Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024, Pemerhati Lingkungan.

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Ramadan Hijau: Apakah Ini Bisa Jadi Tren di Indonesia?

16 Maret 2025   23:52 Diperbarui: 16 Maret 2025   23:52 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wadah makanan ramah lingkungan dari alam. (sumber foto: jenesis borg/pinterest)

Ramadan Hijau adalah inisiatif untuk menjadikan Ramadan lebih ramah lingkungan dengan mengurangi limbah makanan, plastik sekali pakai, konsumsi energi, dan polusi udara.

Ramadan adalah bulan suci yang identik dengan ibadah, kebersamaan, dan berbagi. Namun, di balik kekhusyukan bulan Ramadan, ada fenomena yang kerap terabaikan, yakni peningkatan konsumsi dan limbah. 

Dari meningkatnya penggunaan plastik sekali pakai di pasar takjil hingga melonjaknya konsumsi listrik di malam hari, Ramadan sering kali menjadi bulan dengan jejak ekologis yang besar.

Untuk mengatasi tantangan ini, muncul gerakan Ramadan Hijau, yaitu inisiatif untuk menjadikan Ramadan lebih ramah lingkungan. 

Gerakan ini mengajak umat Muslim untuk mengadopsi gaya hidup berkelanjutan selama Ramadan dengan mengurangi limbah, menghemat energi, dan mendukung pola konsumsi yang lebih bijak.

Di berbagai negara, kampanye Ramadan Hijau telah menarik perhatian, terutama di kawasan Timur Tengah dan Eropa. 

Namun, apakah gerakan ini dapat menjadi tren di Indonesia?

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadikan Ramadan Hijau sebagai tren yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Mengapa Ramadan Hijau Diperlukan?

Bulan Ramadan sering kali dikaitkan dengan peningkatan konsumsi dan produksi limbah. 

Berikut beberapa alasan mengapa gerakan Ramadan Hijau penting untuk diterapkan di Indonesia:

1. Limbah Makanan yang Tinggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun