaya yang ditanggung semakin besar. Belum lagi jika tenaga kesehatan yang tidak ramah dan membuat diagnosis sembarang sehingga membuat beberapa rakyat Indonesia malah berobat ke luar negeri. Tenaga kesehatan di Indonesia juga belum dihargai sebesar jasanya yang bisa menjadi alasan mereka enggan bekerja dengan baik dan benar. Terakhir adalah pembangunan yang seharusnya merata ke seluruh wilayah Indonesia. Sayangnya, pembangunan infrastruktur hanya terjadi sebagian besar di kota-kota besar sedangkan daerah-daerah terpencil yang lebih membutuhkan malah terabaikan. Padahal dengan pembangunan infrastruktur yang merata dapat memicu pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendidikan, dan kemudahan akses kesehatan. Untungnya, pemerintah sangat menyadari pentingnya pembangunan infrastruktur bahkan anggaran untuk infrastruktur di tahun 2024 lalu mencapai Rp. 422,7 triliun berdasarkan alokasi infrastruktur dalam APBN 2024. Infrastruktur yang baik akan mendukung pemerataan pembangunan dan aksesibilitas bagi seluruh rakyat Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah sebuah kalimat kosong melainkan simbol dari perjuangan dan semangat persatuan rakyat Indonesia. Semboyan "NKRI, Harga Mati" juga seharusnya menjadi simbol sikap nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. Harus diakui bahwa negara Indonesia masih jauh dari kata sempurna tapi itu adalah tanggung kita sebagai bangsa yang berdaulat untuk terus berusaha membuat negara ini semakin baik. Rasa persatuan dan kesatuan yang sudah ditanam sejak lama harus tetap dipertahankan hingga akhir hayat. Segala tantangan dan rintangan yang dihadapi oleh NKRI haruslah memperkuat persatuan bukan memperlemah. Dengan terus menjalankan prinsip Pancasila dan semangat Bhineka Tunggal Ika, bangsa Indonesia akan mampu mengatasi tantangan dan menjaga kesatuan serta mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun