Waktu botol Tupperware ku hilang... Seorang anak yang pernah dihukum gara-gara botol tidak kembali...
"Warisan Emosional dalam Sebuah Botol"
Di usia 30-an seperti sekarang, saya mulai menyadari bahwa tidak semua yang membuat kita tertawa hari ini adalah hal yang ringan ketika dulu kita mengalaminya.
Salah satu kenangan paling ikonik yang tetap membekas sampai hari ini adalah ketika botol Tupperware saya hilang.
Sepele, memang terdengarnya. Tapi bagi emak-emak Indonesia, terutama generasi ibu saya yang lahir tahun 60-70an, kehilangan botol Tupperware bukan perkara remeh.
Itu bisa menjadi tragedi rumah tangga berskala nasional setidaknya dalam skala dapur rumah kami.
Tupperware, bagi ibu saya, bukan sekadar wadah. Ia adalah simbol kerapihan, ketertiban, dan kedisiplinan.
Produk itu bisa bertahan belasan tahun, bahkan puluhan.
Warnanya cerah, bentuknya ergonomis, dan paling penting: tahan banting.
Karena itulah, ketika saya kehilangan satu botol air minum Tupperware berwarna ungu milik ibu drama pun dimulai.
Amarah Seorang Ibu dan Harga Sebuah Kenangan
Waktu itu saya masih SMP. Seperti biasa, saya membawa bekal air putih ke sekolah.
Cuaca panas Jakarta membuat air putih terasa seperti air surga saat jam istirahat. Tapi hari itu saya terburu-buru pulang karena ketinggalan angkot.
Dalam perjalanan, saya baru sadar botol Tupperware yang saya letakkan di dekat taman sekolah tidak saya bawa kembali.